Chapter 15 Apa kau tidak lelah melakukan ini setiap hari?

Keesokan harinya, Ji An kembali dengan tekad yang bulat. Meskipun peringatan dari Permaisuri Yang Xi masih terngiang di telinganya, ia tidak berniat menyerah begitu saja. Ji An yakin bahwa jika ia cukup sabar dan tulus, perlahan Raja Xiang Rong akan melihat usahanya.

Pagi itu, Ji An memutuskan untuk membawa sarapan istimewa ke ruang kerja Raja Xiang Rong. Kali ini, ia membuat sendiri hidangan bubur jamur dengan kaldu ayam yang kaya rasa, ditemani teh herbal hangat untuk membantu menenangkan pikiran Raja yang pasti sedang lelah dengan urusan negara.

Ketika ia tiba di ruang kerja, Ji An mengetuk pintu dengan lembut.

“Masuk,” suara dalam Raja Xiang Rong terdengar datar seperti biasa.

Ji An membuka pintu dengan hati-hati dan melangkah masuk. Seperti sebelumnya, Raja Xiang Rong sedang tenggelam dalam dokumen-dokumen di mejanya. Ia hanya melirik sekilas ke arah Ji An sebelum kembali fokus.

“Kau lagi?” katanya dengan nada dingin. “Apa kau tidak lelah melakukan ini setiap hari?”

Ji An tersenyum tipis, meletakkan nampan di atas meja kecil. “Yang Mulia, hamba hanya ingin memastikan Anda memulai hari dengan baik. Sarapan penting untuk menjaga kesehatan.”

Raja Xiang Rong menatapnya tajam. “Kesehatanku bukan urusanmu, Ji An Yi.”

Namun, alih-alih merasa tersinggung, Ji An tetap tenang. Ia membuka tutup mangkuk bubur dan aroma harum langsung memenuhi ruangan. “Kalau begitu, anggap ini sebagai tugas kecil dari hamba untuk menunjukkan rasa hormat kepada Yang Mulia.”

Raja Xiang Rong diam beberapa saat, lalu mengambil sendok. Ia mencicipi bubur itu tanpa ekspresi, tetapi Ji An melihat sekilas perubahan di matanya.

“Kau cukup pandai memasak,” ujar Xiang Rong akhirnya, meskipun nadanya tetap datar.

Ji An tersenyum, meskipun tahu pujian itu hanya setengah hati. “Terima kasih, Yang Mulia. Jika Anda menyukainya, hamba akan membuatkan lagi lain kali.”

“Tidak perlu,” balas Xiang Rong cepat. “Aku tidak butuh perhatianmu. Jangan berpikir bahwa ini akan mengubah apapun.”

Ji An menundukkan kepala, menyembunyikan rasa frustrasinya. “Hamba mengerti, Yang Mulia.”

Ketika ia berbalik untuk pergi, Raja Xiang Rong tiba-tiba berkata, “Ji An Yi.”

Ji An berhenti, berbalik dengan harapan kecil di hatinya.

“Berhati-hatilah,” kata Raja Xiang Rong pelan, suaranya nyaris seperti peringatan. “Semakin sering kau melakukan ini, semakin banyak mata yang mengawasimu.”

Ji An terkejut mendengar nada perhatian dalam suara itu. “Hamba akan berhati-hati, Yang Mulia,” jawabnya pelan sebelum meninggalkan ruangan.

Di luar, Ji An menarik napas panjang. Meskipun Raja Xiang Rong masih bersikap dingin, ada sesuatu dalam kata-katanya tadi yang membuat Ji An merasa bahwa usahanya, sedikit demi sedikit, mulai membuahkan hasil. Namun, ia juga sadar bahwa bahaya di istana semakin nyata, terutama dengan Permaisuri Yang Xi dan Putra Mahkota Xiang Wei yang sama-sama memperhatikan setiap langkahnya.

 

Ji An tak hentinya kembali membawa sarapan untuk Raja Xiang Rong. Kali ini, ia memilih sesuatu yang sederhana—roti panggang dengan madu dan secangkir teh jahe hangat. Saat ia mengetuk pintu, Raja Xiang Rong mempersilahkannya masuk dengan nada datar seperti biasa.

Ketika Ji An meletakkan sarapan di meja, Raja Xiang Rong memandangnya dengan alis yang sedikit terangkat.

“Kau datang lagi?”

“Hamba tidak akan menyerah, Yang Mulia,” jawab Ji An dengan nada penuh tekad.

Raja Xiang Rong memandangnya dalam-dalam, seolah mencoba membaca isi pikirannya. “Apa sebenarnya tujuanmu, Ji An Yi? Kau tahu aku tidak mudah dipengaruhi oleh tindakan kecil seperti ini.”

Ji An terdiam sejenak, lalu berkata dengan suara lembut, “Hamba hanya ingin Yang Mulia tahu bahwa hamba ada di sini. Meskipun hanya sekadar memastikan Anda makan dengan baik.”

Xiang Rong mendengus kecil, meskipun matanya tidak lagi setajam sebelumnya. “Tindakanmu ini hanya akan membuat lebih banyak orang memusuhimu, kau sadar itu, bukan?”

“Hamba sadar,” jawab Ji An, “tetapi hamba juga tahu bahwa keberadaan hamba di sini bukanlah untuk membuat semua orang senang. Yang Mulia, jika hamba tidak melakukan apa-apa, bukankah itu sama saja dengan menyerah?”

Raja Xiang Rong terdiam, tampaknya sedikit terkejut dengan jawaban Ji An.

Namun sebelum ia sempat merespons, pintu ruang kerja terbuka tiba-tiba. Permaisuri Yang Xi masuk tanpa izin, wajahnya dingin seperti es.

“Yang Mulia,” sapanya sambil memberikan pandangan tajam kepada Ji An. “Apa saya mengganggu sesuatu?”

Raja Xiang Rong memijat pelipisnya dengan kesal. “Apa keperluanmu, Yang Xi?”

Permaisuri melirik ke arah makanan yang dibawa Ji An, lalu tersenyum tipis penuh sindiran. “Oh, tidak ada. Saya hanya khawatir suami saya terlalu sibuk dan lupa makan. Tapi rupanya ada orang lain yang sudah lebih dulu memikirkan hal itu.”

Ji An menundukkan kepala, mencoba menghindari konfrontasi langsung, tetapi Permaisuri Yang Xi terus memandangnya dengan tatapan menusuk.

“Ji An Yi, aku ingin bicara denganmu. Di luar,” kata Permaisuri Yang Xi dengan nada perintah.

Raja Xiang Rong mendongak. “Yang Xi, ini tidak perlu.”

“Tentu saja perlu, Yang Mulia,” jawab Permaisuri sambil tersenyum kecil. “Aku hanya ingin memastikan semua orang tahu batasan mereka.”

Ji An menggigit bibirnya, tetapi ia tidak punya pilihan selain mengikuti Permaisuri Yang Xi keluar dari ruangan.

 

Di koridor, Permaisuri Yang Xi berhenti dan berbalik menghadap Ji An.

“Aku sudah cukup bersabar denganmu, Ji An Yi,” katanya dingin. “Apa sebenarnya yang kau inginkan dari suamiku?”

Ji An mencoba menjawab dengan tenang, meskipun hatinya berdebar kencang. “Hamba hanya ingin membantu Raja. Tidak lebih.”

“Bohong,” potong Permaisuri. “Kau pikir aku tidak melihat apa yang kau coba lakukan? Kau ingin merebut perhatiannya. Tapi aku akan memberimu peringatan terakhir: berhenti sekarang, atau aku tidak akan segan-segan membuatmu menyesal.”

Ji An menatap Permaisuri dengan mata penuh tekad. “Hamba tidak berniat merebut apa pun dari Yang Mulia. Tapi jika Yang Mulia merasa terancam oleh keberadaan hamba, bukankah itu berarti ada sesuatu yang kurang dari hubungan Anda dengan Raja?”

Wajah Permaisuri Yang Xi memucat mendengar kata-kata itu. “Beraninya kau...”

Namun sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, suara langkah kaki terdengar mendekat. Putra Mahkota Xiang Wei muncul di koridor, melihat kedua wanita itu dengan ekspresi penasaran.

“Apa yang terjadi di sini?” tanyanya sambil tersenyum tipis.

Ji An hanya menunduk, sementara Permaisuri Yang Xi segera menguasai dirinya kembali. “Tidak ada, Putra Mahkota. Hanya diskusi kecil antara aku dan Ji An Yi.”

Xiang Wei menatap keduanya dengan minat yang sulit disembunyikan. “Diskusi? Menarik. Sayang sekali aku terlambat. Tapi jangan khawatir, aku akan memastikan suasana tetap damai.”

Ji An merasa lega dengan kehadiran Xiang Wei, meskipun ia tahu situasinya belum benar-benar aman. Di dalam hatinya, ia bertekad untuk terus bertahan, apa pun yang terjadi.

Episodes
1 Chapter 1 Selir
2 Chapter 2 Suara Misterius
3 Chapter 3 Pindah Ke Paviliun Utara
4 Chapter 4 Menyelesaikan Kasus
5 Chapter 5 Beberapa Pion Kecil
6 Chapter 6 Strategi Mendekati Raja Xiang Rong
7 Chapter 7 Mengajukan Saran Kecil
8 Chapter 8 Putra Mahkota Xiang Wei
9 Chapter 9 Saya ingin menawarkan bantuan kecil.
10 Chapter 10 Terlibat dalam kegiatan sehari-hari Raja
11 Chapter 11Apa sebenarnya yang kau cari, Ji An Yi? Kekuasaan, pengakuan, atau..
12 Chapter 12 Kenapa kau terus-menerus muncul di hadapanku?
13 Chapter 13 Apa aku bisa mendapatkan makanan enak ini lagi kapan kapan?
14 Chapter 14 Raja Xiang Rong adalah suamiku
15 Chapter 15 Apa kau tidak lelah melakukan ini setiap hari?
16 Chapter 16 Kau terlalu banyak menarik perhatian
17 Chapter 17 Kenapa kau sibuk mengurusi dia? Dia adalah selirku
18 Chapter 18 Apa kau berharap menjadi lebih dari sekadar selir?
19 Chapter 19 Tidak ada sarapan dari Ji An Yi?”
20 Chapter 20 Jangan memaksakan dirimu.
21 Chapter 21 Ada rasa aneh dalam bubur ini. Apa yang kau tambahkan?
22 Chapter 22 Bidak Permaisuri Yang Xi
23 Chapter 23 Kau terus mengatakan bahwa ini adalah jebakan.
24 Chapter 24 Kau pikir kau bisa bermain dengan api dan tidak terbakar, Ji An Yi?"
25 Chapter 25 Aku akan diasingkan ke paviliun terpencil
26 Chapter 26 Paviliun Di ujung Istana tidak layak untuk mu
27 Chapter 27 Seorang pria tak dikenal
28 Chapter 28 Kau pria misterius itu?
29 Chapter 29 Menghirup Udara Segar
30 Chapter 30 Apa kau bersedia menjadi Permaisuriku?
31 Chapter 31 Kali ini, aku akan menemukan jalanku sendiri
32 Chapter 32 Jebakan
33 Chapter 33 Aku harus kembali
34 Chapter 34 Aku...harus bertahan
35 Chapter 35 Punggung yang hangat dan kokoh
36 Chapter 36 kekhawatiran dan kecurigaan
37 Chapter 37 Cemburu
38 Chapter 38 Kembalikan Ji An Yi kepadaku
39 Chapter 39 Memberikan Perlindungan
40 Chapter 40 Pesan Ibu Suri
41 Chapter 41 Ancaman
42 Chapter 42 Perjalanan Belum berakhir
43 Chapter 43 Perjalanan
44 Chapter 44 Menjadi Aib Keluarga
45 Chapter 45 Kuil Tua
46 Chapter 46 hutan sunyi dan gelap
47 Chapter 47 Melawan Rasa Sakit
48 Chapter 48 Perseteruannya
49 Chapter 49 Waktunya tiba
50 Chapter 50 Tamat
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Chapter 1 Selir
2
Chapter 2 Suara Misterius
3
Chapter 3 Pindah Ke Paviliun Utara
4
Chapter 4 Menyelesaikan Kasus
5
Chapter 5 Beberapa Pion Kecil
6
Chapter 6 Strategi Mendekati Raja Xiang Rong
7
Chapter 7 Mengajukan Saran Kecil
8
Chapter 8 Putra Mahkota Xiang Wei
9
Chapter 9 Saya ingin menawarkan bantuan kecil.
10
Chapter 10 Terlibat dalam kegiatan sehari-hari Raja
11
Chapter 11Apa sebenarnya yang kau cari, Ji An Yi? Kekuasaan, pengakuan, atau..
12
Chapter 12 Kenapa kau terus-menerus muncul di hadapanku?
13
Chapter 13 Apa aku bisa mendapatkan makanan enak ini lagi kapan kapan?
14
Chapter 14 Raja Xiang Rong adalah suamiku
15
Chapter 15 Apa kau tidak lelah melakukan ini setiap hari?
16
Chapter 16 Kau terlalu banyak menarik perhatian
17
Chapter 17 Kenapa kau sibuk mengurusi dia? Dia adalah selirku
18
Chapter 18 Apa kau berharap menjadi lebih dari sekadar selir?
19
Chapter 19 Tidak ada sarapan dari Ji An Yi?”
20
Chapter 20 Jangan memaksakan dirimu.
21
Chapter 21 Ada rasa aneh dalam bubur ini. Apa yang kau tambahkan?
22
Chapter 22 Bidak Permaisuri Yang Xi
23
Chapter 23 Kau terus mengatakan bahwa ini adalah jebakan.
24
Chapter 24 Kau pikir kau bisa bermain dengan api dan tidak terbakar, Ji An Yi?"
25
Chapter 25 Aku akan diasingkan ke paviliun terpencil
26
Chapter 26 Paviliun Di ujung Istana tidak layak untuk mu
27
Chapter 27 Seorang pria tak dikenal
28
Chapter 28 Kau pria misterius itu?
29
Chapter 29 Menghirup Udara Segar
30
Chapter 30 Apa kau bersedia menjadi Permaisuriku?
31
Chapter 31 Kali ini, aku akan menemukan jalanku sendiri
32
Chapter 32 Jebakan
33
Chapter 33 Aku harus kembali
34
Chapter 34 Aku...harus bertahan
35
Chapter 35 Punggung yang hangat dan kokoh
36
Chapter 36 kekhawatiran dan kecurigaan
37
Chapter 37 Cemburu
38
Chapter 38 Kembalikan Ji An Yi kepadaku
39
Chapter 39 Memberikan Perlindungan
40
Chapter 40 Pesan Ibu Suri
41
Chapter 41 Ancaman
42
Chapter 42 Perjalanan Belum berakhir
43
Chapter 43 Perjalanan
44
Chapter 44 Menjadi Aib Keluarga
45
Chapter 45 Kuil Tua
46
Chapter 46 hutan sunyi dan gelap
47
Chapter 47 Melawan Rasa Sakit
48
Chapter 48 Perseteruannya
49
Chapter 49 Waktunya tiba
50
Chapter 50 Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!