Bab 2: Desakan Menikah

3 bulan sebelumnya ....

Kesibukan di pagi hari sudah terlihat di mansion milik Keluarga Leonardo. Para pelayan kesana kemarin melakukan pekerjaan yang sudah menjadi bagiannya. Ada yang menyapu, mengepel, mengelap kaca, menyiram tanaman, hingga mempersiapkan sarapan untuk pemilik rumah.

Emili, wanita yang masih tampak cantik di usianya yang sudah lebih dari 50 tahun. Pagi-pagi ia sudah berdandan anggun mengenakan dress ruffle warna marun dengan rambut yang dicepol rapi. Dialah nyonya rumah yang selama ini berjasa mengatur mansion sebesar itu.

"Selamat pagi, Sayang ...."

Emili mengalihkan pandangannya ke arah tangga.

Tampak sang suami, Tuan Leonardo, telah berpakaian rapi turun menghampiri. Ia menyambut suaminya dengan senyuman manis dan memberinya pelukan hangat.

"Selamat pagi, Sayang. Aku telah menyiapkan sarapan kesukaanmu, steak tenderloin," tutur Emili dengan penuh antusias.

Meskipun ada banyak pelayan di rumah, namun Emili selalu ikut turun langsung memasak makanan untuk keluarganya. Ada kepuasan tersendiri yang dirasakan untuk menyajikan langsung makanan dengan tangannya.

"Dimana putra kesayanganmu? Tumben belum turun," tanya Leon.

"Aku sudah menyuruh pelayan untuk memintanya sarapan bersama. Mungkin sebentar lagi dia turun."

Emili menghidangkan steak yang dibuatnya di hadapan sang suami. Tak lupa ia juga mengambil piring hidangan miliknya. Mereka duduk berdampingan dan mulai menikmati steak yang ada di dipiring masing-masing.

"Morning, Mom, Dad ...."

Putra mahkota yang mereka tunggu akhirnya turun menyusul kedua orang tuanya di ruang makan. Ketika ia duduk bergabung di sana, seorang pelayan langsung cekatan menghidangkan menu sarapan pagi beserta segelas teh hangat.

Tristan Alfred. Begitulah nama indah yang diberikan oleh Emili dan Leon kepada putra semata wayang mereka.

Muda, tampan, kaya, dan cerdas. Empat kata itu agaknya mampu mewakili deskripsi tentang Tristan yang kini telah menginjak usia 29 tahun. Calon pewaris tunggal raksasa bisnis milik Keluarga Leonardo.

Ejak kecil hidupnya sudah penuh kemewahan. Segalanya bisa ia dapatkan termasuk fasilitas pendidikan yang mampu mengantarkannya sebagai seorang pengusaha muda dan terkenal sekarang. Wajahnya beberapa kali muncul menghiasi halaman utama majalah bisnis.

Dia tidak hanya mengandalkan nama besar keluarganya. Tapi, dia memang punya kompetensi di bidang bisnis sesuai dengan jurusan kuliah yang ditempuhnya di Australia.

"Kamu baru pulang dari Shanghai tadi malam, sekarang sudah mau berangkat ke kantor lagi?" tanya Emili melihat penampilan putranya yang telah rapi seperti sang suami.

"Ya, Mom. Ada rapat penting yang tak bisa aku tinggalkan. Jadi, aku akan datang ke kantor," jawab Tristan sembari menyantap sarapannya.

"Seharusnya kamu ambil waktu istirahat. Biarkan Regis yang menggantikan pekerjaanmu sesekali. Kenapa hidupmu selalu disibukkan kerja dan kerja? Kamu kan masih muda ...," ujar Emili sedikit menggerutu.

Sebenarnya ia merasa kehilangan sosok putranya yang seperti sangat ambisius dengan pekerjaan. Padahal, suaminya sendiri tak sesibuk Tristan. Semenjak lulus S2 dari Australia, Tristan sibuk merintis bisnisnya. Anak itu tidak mau meneruskan bisnis keluarga. Padahal, tanpa bekerja keras juga hidup Tristan sudah enak.

"Selama di Shanghai, Regis sudah bekerja keras membantuku, Mom. Jadi aku memberinya waktu libur."

Emili menghela napas. "Orang lain kamu beri liburan. Tapi kamu sendiri tidak ada libur," sindirnya.

"Mommy kesepian, Tristan," sahut Leon yang memahami perasaan istrinya.

"Hahaha ... Bukankah sudah ada Daddy yang setiap hari di rumah, Mom? Aku bukan anak kecil lagi sekarang," timpal Tristan.

"Kamu ini anak mommy satu-satunya! Kalau tidak bisa selalu di rumah, setidaknya cepat menikah dan berikan mommy beberapa cucu yang lucu!"

Tristan memperlambat kunyahannya mendengar ucapan sang ibu. Entah mengapa selera makannya tiba-tiba hilang.

"Nanti kalau sudah waktunya juga aku akan menikah, Mom. Sekarang aku masih sibuk dengan pekerjaan."

Sudah tiga tahun belakangan memang ibunya selalu mendesaknya untuk menikah. Tapi, ia sendiri belum terlalu memikirkan ke arah sana.

"Kamu masih bisa terus bekerja meskipun nanti sudah menikah. Lalu kenapa masih ditunda-tunda?"

"Bagaimana dengan lamaranmu untuk putri Keluarga Arthur? Kamu juga sudah menggantungkannya selama satu tahun tanpa kepastian."

"Atau kamu batalkan saja lamaran itu! Mommy akan mencarikanmu calon istri dari keluarga lain."

"Jangan, Mom!" Tristan menolak dengan cepat keinginan ibunya.

"Sebenarnya Mommy kurang suka dengan Karina. Apa yang kamu suka dari wanita seperti itu?"

"Keluarganya juga punya banyak masalah, perusahaan mereka pasti sudah bangkrut kalau kamu tidak membantunya."

"Cari saja wanita lain dari keluarga yang lebih baik! Dari pada nanti banyak masalah muncul gara-gara keluarga mereka!"

Emili sudah berusaha mengenalkan banyak gadis cantik untuk putranya. Tentu saja mereka yang ia kenalkan bukan dari kalangan biasa, melainkan para anak pengusaha yang setara dengan mereka.

Tristan tak pernah tertarik dengan satupun dari mereka. Sampai Emili khawatir jika putranya tidak menyukai wanita.

Tapi, satu tahun yang lalu, tiba-tiba Tristan mengutarakan ketertarikannya kepada putri dari seorang pengusaha restaurant yang hampir bangkrut. Tidak bisa disangkal jika Karina Elizabeth Arthur itu memang wanita yang cantik. Namun, menurut Emili, Karina terlalu centil dan manja. Ia tidak bisa membayangkan memiliki menantu seperti Karina.

"Aku hanya mau menikah dengan putri Tuan Arthur, Mom."

"Kalau Mommy tidak menyukainya, tidak apa-apa jika aku tidak harus menikah," jawab Tristan dengan santainya.

Emili tertegun kehabisan kata-kata. Jawaban Tristan langsung mampu mendiamkannya.

"Biarkan Tristan memilih calon istrinya sendiri, Sayang. Lagi pula, membantu sedikit keluarga mereka juga tidak akan membuat keluarga kita jatuh miskin," sambung Leon.

Emili merasa sendiri. Bahkan suaminya juga berada di pihak putranya. Ia semakin tak berdaya.

"Terserah kamu saja kalau begitu, Tristan. Setidaknya, Mommy bisa melihatmu menikah dan memiliki anak," ucap Emili penuh kepasrahan.

Tristan terlihat mengulaskan senyum.

"Kalau kamu memang serius ingin menikah dengan Karina, tahun ini kalian harus menikah! Mommy tidak mau tahu!"

Tristan kembali tertegun. Ibunya kalau sudah punya kemauan tidak bisa dibantah.

"Luangkan waktumu untuk membahasnya dengan Karina dan keluarganya. Mommy tidak mau mengulur-ulur lagi."

"Kalau bisa minggu ini kita adakan pertemuan keluarga. Mommy akan mengatur semuanya."

Tristan menghela napas dalam-dalam. Ia meletakkan alat makannya. "Mom, aku sudah selesai sarapan. Aku berangkat ke kantor dulu," pamitnya seraya bangkit dari tempat duduknya.

"Tristan!" seru Emili yang kaget tiba-tiba putranya pergi begitu saja dari hadapannya.

"Sudahlah, Sayang. Jangan terlalu mengatur. Tristan sudah cukup dewasa untuk mengambil keputusannya sendiri," kata Leon menasihati sang istri.

Sementara, Tristan berjalan dengan langkah cepat menuju halaman depan. Di sana sudah terparkir mobil Audi hitam dengan sopir pribadinya.

"Selamat Pagi, Pak Tristan," sapa Hansan, sopir pribadi Tristan.

"Selamat pagi." Tristan menjawab sapaan sang sopir ketika memasuki kursi belakang mobil itu.

"Apa Pak Tristan ingin langsung ke kantor?"

Tristan terdiam sejenak.

"Tidak."

"Antar dulu ke kediaman Tuan Arthur!"

Terpopuler

Comments

Aisyah Ranni

Aisyah Ranni

jangan Tristan pengagum rahasia Ralina,yg diincarnya Ralina bukan Karina.

2024-12-11

0

martina melati

martina melati

wow... pagi2 sarapanny steik tenderloin... bgm menu siang dan mlm y

2025-02-09

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Terjebak Pernikahan
2 Bab 2: Desakan Menikah
3 Bab 3: Mengantar ke Kampus
4 Bab 4: Malangnya Ralina
5 Bab 5: Awal Obsesi
6 Bab 6: Jebakan Karina
7 Bab 7: Hasrat Terlarang
8 Bab 8: Pelindung Rahasia
9 Bab 9: Saling Menguatkan
10 Bab 10: Si Tuan Arogan
11 Bab 11: Diam-Diam Mencium
12 Bab 12: Tersulut Emosi
13 Bab 13: Dating
14 Bab 14: Pertemuan Keluarga
15 Bab 15: Keluarga Sampah
16 Bab 16: Akting
17 Bab 17: Dunia yang Berbeda
18 Bab 18: Mencari Ares
19 Bab 19: Mungkinkah Kita Bisa Bersama?
20 Bab 20: Hari Pernikahan
21 Bab 21: Ancaman
22 Bab 22: Tiba-Tiba Harus Menikah
23 Bab 23: Hati yang Terluka
24 Bab 24: Gagal Malam Pertama
25 Bab 25: Dikira Menyimpang
26 Bab 26: Interogasi
27 Bab 27: Musuh Bebuyutan
28 Bab 28: Putus
29 Bab 29: Kasus Suap Sang Ayah
30 Bab 30: Benih Kebencian
31 Bab 31: Digigit Kucing
32 Bab 32: Otak Sebenarnya
33 Bab 33: Kemalangan Bertubi-Tubi
34 Bab 34: Tolong Aku
35 Bab 35: Menantu Yang Baik
36 Bab 36: Tarif Sekali Bercinta
37 Bab 37: Malam Pertama yang Tertunda
38 Bab 38: Belum Selesai, Sayang
39 Bab 39: Kegemparan
40 Bab 40: Demam
41 Bab 41: Dokter Ansel
42 Bab 42: Persembunyian Karina
43 Bab 43: Anak Sang Mantan
44 Bab 44: Serpihan Masa Lalu
45 Bab 45: Jangan Ganas-Ganas
46 Bab 46: Kangen atau Pengen?
47 Bab 47: Selamat Pagi, Sayang!
48 Bab 48: Belum Bisa Menerima
49 Bab 49: Masih Ada Perhatian
50 Bab 50: Ada yang Marah
51 Bab 51: Haruskah Aku Sopan?
52 Bab 52: Mantan Kekasih Suami
53 Bab 53: Intimidasi
54 Bab 54: Keributan
55 Bab 55: Permintaan Gila
56 Bab 56: Peringatan
57 Bab 57: Aku Tidak Khawatir
58 Bab 58: Ucapan Sampah Bobby
59 Bab 59: Panas
Episodes

Updated 59 Episodes

1
Bab 1: Terjebak Pernikahan
2
Bab 2: Desakan Menikah
3
Bab 3: Mengantar ke Kampus
4
Bab 4: Malangnya Ralina
5
Bab 5: Awal Obsesi
6
Bab 6: Jebakan Karina
7
Bab 7: Hasrat Terlarang
8
Bab 8: Pelindung Rahasia
9
Bab 9: Saling Menguatkan
10
Bab 10: Si Tuan Arogan
11
Bab 11: Diam-Diam Mencium
12
Bab 12: Tersulut Emosi
13
Bab 13: Dating
14
Bab 14: Pertemuan Keluarga
15
Bab 15: Keluarga Sampah
16
Bab 16: Akting
17
Bab 17: Dunia yang Berbeda
18
Bab 18: Mencari Ares
19
Bab 19: Mungkinkah Kita Bisa Bersama?
20
Bab 20: Hari Pernikahan
21
Bab 21: Ancaman
22
Bab 22: Tiba-Tiba Harus Menikah
23
Bab 23: Hati yang Terluka
24
Bab 24: Gagal Malam Pertama
25
Bab 25: Dikira Menyimpang
26
Bab 26: Interogasi
27
Bab 27: Musuh Bebuyutan
28
Bab 28: Putus
29
Bab 29: Kasus Suap Sang Ayah
30
Bab 30: Benih Kebencian
31
Bab 31: Digigit Kucing
32
Bab 32: Otak Sebenarnya
33
Bab 33: Kemalangan Bertubi-Tubi
34
Bab 34: Tolong Aku
35
Bab 35: Menantu Yang Baik
36
Bab 36: Tarif Sekali Bercinta
37
Bab 37: Malam Pertama yang Tertunda
38
Bab 38: Belum Selesai, Sayang
39
Bab 39: Kegemparan
40
Bab 40: Demam
41
Bab 41: Dokter Ansel
42
Bab 42: Persembunyian Karina
43
Bab 43: Anak Sang Mantan
44
Bab 44: Serpihan Masa Lalu
45
Bab 45: Jangan Ganas-Ganas
46
Bab 46: Kangen atau Pengen?
47
Bab 47: Selamat Pagi, Sayang!
48
Bab 48: Belum Bisa Menerima
49
Bab 49: Masih Ada Perhatian
50
Bab 50: Ada yang Marah
51
Bab 51: Haruskah Aku Sopan?
52
Bab 52: Mantan Kekasih Suami
53
Bab 53: Intimidasi
54
Bab 54: Keributan
55
Bab 55: Permintaan Gila
56
Bab 56: Peringatan
57
Bab 57: Aku Tidak Khawatir
58
Bab 58: Ucapan Sampah Bobby
59
Bab 59: Panas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!