Chapter 17 Kenapa kau sibuk mengurusi dia? Dia adalah selirku

“Selir Ji An Yi, udara di sini semakin kencang. Kau akan masuk angin jika terus di luar. Mari, aku akan mengantarmu ke kamar,” ujar Xiang Wei dengan nada lembut, namun tegas.

Ji An menunduk sedikit, mencoba menutupi kecemasannya. “Maaf, Yang Mulia. Hamba rasa itu tidak perlu. Itu benar-benar akan merepotkan Yang Mulia. Hamba hanya seorang selir, sedangkan Yang Mulia adalah Putra Mahkota. Jika ada yang melihat, tidakkah itu akan menjadi tidak pantas?”

Xiang Wei tersenyum tipis, namun ada ketegasan di matanya. “Tidak masalah, Selir Ji An Yi. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau diberikan tempat yang layak untuk istirahat. Aku tidak peduli apa yang orang lain pikirkan.”

Ji An merasakan kegugupan yang kian meningkat. Jika Xiang Wei mengantarnya, dia pasti akan mengetahui bahwa Ji An telah dipindahkan ke paviliun utara—sebuah tempat yang jauh dari pusat istana dan hampir tidak terawat. Pindah ke sana adalah bentuk penghinaan halus yang ia terima atas perintah Raja Xiang Rong

Ji An mencoba mencari alasan. “Yang Mulia, hamba sungguh berterima kasih atas perhatian Anda. Namun, hamba rasa hamba masih bisa berjalan sendiri. Mohon jangan khawatirkan hamba.”

Namun, Xiang Wei tidak mudah diyakinkan. Ia mengulurkan tangannya, membantunya berdiri. “Aku tidak akan membiarkanmu kembali sendiri dalam keadaan seperti ini.”

Ji An tidak punya pilihan selain menurut, meskipun hatinya penuh kecemasan. Mereka berjalan perlahan di sepanjang koridor istana, dan semakin dekat mereka ke paviliun utara, semakin Ji An merasa malu.

Ketika akhirnya mereka tiba di depan paviliun itu, Xiang Wei berhenti, menatap bangunan yang jelas-jelas sudah lama tidak diperhatikan. Catnya mulai pudar, dan taman di sekitarnya penuh dengan dedaunan kering yang belum dibersihkan.

“Ini tempat tinggalmu sekarang?” tanya Xiang Wei dengan nada yang sulit ditebak, tetapi matanya memancarkan kemarahan yang tidak tersembunyi.

Ji An hanya bisa menunduk, tidak mampu menjawab.

Xiang Wei mendesah panjang, matanya menatap Ji An dengan penuh iba. “Apakah ini perintah dari Xiang Rong atau... seseorang lainnya?”

Ji An menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan emosi yang mulai naik. “Hamba tidak tahu, Yang Mulia. Hamba hanya mengikuti perintah.”

Xiang Wei menggeleng pelan, jelas tidak puas dengan jawaban itu. Ia mengepalkan tangannya, lalu berbicara dengan nada lebih tegas. “Aku tidak akan membiarkan hal ini terus terjadi. Kau pantas mendapatkan tempat yang lebih baik.”

Ji An terkejut. “Yang Mulia, tolong jangan campur tangan. Ini masalah kecil. Hamba tidak ingin memperumit keadaan.”

Namun, Xiang Wei menatapnya dalam-dalam, senyum lembut kembali menghiasi wajahnya. “Ji An Yi, kau terlalu rendah hati. Kadang, seseorang harus berdiri untuk dirinya sendiri. Jika kau tidak mau melakukannya, biarkan aku yang melakukannya untukmu.”

Setelah berkata demikian, Xiang Wei berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Ji An yang bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Kata-katanya terasa seperti janji, dan Ji An tahu bahwa Putra Mahkota Xiang Wei bukanlah seseorang yang akan membiarkan sesuatu berlalu begitu saja.

"Xiang Rong, apa kau yang memerintahkan Selir Ji An Yi tinggal di Paviliun Utara?" tanya Xiang Wei dengan nada serius, tiba-tiba masuk ke ruang kerja Raja tanpa pemberitahuan.

Xiang Rong mendongak dari pekerjaannya, menatap kakaknya dengan dingin. “Memangnya kenapa jika iya? Apa itu urusanmu?”

Xiang Wei tidak terintimidasi oleh sikap adiknya. Ia melangkah maju, menatap Xiang Rong dengan tatapan yang tidak kalah tajam. “Ada banyak tempat di bagian istana ini yang lebih layak untuknya. Kenapa kau menyuruhnya tinggal di tempat yang bahkan pelayan biasa pun enggan menempatinya?” Nada bicaranya terdengar tegas, penuh rasa kecewa.

Xiang Rong bangkit dari kursinya, mendekati Xiang Wei hingga hanya beberapa langkah memisahkan mereka. Matanya menyorot tajam, penuh kemarahan yang tertahan. “Kenapa kau sibuk mengurusi dia? Dia adalah selirku, Xiang Wei. Aku bebas melakukan apa saja padanya. Kau tidak punya hak untuk memarahi atau mempertanyakan keputusanku seperti ini!”

Xiang Wei menyeringai kecil, tetapi ada amarah yang tersembunyi dalam suaranya. “Selir Ji An Yi bukan hanya selir biasa. Dia adalah seseorang yang layak dihormati, bahkan jika kau tidak peduli padanya. Sikapmu tidak hanya mencerminkan siapa dirimu, Xiang Rong, tapi juga mencoreng nama keluarga kita.”

Xiang Rong mendengus, melipat kedua tangannya di dada. “Jangan bicara seolah kau adalah pelindung keadilan. Aku tahu kau punya alasan lain untuk terlalu memperhatikannya. Jangan berpura-pura peduli hanya demi mendapatkan simpati dari seorang wanita.”

Xiang Wei menghela napas panjang, mengatur emosinya. “Aku memang memperhatikannya, Xiang Rong. Bukan karena aku menginginkan simpati, tapi karena aku menghargai keberanian dan keteguhannya. Jika kau tidak bisa melihat itu, maka kau lebih buta daripada yang kukira.”

Sebelum Xiang Rong sempat membalas, Xiang Wei berbalik pergi. Namun sebelum melangkah keluar, ia menoleh dan menambahkan, “Ingat ini, adikku. Jika kau terus memperlakukannya seperti ini, jangan salahkan siapa pun kelak dia yang akan ku bawa bersama ku"

Xiang Rong hanya berdiri diam, matanya penuh kilatan amarah bercampur kebingungan. Kata-kata Xiang Wei menusuk dalam, meskipun ia tidak ingin mengakuinya.

***

Di Paviliun Utara

Ji An duduk di kamarnya, matanya menerawang kosong ke luar jendela. Lin Li mendekatinya dengan secangkir teh hangat.

“Yang Mulia, kau terlihat sangat lelah. Mungkin kau perlu beristirahat sebentar?” Lin Li berkata dengan nada penuh kekhawatiran.

Ji An menggeleng lemah. “Istirahat tidak akan mengubah apa pun, Lin Li. Aku hanya merasa seperti terjebak di tempat yang sama tanpa tahu jalan keluarnya.”

Sebelum Lin Li sempat menjawab, seorang pelayan masuk dengan ekspresi gugup. “Selir Ji An Yi, Putra Mahkota Xiang Wei ingin bertemu dengan Anda di taman istana.”

Ji An terdiam, hatinya bercampur aduk antara rasa bingung dan cemas. “Apa yang diinginkan Putra Mahkota dariku?”

Lin Li tersenyum tipis. “Mungkin dia ingin memastikan kau baik-baik saja, Nona. Bukankah dia selalu muncul di saat-saat kau membutuhkan seseorang?”

Ji An menghela napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya sebelum bangkit dan berjalan menuju taman.

***

Di Taman Istana

Xiang Wei berdiri di tengah taman, menunggu dengan tenang. Saat melihat Ji An datang, ia tersenyum lembut.

“Yang Mulia memanggil saya? Apa ada sesuatu yang penting?” Ji An membuka percakapan dengan nada hormat.

Xiang Wei mengangguk. “Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja setelah semua yang terjadi. Kau terlihat lelah akhir-akhir ini.”

Ji An tersenyum kecil, tetapi sorot matanya memancarkan kelelahan. “Hamba baik-baik saja, Yang Mulia. Hamba hanya mencoba menjalankan tugas sebaik mungkin.”

Xiang Wei menatapnya dengan serius. “Ji An Yi, kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk seseorang yang tidak melihat usaha kerasmu. Kadang, memberikan jarak adalah cara terbaik untuk menjaga dirimu sendiri.”

Ji An terdiam, hatinya bergemuruh mendengar kata-kata itu. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Xiang Wei melanjutkan, “Jika kau merasa tidak ada tempat untukmu di sisi Xiang Rong, ingatlah bahwa aku selalu ada untuk mendukungmu.”

Kata-kata itu menggema di kepala Ji An, membuatnya semakin bingung tentang apa yang seharusnya ia lakukan.

Episodes
1 Chapter 1 Selir
2 Chapter 2 Suara Misterius
3 Chapter 3 Pindah Ke Paviliun Utara
4 Chapter 4 Menyelesaikan Kasus
5 Chapter 5 Beberapa Pion Kecil
6 Chapter 6 Strategi Mendekati Raja Xiang Rong
7 Chapter 7 Mengajukan Saran Kecil
8 Chapter 8 Putra Mahkota Xiang Wei
9 Chapter 9 Saya ingin menawarkan bantuan kecil.
10 Chapter 10 Terlibat dalam kegiatan sehari-hari Raja
11 Chapter 11Apa sebenarnya yang kau cari, Ji An Yi? Kekuasaan, pengakuan, atau..
12 Chapter 12 Kenapa kau terus-menerus muncul di hadapanku?
13 Chapter 13 Apa aku bisa mendapatkan makanan enak ini lagi kapan kapan?
14 Chapter 14 Raja Xiang Rong adalah suamiku
15 Chapter 15 Apa kau tidak lelah melakukan ini setiap hari?
16 Chapter 16 Kau terlalu banyak menarik perhatian
17 Chapter 17 Kenapa kau sibuk mengurusi dia? Dia adalah selirku
18 Chapter 18 Apa kau berharap menjadi lebih dari sekadar selir?
19 Chapter 19 Tidak ada sarapan dari Ji An Yi?”
20 Chapter 20 Jangan memaksakan dirimu.
21 Chapter 21 Ada rasa aneh dalam bubur ini. Apa yang kau tambahkan?
22 Chapter 22 Bidak Permaisuri Yang Xi
23 Chapter 23 Kau terus mengatakan bahwa ini adalah jebakan.
24 Chapter 24 Kau pikir kau bisa bermain dengan api dan tidak terbakar, Ji An Yi?"
25 Chapter 25 Aku akan diasingkan ke paviliun terpencil
26 Chapter 26 Paviliun Di ujung Istana tidak layak untuk mu
27 Chapter 27 Seorang pria tak dikenal
28 Chapter 28 Kau pria misterius itu?
29 Chapter 29 Menghirup Udara Segar
30 Chapter 30 Apa kau bersedia menjadi Permaisuriku?
31 Chapter 31 Kali ini, aku akan menemukan jalanku sendiri
32 Chapter 32 Jebakan
33 Chapter 33 Aku harus kembali
34 Chapter 34 Aku...harus bertahan
35 Chapter 35 Punggung yang hangat dan kokoh
36 Chapter 36 kekhawatiran dan kecurigaan
37 Chapter 37 Cemburu
38 Chapter 38 Kembalikan Ji An Yi kepadaku
39 Chapter 39 Memberikan Perlindungan
40 Chapter 40 Pesan Ibu Suri
41 Chapter 41 Ancaman
42 Chapter 42 Perjalanan Belum berakhir
43 Chapter 43 Perjalanan
44 Chapter 44 Menjadi Aib Keluarga
45 Chapter 45 Kuil Tua
46 Chapter 46 hutan sunyi dan gelap
47 Chapter 47 Melawan Rasa Sakit
48 Chapter 48 Perseteruannya
49 Chapter 49 Waktunya tiba
50 Chapter 50 Tamat
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Chapter 1 Selir
2
Chapter 2 Suara Misterius
3
Chapter 3 Pindah Ke Paviliun Utara
4
Chapter 4 Menyelesaikan Kasus
5
Chapter 5 Beberapa Pion Kecil
6
Chapter 6 Strategi Mendekati Raja Xiang Rong
7
Chapter 7 Mengajukan Saran Kecil
8
Chapter 8 Putra Mahkota Xiang Wei
9
Chapter 9 Saya ingin menawarkan bantuan kecil.
10
Chapter 10 Terlibat dalam kegiatan sehari-hari Raja
11
Chapter 11Apa sebenarnya yang kau cari, Ji An Yi? Kekuasaan, pengakuan, atau..
12
Chapter 12 Kenapa kau terus-menerus muncul di hadapanku?
13
Chapter 13 Apa aku bisa mendapatkan makanan enak ini lagi kapan kapan?
14
Chapter 14 Raja Xiang Rong adalah suamiku
15
Chapter 15 Apa kau tidak lelah melakukan ini setiap hari?
16
Chapter 16 Kau terlalu banyak menarik perhatian
17
Chapter 17 Kenapa kau sibuk mengurusi dia? Dia adalah selirku
18
Chapter 18 Apa kau berharap menjadi lebih dari sekadar selir?
19
Chapter 19 Tidak ada sarapan dari Ji An Yi?”
20
Chapter 20 Jangan memaksakan dirimu.
21
Chapter 21 Ada rasa aneh dalam bubur ini. Apa yang kau tambahkan?
22
Chapter 22 Bidak Permaisuri Yang Xi
23
Chapter 23 Kau terus mengatakan bahwa ini adalah jebakan.
24
Chapter 24 Kau pikir kau bisa bermain dengan api dan tidak terbakar, Ji An Yi?"
25
Chapter 25 Aku akan diasingkan ke paviliun terpencil
26
Chapter 26 Paviliun Di ujung Istana tidak layak untuk mu
27
Chapter 27 Seorang pria tak dikenal
28
Chapter 28 Kau pria misterius itu?
29
Chapter 29 Menghirup Udara Segar
30
Chapter 30 Apa kau bersedia menjadi Permaisuriku?
31
Chapter 31 Kali ini, aku akan menemukan jalanku sendiri
32
Chapter 32 Jebakan
33
Chapter 33 Aku harus kembali
34
Chapter 34 Aku...harus bertahan
35
Chapter 35 Punggung yang hangat dan kokoh
36
Chapter 36 kekhawatiran dan kecurigaan
37
Chapter 37 Cemburu
38
Chapter 38 Kembalikan Ji An Yi kepadaku
39
Chapter 39 Memberikan Perlindungan
40
Chapter 40 Pesan Ibu Suri
41
Chapter 41 Ancaman
42
Chapter 42 Perjalanan Belum berakhir
43
Chapter 43 Perjalanan
44
Chapter 44 Menjadi Aib Keluarga
45
Chapter 45 Kuil Tua
46
Chapter 46 hutan sunyi dan gelap
47
Chapter 47 Melawan Rasa Sakit
48
Chapter 48 Perseteruannya
49
Chapter 49 Waktunya tiba
50
Chapter 50 Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!