Chapter 16 Kau terlalu banyak menarik perhatian

Setelah kejadian di koridor itu, Ji An kembali ke kamarnya dengan pikiran yang bercampur aduk. Ia merasa tertekan oleh ancaman Permaisuri Yang Xi, tetapi ia juga tahu bahwa mundur bukanlah pilihan. Ia harus menyelesaikan masalah ini,tujuannya cuma satu yaitu pulang ke dunia nyata.

Ji An hanya bisa menghela napas panjang, menyadari bahwa setiap langkahnya di istana penuh dengan risiko.

Keesokan paginya, Ji An kembali ke dapur istana untuk menyiapkan sarapan. Kali ini, ia memutuskan untuk membuat hidangan kesukaan Raja Xiang Rong—sup kacang merah dengan roti hangat. Ia berharap masakannya kali ini bisa sedikit meluluhkan hati Raja.

Saat Ji An tengah sibuk memasak, Lin Li mendekatinya dengan wajah cemas.

“Nyonya, saya mendengar kabar bahwa Permaisuri memanggil beberapa pelayan ke kamarnya tadi malam. Mereka bilang dia sedang merencanakan sesuatu.”

Ji An berhenti sejenak, lalu melanjutkan pekerjaannya. “Apa pun rencananya, aku sudah siap. Selama aku tetap fokus pada tugasku, aku tidak punya alasan untuk takut.”

Lin Li menggigit bibirnya, tampak khawatir. “Tapi, Nyonya, apa tidak lebih baik jika Anda menjaga jarak dari Raja untuk sementara waktu?”

Ji An menggeleng pelan. “Jika aku mundur sekarang, itu sama saja mengakui kekalahan. Aku tidak akan menyerah.”

 

Saat Ji An membawa sarapan ke ruang kerja Raja Xiang Rong, suasana di dalam ruangan tampak lebih santai daripada biasanya. Raja duduk di kursinya dengan setumpuk dokumen di depannya, tetapi kali ini ia tidak terlihat terlalu tegang.

Ketika Ji An masuk, Raja Xiang Rong menatapnya sekilas, lalu kembali ke dokumen-dokumennya.

“Kau lagi?” tanyanya dengan nada datar.

“Hamba membawa sarapan untuk Yang Mulia,” jawab Ji An dengan sopan. Ia meletakkan nampan di meja, lalu berdiri menunggu reaksi Raja.

Raja Xiang Rong menghela napas, tetapi kali ini ia tidak menolak. Ia mengambil sendok dan mencicipi sup yang disiapkan Ji An. Wajahnya tetap datar, tetapi ada sedikit perubahan pada ekspresinya.

“Rasanya... tidak buruk,” komentarnya singkat.

Ji An merasa lega mendengar pujian itu, meskipun sederhana. Namun sebelum ia sempat mengatakan sesuatu, pintu ruang kerja terbuka, dan Putra Mahkota Xiang Wei masuk dengan senyum lebar.

“Ah, adikku! Rupanya kau sudah dijamu oleh Selir Ji An Yi,” katanya sambil melirik ke arah Ji An. “Sepertinya aku harus sering-sering datang ke sini untuk mencicipi masakannya juga.”

Raja Xiang Rong mendengus kecil. “Xiang Wei, jika kau hanya datang untuk mengganggu, lebih baik kau pergi.”

Xiang Wei tertawa pelan dan duduk di salah satu kursi. “Tenang saja, aku hanya ingin memastikan adikku dalam kondisi baik. Dan tentu saja, melihat bagaimana Selir Ji An Yi selalu penuh perhatian, aku yakin kau tidak kekurangan apa pun.”

Ji An menunduk, merasa canggung dengan kehadiran Xiang Wei. Ia tahu bahwa Putra Mahkota sering bermain kata-kata, dan ia tidak ingin menjadi bahan olok-olok di antara kedua saudara itu.

Namun, Xiang Wei tampaknya tidak berniat berhenti. “Ngomong-ngomong, Ji An Yi, kapan kau akan memasak sesuatu untukku? Aku merasa iri dengan perhatian yang kau berikan pada adikku.”

“Yang Mulia, hamba hanya menjalankan tugas untuk melayani Raja,” jawab Ji An dengan hati-hati.

Xiang Wei tertawa lagi. “Tugas, ya? Baiklah, aku tidak akan memaksamu. Tapi ingat, jika kau lelah menghadapi sikap dingin adikku, aku selalu punya waktu untukmu.”

Raja Xiang Rong meletakkan sendoknya dengan bunyi keras, membuat suasana di ruangan itu tegang seketika.

“Xiang Wei, aku tidak punya waktu untuk leluconmu. Jika kau tidak ada urusan penting, pergi dari sini.”

Xiang Wei berdiri dengan anggukan ringan. “Baiklah, baiklah. Aku akan pergi. Tapi ingat, adikku, kau beruntung memiliki seseorang yang begitu perhatian seperti Ji An Yi.”

Setelah Xiang Wei pergi, ruangan menjadi sunyi. Ji An tetap berdiri di tempatnya, menunggu izin untuk pergi.

“Kau terlalu banyak menarik perhatian,” kata Raja Xiang Rong akhirnya. “Itu hanya akan membuat segalanya lebih sulit bagimu.”

Ji An menatapnya dengan mata penuh tekad. “Hamba hanya ingin melakukan yang terbaik untuk Yang Mulia.”

Raja Xiang Rong tidak menjawab, tetapi ada sesuatu dalam tatapannya yang berbeda kali ini—seperti ada keraguan yang mulai tumbuh di dalam hatinya.

Ji An keluar dari ruang kerja Raja Xiang Rong, namun tiba-tiba rasa sakit di dadanya kembali menyerang, menggerogoti tubuhnya perlahan. Ia terpaksa bersandar di salah satu pilar di koridor, mencoba menyeimbangkan dirinya.

Tubuhnya terasa lemah, seperti tidak mampu menopang dirinya sendiri. Tepat saat ia hampir kehilangan keseimbangan, sebuah tangan kuat dengan sigap merangkulnya, menahan tubuhnya agar tidak jatuh.

Ji An mendongak dengan mata yang sedikit buram dan mendapati tatapan hangat penuh perhatian. Itu adalah Putra Mahkota Xiang Wei. Lagi-lagi, dialah yang datang menolong Ji An.

"Selir Ji An Yi, kau tampaknya tidak berhenti membuat orang khawatir," katanya dengan nada lembut, namun ada kekhawatiran yang nyata di matanya.

Ji An mencoba berdiri tegak, berusaha menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. "Yang Mulia, hamba... hamba tidak apa-apa. Hanya sedikit pusing saja."

Xiang Wei menggeleng pelan, memiringkan kepala sambil mengamati wajahnya yang pucat. "Pusing, katamu? Tapi wajahmu mengatakan sebaliknya. Kau terlihat seperti bisa pingsan kapan saja. Kau harus lebih memedulikan kesehatanmu."

Ia menarik Ji An perlahan, memandunya menuju salah satu bangku di koridor. Dengan hati-hati, ia membantu Ji An duduk.

“Terima kasih, Yang Mulia sudah menolong ku lagi ,” katanya dengan suara lemah.

Xiang Wei duduk di sebelahnya, menjaga jarak yang tetap sopan. Ia menatap ke depan, suaranya berubah lebih serius. “Ji An Yi, kenapa kau terus memaksakan diri? Aku tahu kau sedang berusaha keras menarik perhatian Xiang Rong, tapi kau tidak harus mengorbankan dirimu seperti ini.”

Ji An menggenggam gaunnya erat erat , lalu menunduk. “Hamba melakukan ini karena hamba ingin memenuhi tugas hamba. Tidak lebih.”

Xiang Wei tertawa kecil, tapi ada nada getir di balik tawanya. “Tugas, ya? Kau sangat setia pada kata itu. Tapi apa kau tahu? Orang yang kau perjuangkan itu mungkin tidak akan pernah peduli, tidak peduli seberapa keras kau mencoba.”

Kata-kata itu menusuk hati Ji An, tetapi ia harus melakukan itu semua,jika itulah cara satu satunya keluar dari tempat ini.

Episodes
1 Chapter 1 Selir
2 Chapter 2 Suara Misterius
3 Chapter 3 Pindah Ke Paviliun Utara
4 Chapter 4 Menyelesaikan Kasus
5 Chapter 5 Beberapa Pion Kecil
6 Chapter 6 Strategi Mendekati Raja Xiang Rong
7 Chapter 7 Mengajukan Saran Kecil
8 Chapter 8 Putra Mahkota Xiang Wei
9 Chapter 9 Saya ingin menawarkan bantuan kecil.
10 Chapter 10 Terlibat dalam kegiatan sehari-hari Raja
11 Chapter 11Apa sebenarnya yang kau cari, Ji An Yi? Kekuasaan, pengakuan, atau..
12 Chapter 12 Kenapa kau terus-menerus muncul di hadapanku?
13 Chapter 13 Apa aku bisa mendapatkan makanan enak ini lagi kapan kapan?
14 Chapter 14 Raja Xiang Rong adalah suamiku
15 Chapter 15 Apa kau tidak lelah melakukan ini setiap hari?
16 Chapter 16 Kau terlalu banyak menarik perhatian
17 Chapter 17 Kenapa kau sibuk mengurusi dia? Dia adalah selirku
18 Chapter 18 Apa kau berharap menjadi lebih dari sekadar selir?
19 Chapter 19 Tidak ada sarapan dari Ji An Yi?”
20 Chapter 20 Jangan memaksakan dirimu.
21 Chapter 21 Ada rasa aneh dalam bubur ini. Apa yang kau tambahkan?
22 Chapter 22 Bidak Permaisuri Yang Xi
23 Chapter 23 Kau terus mengatakan bahwa ini adalah jebakan.
24 Chapter 24 Kau pikir kau bisa bermain dengan api dan tidak terbakar, Ji An Yi?"
25 Chapter 25 Aku akan diasingkan ke paviliun terpencil
26 Chapter 26 Paviliun Di ujung Istana tidak layak untuk mu
27 Chapter 27 Seorang pria tak dikenal
28 Chapter 28 Kau pria misterius itu?
29 Chapter 29 Menghirup Udara Segar
30 Chapter 30 Apa kau bersedia menjadi Permaisuriku?
31 Chapter 31 Kali ini, aku akan menemukan jalanku sendiri
32 Chapter 32 Jebakan
33 Chapter 33 Aku harus kembali
34 Chapter 34 Aku...harus bertahan
35 Chapter 35 Punggung yang hangat dan kokoh
36 Chapter 36 kekhawatiran dan kecurigaan
37 Chapter 37 Cemburu
38 Chapter 38 Kembalikan Ji An Yi kepadaku
39 Chapter 39 Memberikan Perlindungan
40 Chapter 40 Pesan Ibu Suri
41 Chapter 41 Ancaman
42 Chapter 42 Perjalanan Belum berakhir
43 Chapter 43 Perjalanan
44 Chapter 44 Menjadi Aib Keluarga
45 Chapter 45 Kuil Tua
46 Chapter 46 hutan sunyi dan gelap
47 Chapter 47 Melawan Rasa Sakit
48 Chapter 48 Perseteruannya
49 Chapter 49 Waktunya tiba
50 Chapter 50 Tamat
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Chapter 1 Selir
2
Chapter 2 Suara Misterius
3
Chapter 3 Pindah Ke Paviliun Utara
4
Chapter 4 Menyelesaikan Kasus
5
Chapter 5 Beberapa Pion Kecil
6
Chapter 6 Strategi Mendekati Raja Xiang Rong
7
Chapter 7 Mengajukan Saran Kecil
8
Chapter 8 Putra Mahkota Xiang Wei
9
Chapter 9 Saya ingin menawarkan bantuan kecil.
10
Chapter 10 Terlibat dalam kegiatan sehari-hari Raja
11
Chapter 11Apa sebenarnya yang kau cari, Ji An Yi? Kekuasaan, pengakuan, atau..
12
Chapter 12 Kenapa kau terus-menerus muncul di hadapanku?
13
Chapter 13 Apa aku bisa mendapatkan makanan enak ini lagi kapan kapan?
14
Chapter 14 Raja Xiang Rong adalah suamiku
15
Chapter 15 Apa kau tidak lelah melakukan ini setiap hari?
16
Chapter 16 Kau terlalu banyak menarik perhatian
17
Chapter 17 Kenapa kau sibuk mengurusi dia? Dia adalah selirku
18
Chapter 18 Apa kau berharap menjadi lebih dari sekadar selir?
19
Chapter 19 Tidak ada sarapan dari Ji An Yi?”
20
Chapter 20 Jangan memaksakan dirimu.
21
Chapter 21 Ada rasa aneh dalam bubur ini. Apa yang kau tambahkan?
22
Chapter 22 Bidak Permaisuri Yang Xi
23
Chapter 23 Kau terus mengatakan bahwa ini adalah jebakan.
24
Chapter 24 Kau pikir kau bisa bermain dengan api dan tidak terbakar, Ji An Yi?"
25
Chapter 25 Aku akan diasingkan ke paviliun terpencil
26
Chapter 26 Paviliun Di ujung Istana tidak layak untuk mu
27
Chapter 27 Seorang pria tak dikenal
28
Chapter 28 Kau pria misterius itu?
29
Chapter 29 Menghirup Udara Segar
30
Chapter 30 Apa kau bersedia menjadi Permaisuriku?
31
Chapter 31 Kali ini, aku akan menemukan jalanku sendiri
32
Chapter 32 Jebakan
33
Chapter 33 Aku harus kembali
34
Chapter 34 Aku...harus bertahan
35
Chapter 35 Punggung yang hangat dan kokoh
36
Chapter 36 kekhawatiran dan kecurigaan
37
Chapter 37 Cemburu
38
Chapter 38 Kembalikan Ji An Yi kepadaku
39
Chapter 39 Memberikan Perlindungan
40
Chapter 40 Pesan Ibu Suri
41
Chapter 41 Ancaman
42
Chapter 42 Perjalanan Belum berakhir
43
Chapter 43 Perjalanan
44
Chapter 44 Menjadi Aib Keluarga
45
Chapter 45 Kuil Tua
46
Chapter 46 hutan sunyi dan gelap
47
Chapter 47 Melawan Rasa Sakit
48
Chapter 48 Perseteruannya
49
Chapter 49 Waktunya tiba
50
Chapter 50 Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!