PINDAH

Zion dan dua prajurit tadi membawa Duke Oliver menuju ke arah kamar pribadi sang Jendral.

"Tuan Zion," ucap Butler di pertengahan jalan.

"Hem"

Zion hanya berdehem, dan melirik singkat ke arah kepala pelayan itu.

"Butler, beritahu pelayan untuk membereskan kekacauan di ruang kerja Duke," ucap Zion melirik Butler.

"Baik tuan," jawab Butler.

"Jangan lupa panggil tabib sekalian," ucap Zion tanpa melihat ke arah Butler.

"Baik Tuan," jawab Butler mengerti.

Zion kembali melanjutkan perjalanan nya, menuju kamar Duke Oliver.

     🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Di waktu yang sama, di hunian mewah yang berdiri kokoh di tengah-tengah hutan, seorang wanita muda sedang mengompres dua anak kecil yang sedang tertidur.

Cup

Cup

"Jangan sakit sayang," ucap Erika mencium kening anak nya.

Erika menatap sendu anak kembar nya, tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba saja tadi suhu tubuh Leo dan Lea sangat tinggi, sampai membuat dua bocah kecil itu kejang-kejang.

Beruntung nya Erika memiliki mine sang penjaga dimensi yang siap melayani nya.

Erika melakukan pertolongan pertama pada anak nya, membaringkan tubuh Leo dan Lea dengan posisi miring, dan melonggarkan pakaian yang mereka kenakan.

"Panas nya sudah turun," ucap Erika menyentuh pipi dan leher anak nya.

Erika melihat jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari, tapi mata nya seolah enggan untuk tertutup.

Erika beranjak berjalan kearah balkon dan membuka nya, angin malam tertiup kencang, menusuk ke tulang-tulang Erika, dingin tapi menenangkan dan Erika sangat menikmati nya.

Erika menatap tajam ke arah depan dengan segala rencana di otak nya, kali ini mereka tidak akan lolos dari jeratan si bos mafia cantik itu, atau lebih di kenal dengan sang pemimpin Black Rose.

Kelompok paling berbahaya di kerajaan Beatrix, sepak terjang Erika dalam memimpin sebuah kelompok tidak perlu di ragukan lagi.

Erika bahkan membentuk mesin pembunuh berdarah dingin, yang berjumlah hanya sepuluh orang.

Di tubuh anggota Black Rose semuanya tertanam bom, yang siapa meledak kan tubuh mereka, saat mereka memiliki niat untuk berkhianat.

Kelompok yang Erika bentuk kali ini lebih berbahaya dari pada kelompok mafia nya dulu, orang-orang yang berada di sekitar Erika, semua nya di tanam bom di tubuh mereka, baik pelayan sekalipun, Erika tidak ingin mengambil sedikit pun resiko.

Penghianatan di dunia nya dulu membuat Erika selalu waspada pada orang-orang yang ada di sekitar nya, Erika tidak memberikan kepercayaan nya seratus persen.

Entah seperti apa nanti si bos mafia itu menghukum musuh-musuh nya, yang jelas pasti sangat mengerikan.

"Berbahagialah kalian sekarang, sebelum aku buat kalian tidak mengingat bahagia itu seperti apa, karena aku ingin memperlihatkan pada kalian apa itu ke kesakitan, dan penderitaan neraka dunia seperti apa," ucap Erika menatap di dingin lurus ke depan.

Semenjak pertemuan nya dulu dengan jiwa Felisha, sampai saat ini Erika belum pernah kembali bertemu dengan jiwa Felisha, padahal ada banyak hal yang ingin Erika tanyakan.

"Sebentar lagi," ucap Erika menghela nafas nya.

"Aku akan memulai dari si penghianat itu, baru setelah nya, giliran perempuan sialan itu," ucap Erika dingin.

"Keluarga Cutis, dan nona muda Jovanka yang terhormat, kalian akan menuai apa yang telah kalian tanam di masa lalau," ucap Erika menyeringai.

Erika memejamkan matanya, menikmati dinginnya malam, udara di hutan tempat Erika tinggal selama tiga tahun ini begitu sejuk dengan suasana yang begitu sunyi sangat menenangkan

Sangat berbeda dengan di dunia Erika dulu, suasana yang sangat berisik dan penuh dengan polusi.

Dan suasana seperti ini adalah salah satu yang membuat Erika betah tinggal di kehidupan ke-dua nya, tiga tahun belakangan ini Erika benar-benar menemukan apa itu hidup dan ketenangan yang sesungguhnya.

Hidup tenang, aman, nyaman, damai, banyak uang dan bahagia. Impian semua orang🥱

"Duke Oliver," ucap Erika membuka matanya.

Erika terdiam saat tiba-tiba mengingat satu nama, yang selama ini Erika lupakan.

"Heh! Aku tidak perduli," ucap Erika mengangkat bahu nya acuh.

Selama pria itu tidak mengusik hidup nya, dan juga anak-anak nya, Erika tidak perduli sama sekali, dengan suami si pemilik tubuh.

"Toh pria itu suami Felisha, bukan aku," ucap Erika tanpa beban.

Tapi kau kan sekarang ada di tubuh Felisha, istri Duke Oliver.🤧

Erika merasa tidak perlu memperpanjang masalah Duke Oliver, lagian Erika tidak kenal, dan juga tidak tertarik untuk kenalan.

"Kalau tidak salah suami Felisha itu seorang jendral perang di kerajaan Beatrix, " ucap Erika mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ternyata si jodoh itu pintar juga mencari suami," ucap Erika tersenyum miring.

Erika tidak tahu bahwa pernikahan Duke Oliver dan Felisha itu adalah sebuah perjodohan, bahkan Erika juga tidak terlalu tahu hubungan Felisha dan Duke Oliver itu bagaimana.

Di ingatan yang Erika terima, tidak ada satupun kilasan memori yang memperlihatkan hubungan Felisha dengan Duke Oliver, karena kenyataannya memang begitu.

Duke Oliver dan Felisha memang tidak pernah terlibat interaksi dan hubung apa-apa, kecuali malam panas itu.

Walaupun mereka adalah suami istri, bahkan mengobrol empat mata saja tidak pernah.

Duke Oliver si dingin dan acuh, dan Felisha si Malu-malu dan naif🤧

"Eh tunggu! Jendral perang?" tanya Erika seperti ada yang janggal.

"Jangan bilang pria itu nanti yang akan menyeleksi Lomba di istana," ucap Erika melotot kan mata nya.

Erika baru ingat bahwa suami si pemilik tubuh adalah orang penting, dan cukup berpengaruh di Kerajaan Beatrix.

"Sial!"

Umpat Erika kesal.

Erika tidak mungkin untuk melarang Leo, setelah diri nya memberikan ijin untuk ikut lomba, tapi masalah nya sekarang adalah si Jendral itu pasti ada di tempat lomba.

"Hah....Sudah lah nanti aku pikirkan lagi," ucap Erika menghembus kan nafas nya panjang.

Erika memilih kembali masuk ke dalam kamar anak nya, tidak lupa Erika juga kembali menutup pintu balkon nya.

Hoam

Erika tidak kembali lagi ke kamar nya, dan memutuskan tidur bersama Lea dan Leo.

"Syukur lah panas nya sudah turun," ucap Erika lega.

Erika merebahkan tubuhnya di samping Lea, memeluk gadis kecil kesayangan nya dengan lembut.

"Selamat malam My Angel," ucap Erika menutup mata nya.

Ibu dan anak itu tertidur dengan pulas, menyelami alam mimpi dengan damai.

Skip beberapa hari kemudian.......

Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu oleh bocah kembar menggemaskan, tiba juga.

Hari ini Erika dan anak-anak nya akan pindah ke ibu kota, karena tiga hari lagi lomba yang di adakan oleh pihak istana akan di selenggarakan.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***