Bab 4: Malangnya Ralina

Ralina tersenyum lebar saat mobil yang ditumpangi tiba di depan gerbang kampusnya. Ia tidak terlambat. Bahkan masih ada cukup waktu untuk belajar sebelum perkuliahan dimulai.

"Kak Tristan, terima kasih tumpangannya," ucapnya senang.

Bukan hanya lega sudah sampai di kampus, ia juga lega bisa keluar dari situasi yang membuatnya canggung. Satu mobil dengan Tristan membuatnya tidak nyaman sepanjang perjalanan.

"Terima kasih juga untuk coklatnya," sambungnya.

"Jangan lupa nanti siang, aku akan menjemputmu," kata Tristan mengingatkan lagi.

Ralina tersenyum dan mengangguk. "Kalau begitu, aku mau kuliah dulu," pamitnya.

Pintu mobil dibukakan. Ia seperti orang penting yang tidak harus membuka pintu mobil sendiri. Ia melambaikan tangan ke arah Tristan sebagai tanda perpisahan. Lalu, ia berbalik melangkah menjauhi mobil.

Sementara, tatapan Tristan masih terpaku memandangi punggung Ralina yang semakin menjauh dari jangkauannya. Meskipun melihatnya dengan dandanan yang biasa, gadis muda itu seakan mampu menghipnotisnya. Sudah lama sejak mereka bertatap muka. Perasaan tertarik itu kian lama kian bertambah besar.

Selama di Shanghai, hanya Ralina yang terpikirkan di benaknya. Di dalam saku jasnya sebenarnya juga ada gelang giok yang ingin ia berikan pada wanita itu. Namun, ia merasa tidak punya alasan yang tepat untuk memberikan hadiah semahal itu. Apalagi ia tidak membelikan hal serupa untuk Karina.

"Apa kita bisa berangkat sekarang, Pak?"

Pertanyaan Hansan membuyarkan pikirannya. "Ya, jalankan mobilnya!"

Mobil kembali berjalan, tapi sorot mata Tristan masih mengikuti sosok Ralina. Sampai akhirnya ia tak bisa lagi melihat wanita itu setelah mobil melaju.

Entah sejak kapan perasaan tertarik itu muncul. Tristan bahkan tak pernah menyadarinya. Semula, ia hanya ingin menyelamatkan hidup gadis kecil yang dulu merupakan sahabat adiknya. Rasa kehilangan terhadap Teressa membuat Tristan bertekad melakukan segala hal untuk melindungi Ralina yang malang.

Tidak banyak yang tahu jika Ralina bukanlah anak kandung orang tuanya yang sekarang. Laurent dan John Arthur sebenarnya paman dan bibi Ralina. Mereka yang membesarkan Ralina setelah kedua orang tuanya meninggal saat kecelakaan.

Orang tua kandung Ralina, Riby dan Gabriel Arthur merupakan teman sekolah ayah Tristan. Mereka juga sudah bertetangga sejak Tristan masih kecil. Keluarga mereka sangat dekat, terutama ibu mereka yang sering menghabiskan waktu bersama mengasuh Ralina dan Teressa yang masih kecil.

Saat Ralina berusia 10 tahun, kedua orang tuanya meninggal dan digantikan oleh paman dan bibinya. Teressa sering bercerita jika hidup Ralina sangat kasihan bersama paman dan bibinya. Ralina kecil diperlakukan seperti pembantu di rumahnya. Tapi, saat itu Tristan sama sekali peduli. Ia hanya menganggap ucapan adiknya sekedar celotehan anak kecil yang mengganggu.

Tiga tahun kemudian, adiknya mengalami kecelakaan. Saat itu, Tristan yang tengah berkuliah di Australia didesak pulang menemui adiknya untuk yang terakhir kali. Seperti biasa, Teressa mengadu padanya. Bukan mengadu tentang sakitnya, tapi tentang nasib Ralina. Hingga napas terakhirnya, sang adik masih meminta dirinya untuk melindungi Ralina.

Setelah kematian Teressa, keluarga Tristan yang tidak ingin dibayang-bayangi kesedihan memutuskan untuk pindah. Sejak saat itu ia tak pernah bertemu dengan Ralina. Apalagi ia harus kembali berkuliah di Australia. Namun, ia tetap mengawasi keadaan Ralina melalui seseorang yang dibayarnya sebagai mata-mata.

Dari informasi orang suruhannya, ia akhirnya tahu jika ucapan adiknya memang fakta. Ia jadi kasihan dengan Ralina, namun tak bisa berbuat apa-apa.

"Apa yang Karina lakukan selama aku pergi?" tanya Tristan.

Hansan melirik ke arah spion untuk melihat orang yang mengajaknya bicara. Selain menjadi seorang sopir pribadi, ia juga bisa dikatakan sebagai mata-mata Tristan untuk mengawasi calon istri atasannya.

"Masih sama seperti biasa, Pak. Datang ke satu klab ke klab lainnya setiap malam. Bersama teman-temannya."

Jawaban yang Hansan berikan sesuai dengan dugaan Tristan. Karina tetap tidak berubah. Hobi menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak penting. Tidak heran bisnis milik Keluarga Arthur selalu diambang kebangkrutan. Kalau bukan dirinya yang selalu menyokong keuangan bisnis hotel dan restoran mereka, Keluarga Arthur sudah lama jadi gelandangan.

Orang tuanya sudah tidak respek dengan keluarga itu. Hanya saja karena Tristan yang ingin menjadikan Karina sebagai istrinya, ayah Tristan masih berbaik hati menggandeng John Arthur supaya mendapat tempat di kalangan pengusaha lainnya. Keluarga Arthur punya hutang budi yang sangat besar kepada keluarga Tristan.

"Apa dia tidak pernah mengurusi salonnya?"

"Hanya sesekali, Pak. Terutama kalau Anda bilang ingin mampir ke sana. Selebihnya hampir tidak pernah."

Tristan menghela napas dalam-dalam. Ia mengepalkan tangannya untuk mengekspresikan kekesalan.

Satu tahun yang lalu wanita itu merengek meminta dibangunkan salon kecantikan untuk mengisi waktu. Tristan memenuhi kemauan Karina agar wanita itu ada kegiatan selain hura-hura dan mabuk-mabukkan. Jika wanita itu sibuk, tentu tidak akan menyusahkan Ralina.

Ia juga memberikan tambahan dua mobil pribadi untuk Karina dan Ralina karena di rumah mereka hanya ada dua mobil untuk dipakai John Arthur ke kantor dan antar jemput Rafael. Ia ingin membantu Ralina dan keluarganya. Tapi, ternyata Ralina tetap mereka buat kesusahan. Seperti hari ini, Ralina disuruh jalan kaki dan naik taksi ke kampus.

"Nona Karina sebenarnya sudah satu minggu ini pergi liburan ke Pulau D. Saya menyuruh Hamin untuk menggantikan saya mengikuti Nona Karina. Karena Anda mengabarkan akan pulang, jadi saya tidak bisa melanjutkan tugas Anda."

Tristan seperti sudah kehabisan kata-kata dengan kelakuan Karina. Entah apa yang harus ia lakukan supaya membuatnya jera. Ia kira Karina sudah berpikiran dewasa. Ternyata masih sama saja dengan yang dulu. Selalu membuat masalah.

"Tapi, kenapa kamu meminta Hamin yang pergi? Lalu siapa yang mengawasi Ralina?" protes Tristan.

"Ah, maaf, Pak. Nanti saya yang akan mengawasinya." Hansan tampak merasa bersalah tidak melakukan tugasnya sesuai arahan. Ia kembali melirik ke belakang, tampak atasannya yang memasang raut wajah kesal sembari memandang ke arah jendela.

"Apa dia selalu jalan kaki selama seminggu ini seperti tadi?" tanya Tristan.

Hansan meneguk ludahnya. "Maaf, Pak. Saya tidak tahu. Nanti saya tanyakan kepada Hamin."

Tristan merasa heran, kenapa dirinya begitu kesal hari demi hari setiap mendengar kesusahan yang Ralina alami. Ingin rasanya ia menarik wanita itu pergi dari rumah yang membuat wanita itu menderita. Tapi, ia yakin Ralina tidak akan mau menurutinya. Ralina selalu terlihat takut dan tidak nyaman setiap berada di dekatnya.

Ia sendiri tidak tahu apa yang membuat Ralina takut padanya. Ia selalu bersikap baik dan ramah ketika bertemu. Tapi, Ralina selalu berusaha menghindar. Seolah dia seperti seekor singa yang bisa mencengkeram mangsanya.

"Sekarang abaikan saja urusan tentang Karina. Suruh Hamin kembali hari ini juga untuk menemuiku!"

"Aku yakin Karina juga akan pulang sendiri kalau tahu aku sudah pulang!" kata Tristan penuh keyakinan.

"Baik, Pak. Nanti saya akan menghubungi Hamin."

Terpopuler

Comments

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

hobinya ke clup bukan g mungkin jg senang" dg laki"
blm baca sampe bawah nmmngkin karina diasingkan biar ralina yg jd ganti usul tristan jg pdhl tristan yg mnginginkan ralina

2024-12-30

1

martina melati

martina melati

lho... pd wkt awal novel dbab 1 dkatakan saudara kandung (jadi pengantin pengganti) koq dbab ini dkatakn bukan saudara kandung, thor

2025-02-09

0

Yanti Gunawan

Yanti Gunawan

Banyakin thor 🥰

2024-12-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Terjebak Pernikahan
2 Bab 2: Desakan Menikah
3 Bab 3: Mengantar ke Kampus
4 Bab 4: Malangnya Ralina
5 Bab 5: Awal Obsesi
6 Bab 6: Jebakan Karina
7 Bab 7: Hasrat Terlarang
8 Bab 8: Pelindung Rahasia
9 Bab 9: Saling Menguatkan
10 Bab 10: Si Tuan Arogan
11 Bab 11: Diam-Diam Mencium
12 Bab 12: Tersulut Emosi
13 Bab 13: Dating
14 Bab 14: Pertemuan Keluarga
15 Bab 15: Keluarga Sampah
16 Bab 16: Akting
17 Bab 17: Dunia yang Berbeda
18 Bab 18: Mencari Ares
19 Bab 19: Mungkinkah Kita Bisa Bersama?
20 Bab 20: Hari Pernikahan
21 Bab 21: Ancaman
22 Bab 22: Tiba-Tiba Harus Menikah
23 Bab 23: Hati yang Terluka
24 Bab 24: Gagal Malam Pertama
25 Bab 25: Dikira Menyimpang
26 Bab 26: Interogasi
27 Bab 27: Musuh Bebuyutan
28 Bab 28: Putus
29 Bab 29: Kasus Suap Sang Ayah
30 Bab 30: Benih Kebencian
31 Bab 31: Digigit Kucing
32 Bab 32: Otak Sebenarnya
33 Bab 33: Kemalangan Bertubi-Tubi
34 Bab 34: Tolong Aku
35 Bab 35: Menantu Yang Baik
36 Bab 36: Tarif Sekali Bercinta
37 Bab 37: Malam Pertama yang Tertunda
38 Bab 38: Belum Selesai, Sayang
39 Bab 39: Kegemparan
40 Bab 40: Demam
41 Bab 41: Dokter Ansel
42 Bab 42: Persembunyian Karina
43 Bab 43: Anak Sang Mantan
44 Bab 44: Serpihan Masa Lalu
45 Bab 45: Jangan Ganas-Ganas
46 Bab 46: Kangen atau Pengen?
47 Bab 47: Selamat Pagi, Sayang!
48 Bab 48: Belum Bisa Menerima
49 Bab 49: Masih Ada Perhatian
50 Bab 50: Ada yang Marah
51 Bab 51: Haruskah Aku Sopan?
52 Bab 52: Mantan Kekasih Suami
53 Bab 53: Intimidasi
54 Bab 54: Keributan
55 Bab 55: Permintaan Gila
56 Bab 56: Peringatan
57 Bab 57: Aku Tidak Khawatir
58 Bab 58: Ucapan Sampah Bobby
59 Bab 59: Panas
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab 1: Terjebak Pernikahan
2
Bab 2: Desakan Menikah
3
Bab 3: Mengantar ke Kampus
4
Bab 4: Malangnya Ralina
5
Bab 5: Awal Obsesi
6
Bab 6: Jebakan Karina
7
Bab 7: Hasrat Terlarang
8
Bab 8: Pelindung Rahasia
9
Bab 9: Saling Menguatkan
10
Bab 10: Si Tuan Arogan
11
Bab 11: Diam-Diam Mencium
12
Bab 12: Tersulut Emosi
13
Bab 13: Dating
14
Bab 14: Pertemuan Keluarga
15
Bab 15: Keluarga Sampah
16
Bab 16: Akting
17
Bab 17: Dunia yang Berbeda
18
Bab 18: Mencari Ares
19
Bab 19: Mungkinkah Kita Bisa Bersama?
20
Bab 20: Hari Pernikahan
21
Bab 21: Ancaman
22
Bab 22: Tiba-Tiba Harus Menikah
23
Bab 23: Hati yang Terluka
24
Bab 24: Gagal Malam Pertama
25
Bab 25: Dikira Menyimpang
26
Bab 26: Interogasi
27
Bab 27: Musuh Bebuyutan
28
Bab 28: Putus
29
Bab 29: Kasus Suap Sang Ayah
30
Bab 30: Benih Kebencian
31
Bab 31: Digigit Kucing
32
Bab 32: Otak Sebenarnya
33
Bab 33: Kemalangan Bertubi-Tubi
34
Bab 34: Tolong Aku
35
Bab 35: Menantu Yang Baik
36
Bab 36: Tarif Sekali Bercinta
37
Bab 37: Malam Pertama yang Tertunda
38
Bab 38: Belum Selesai, Sayang
39
Bab 39: Kegemparan
40
Bab 40: Demam
41
Bab 41: Dokter Ansel
42
Bab 42: Persembunyian Karina
43
Bab 43: Anak Sang Mantan
44
Bab 44: Serpihan Masa Lalu
45
Bab 45: Jangan Ganas-Ganas
46
Bab 46: Kangen atau Pengen?
47
Bab 47: Selamat Pagi, Sayang!
48
Bab 48: Belum Bisa Menerima
49
Bab 49: Masih Ada Perhatian
50
Bab 50: Ada yang Marah
51
Bab 51: Haruskah Aku Sopan?
52
Bab 52: Mantan Kekasih Suami
53
Bab 53: Intimidasi
54
Bab 54: Keributan
55
Bab 55: Permintaan Gila
56
Bab 56: Peringatan
57
Bab 57: Aku Tidak Khawatir
58
Bab 58: Ucapan Sampah Bobby
59
Bab 59: Panas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!