Chapter 13 Apa aku bisa mendapatkan makanan enak ini lagi kapan kapan?

Ji An, dengan tangan terampilnya, sedang mempersiapkan sarapan untuk Raja Xiang Rong. Wajahnya serius, fokus pada masakannya, sementara Lin Li berdiri di dekatnya, membantu mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan. Aroma harum dari bubur ayam yang ia buat memenuhi ruangan, menarik perhatian beberapa pelayan yang lewat.

Namun, suasana dapur yang tenang berubah ketika seorang pria masuk dengan langkah santai. Semua pelayan di ruangan itu berhenti bekerja sejenak, membungkuk dalam-dalam saat menyadari siapa yang datang.

“Yang Mulia Putra Mahkota,” ucap salah satu pelayan dengan nada hormat.

Ji An terkejut mendengar nama itu, tetapi ia berusaha tetap tenang. Ia mendongak, dan benar saja, Xiang Wei berdiri di ambang pintu dapur dengan senyum khasnya yang hangat.

“Aku tidak menyangka akan menemukanmu di sini, Selir Ji An Yi,” katanya dengan nada ringan. Matanya menyapu ke arah masakan di depannya. “Kau bangun sepagi ini hanya untuk memasak?”

Ji An meletakkan sendok kayu di tangannya dan membungkuk hormat. “Yang Mulia, hamba hanya mencoba menyiapkan sesuatu untuk Raja. Tidak ada yang istimewa.”

Xiang Wei mendekat, melewati para pelayan yang segera memberi jalan. Ia melihat bubur ayam yang sedang dimasak Ji An dan tersenyum kecil. "Wah masakan mu terlihat mengoda apa,aku bisa mencicipi nya?"

Ji An menatap Xiang Wei dengan bingung, tetapi ia tetap menjaga sikap sopannya. “Yang Mulia, ini disiapkan khusus untuk Raja. Hamba tidak yakin apakah pantas membiarkan Anda mencicipinya terlebih dahulu.”

Xiang Wei tertawa kecil, nadanya lembut namun penuh keyakinan. “Aku tidak akan mengambil banyak, hanya sedikit. Lagipula, bukankah aku juga bagian dari keluarga kerajaan? Jangan khawatir, aku tidak akan mengatakan apa-apa pada Xiang Rong.”

Lin Li, yang berdiri di sisi Ji An, berbisik cemas, “Nona, apa tidak apa-apa?”

Ji An menghela napas pelan. Ia tahu menolak Putra Mahkota secara langsung bisa dianggap tidak sopan. Dengan ragu, ia mengambil sendok dan menuangkan sedikit bubur ke dalam mangkuk kecil.

“Silakan, Yang Mulia,” katanya sambil menyerahkan mangkuk itu.

Xiang Wei menerimanya dengan senyuman hangat. Ia mencicipi bubur itu perlahan, menikmati setiap gigitan. Wajahnya berubah menjadi puas. “Rasanya luar biasa. Xiang Rong benar-benar tidak tahu betapa beruntungnya dia.”

Ji An hanya menunduk, tidak tahu harus menanggapi bagaimana.

Setelah beberapa saat, Xiang Wei meletakkan mangkuknya di meja dan mendekati Ji An sedikit lebih dekat, membuatnya merasa sedikit gugup. “Kau tahu, Ji An Yi, aku bisa saja membawamu ke tempat di mana usahamu tidak akan diabaikan. Kau tidak perlu terus-menerus berusaha untuk seseorang yang tidak menghargaimu.”

Kata-kata itu membuat Ji An terkejut. Ia menatap Xiang Wei, mencoba memahami maksudnya.

“Yang Mulia, apa maksud Anda?” tanyanya dengan nada hati-hati.

Xiang Wei tersenyum kecil, matanya memancarkan sesuatu yang sulit dijelaskan. “Tidak ...maksud ku...apa aku bisa mendapatkan makanan enak ini lagi kapan kapan?"

Ji An sedikit terkejut mendengar perubahan mendadak dalam kata-kata Xiang Wei. Awalnya ia berpikir ada maksud tersembunyi di balik ucapannya, tetapi ternyata nada santai itu mengubah suasana.

“Yang Mulia, jika Anda menginginkannya, hamba tentu bisa membuatkannya lagi,” jawab Ji An sambil menunduk. Meski demikian, ia masih merasa bingung dengan sikap Xiang Wei yang sering kali sulit ditebak.

Xiang Wei tertawa kecil, nada tawanya ringan, namun tetap memancarkan kehangatan. “Baiklah, Ji An Yi. Kalau begitu, aku akan menantikan masakanmu berikutnya. Masakanmu tidak hanya lezat, tetapi juga dibuat dengan hati. Itu adalah kelebihan yang tidak mudah ditemukan.”

Ji An tersenyum tipis, tetapi tetap menjaga jarak. “Hamba bersyukur jika masakan ini berkenan di hati Anda, Yang Mulia.”

Xiang Wei menatapnya sejenak, lalu mengangguk perlahan sebelum akhirnya berbalik pergi, meninggalkan dapur dengan langkah santai seperti biasanya.

Lin Li, yang menyaksikan percakapan itu dari sisi ruangan, mendekati Ji An setelah Xiang Wei pergi. “Nona, Putra Mahkota benar-benar berbeda. Apa Anda tidak merasa aneh dengan sikapnya?”

Ji An menghela napas dan menatap mangkuk bubur yang masih tersisa di meja. “Terkadang, aku tidak tahu apa yang dia pikirkan. Tapi aku harus tetap fokus. Aku ada di sini bukan untuk Xiang Wei.”

Namun, jauh di lubuk hatinya, Ji An tahu bahwa interaksi dengan Xiang Wei meninggalkan sesuatu yang tak bisa ia abaikan begitu saja.

Setelah selesai memasak, Ji An segera membawa bubur buatannya ke ruang kerja Raja Xiang Rong. Ketika ia masuk, Raja Xiang Rong hanya meliriknya sekilas dengan ekspresi datar, seolah sudah tidak peduli dengan kehadirannya.

“Seperti biasa, letakkan saja di sana,” ujar Raja Xiang Rong, menunjuk meja kerjanya tanpa melihat langsung ke arah Ji An. “Aku tidak punya waktu untuk meladeni tingkahmu.”

Ji An mengangguk patuh, lalu dengan hati-hati meletakkan nampan berisi bubur di atas meja kerja Raja.

Setelah menyelesaikan tugasnya, Ji An berdiri sejenak, matanya menyapu ruangan. Suasana ruang kerja Raja Xiang Rong terasa sejuk dan nyaman, meski terlihat berantakan. Beberapa gulungan kertas berserakan di lantai, menandakan bahwa sang Raja mungkin sedang sibuk mencari sesuatu hingga lupa menatanya kembali.

Dengan langkah pelan, Ji An mendekati tumpukan kertas di lantai, lalu mulai merapikannya satu per satu. Ia melakukannya tanpa suara, berusaha tidak mengganggu pekerjaan Raja Xiang Rong.

Raja Xiang Rong, yang menyadari tindakan Ji An, berhenti sejenak dari pekerjaannya dan menatapnya dengan pandangan tajam. Namun, ia tidak mengatakan apa-apa, hanya kembali fokus pada dokumen-dokumennya, membiarkan Ji An melakukan apa yang ia inginkan.

Ji An merasa sedikit lega melihat Raja Xiang Rong tidak melarangnya. Ia menganggap ini sebagai kesempatan kecil untuk menunjukkan bahwa ia bisa berguna di istana, meski hanya dengan hal sederhana seperti merapikan ruang kerja.

Ketika Ji An selesai merapikan beberapa gulungan kertas, ia mengambil selembar dokumen yang tampak penting dan meletakkannya di atas meja kerja Raja dengan hati-hati. “Yang Mulia, hamba hanya ingin membantu agar Anda dapat bekerja lebih nyaman,” ucapnya lembut.

Raja Xiang Rong mengangkat alis, menatap Ji An dengan ekspresi yang sulit ditebak. “Aku tidak memintamu melakukan ini,” ujarnya dingin. “Tapi jika kau sudah selesai, pergilah. Aku tidak butuh gangguan lebih.”

Ji An menunduk hormat. “Baik, Yang Mulia.”

Namun, sebelum ia keluar dari ruangan, Ji An melirik Raja Xiang Rong sekilas, berharap bisa melihat secercah penghargaan di matanya. Sayangnya, tatapan sang Raja tetap sama—dingin dan tak tersentuh.

Di luar ruang kerja, Ji An menghela napas panjang. Ia tahu ini tidak akan mudah, tetapi ia tidak akan menyerah. Meskipun Raja Xiang Rong terus membangun tembok di antara mereka, Ji An percaya bahwa suatu hari usahanya akan membuahkan hasil.

Episodes
1 Chapter 1 Selir
2 Chapter 2 Suara Misterius
3 Chapter 3 Pindah Ke Paviliun Utara
4 Chapter 4 Menyelesaikan Kasus
5 Chapter 5 Beberapa Pion Kecil
6 Chapter 6 Strategi Mendekati Raja Xiang Rong
7 Chapter 7 Mengajukan Saran Kecil
8 Chapter 8 Putra Mahkota Xiang Wei
9 Chapter 9 Saya ingin menawarkan bantuan kecil.
10 Chapter 10 Terlibat dalam kegiatan sehari-hari Raja
11 Chapter 11Apa sebenarnya yang kau cari, Ji An Yi? Kekuasaan, pengakuan, atau..
12 Chapter 12 Kenapa kau terus-menerus muncul di hadapanku?
13 Chapter 13 Apa aku bisa mendapatkan makanan enak ini lagi kapan kapan?
14 Chapter 14 Raja Xiang Rong adalah suamiku
15 Chapter 15 Apa kau tidak lelah melakukan ini setiap hari?
16 Chapter 16 Kau terlalu banyak menarik perhatian
17 Chapter 17 Kenapa kau sibuk mengurusi dia? Dia adalah selirku
18 Chapter 18 Apa kau berharap menjadi lebih dari sekadar selir?
19 Chapter 19 Tidak ada sarapan dari Ji An Yi?”
20 Chapter 20 Jangan memaksakan dirimu.
21 Chapter 21 Ada rasa aneh dalam bubur ini. Apa yang kau tambahkan?
22 Chapter 22 Bidak Permaisuri Yang Xi
23 Chapter 23 Kau terus mengatakan bahwa ini adalah jebakan.
24 Chapter 24 Kau pikir kau bisa bermain dengan api dan tidak terbakar, Ji An Yi?"
25 Chapter 25 Aku akan diasingkan ke paviliun terpencil
26 Chapter 26 Paviliun Di ujung Istana tidak layak untuk mu
27 Chapter 27 Seorang pria tak dikenal
28 Chapter 28 Kau pria misterius itu?
29 Chapter 29 Menghirup Udara Segar
30 Chapter 30 Apa kau bersedia menjadi Permaisuriku?
31 Chapter 31 Kali ini, aku akan menemukan jalanku sendiri
32 Chapter 32 Jebakan
33 Chapter 33 Aku harus kembali
34 Chapter 34 Aku...harus bertahan
35 Chapter 35 Punggung yang hangat dan kokoh
36 Chapter 36 kekhawatiran dan kecurigaan
37 Chapter 37 Cemburu
38 Chapter 38 Kembalikan Ji An Yi kepadaku
39 Chapter 39 Memberikan Perlindungan
40 Chapter 40 Pesan Ibu Suri
41 Chapter 41 Ancaman
42 Chapter 42 Perjalanan Belum berakhir
43 Chapter 43 Perjalanan
44 Chapter 44 Menjadi Aib Keluarga
45 Chapter 45 Kuil Tua
46 Chapter 46 hutan sunyi dan gelap
47 Chapter 47 Melawan Rasa Sakit
48 Chapter 48 Perseteruannya
49 Chapter 49 Waktunya tiba
50 Chapter 50 Tamat
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Chapter 1 Selir
2
Chapter 2 Suara Misterius
3
Chapter 3 Pindah Ke Paviliun Utara
4
Chapter 4 Menyelesaikan Kasus
5
Chapter 5 Beberapa Pion Kecil
6
Chapter 6 Strategi Mendekati Raja Xiang Rong
7
Chapter 7 Mengajukan Saran Kecil
8
Chapter 8 Putra Mahkota Xiang Wei
9
Chapter 9 Saya ingin menawarkan bantuan kecil.
10
Chapter 10 Terlibat dalam kegiatan sehari-hari Raja
11
Chapter 11Apa sebenarnya yang kau cari, Ji An Yi? Kekuasaan, pengakuan, atau..
12
Chapter 12 Kenapa kau terus-menerus muncul di hadapanku?
13
Chapter 13 Apa aku bisa mendapatkan makanan enak ini lagi kapan kapan?
14
Chapter 14 Raja Xiang Rong adalah suamiku
15
Chapter 15 Apa kau tidak lelah melakukan ini setiap hari?
16
Chapter 16 Kau terlalu banyak menarik perhatian
17
Chapter 17 Kenapa kau sibuk mengurusi dia? Dia adalah selirku
18
Chapter 18 Apa kau berharap menjadi lebih dari sekadar selir?
19
Chapter 19 Tidak ada sarapan dari Ji An Yi?”
20
Chapter 20 Jangan memaksakan dirimu.
21
Chapter 21 Ada rasa aneh dalam bubur ini. Apa yang kau tambahkan?
22
Chapter 22 Bidak Permaisuri Yang Xi
23
Chapter 23 Kau terus mengatakan bahwa ini adalah jebakan.
24
Chapter 24 Kau pikir kau bisa bermain dengan api dan tidak terbakar, Ji An Yi?"
25
Chapter 25 Aku akan diasingkan ke paviliun terpencil
26
Chapter 26 Paviliun Di ujung Istana tidak layak untuk mu
27
Chapter 27 Seorang pria tak dikenal
28
Chapter 28 Kau pria misterius itu?
29
Chapter 29 Menghirup Udara Segar
30
Chapter 30 Apa kau bersedia menjadi Permaisuriku?
31
Chapter 31 Kali ini, aku akan menemukan jalanku sendiri
32
Chapter 32 Jebakan
33
Chapter 33 Aku harus kembali
34
Chapter 34 Aku...harus bertahan
35
Chapter 35 Punggung yang hangat dan kokoh
36
Chapter 36 kekhawatiran dan kecurigaan
37
Chapter 37 Cemburu
38
Chapter 38 Kembalikan Ji An Yi kepadaku
39
Chapter 39 Memberikan Perlindungan
40
Chapter 40 Pesan Ibu Suri
41
Chapter 41 Ancaman
42
Chapter 42 Perjalanan Belum berakhir
43
Chapter 43 Perjalanan
44
Chapter 44 Menjadi Aib Keluarga
45
Chapter 45 Kuil Tua
46
Chapter 46 hutan sunyi dan gelap
47
Chapter 47 Melawan Rasa Sakit
48
Chapter 48 Perseteruannya
49
Chapter 49 Waktunya tiba
50
Chapter 50 Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!