Chapter 11Apa sebenarnya yang kau cari, Ji An Yi? Kekuasaan, pengakuan, atau..

Ji An menghela napas panjang, rasa frustasi menggulung pikirannya. Sikap Raja Xiang Rong yang dingin dan tidak peduli membuatnya merasa terisolasi. Ia seperti berdiri di depan tembok besar yang tak mungkin ditembus, meski sudah mengerahkan segala cara.

“Sebenarnya kesalahan apa yang sudah aku perbuat hingga terjebak di tempat ini?” gumamnya pelan, suaranya penuh keputusasaan. Ia meremas rambutnya, tanpa menyadari beberapa aksesoris dari sanggulnya terjatuh ke tanah.

Saat Ji An sedang larut dalam pikirannya, langkah kaki mendekat, dan sebuah tangan memungut aksesoris yang terjatuh.

“Yang Mulia!” seru Ji An terkejut ketika mendapati sosok di depannya.

Ternyata Putra Mahkota Xiang Wei yang berdiri di sana, memegang aksesoris itu dengan senyuman tipis di wajahnya. “Aksesorismu jatuh,” ucapnya, sambil menyerahkannya kembali pada Ji An.

Ji An menerimanya dengan sedikit kikuk. “Terima kasih, Yang Mulia Putra Mahkota.”

Xiang Wei menatapnya sejenak sebelum melipat tangan di dada, senyumnya tetap menghiasi wajahnya. “Kau tampak... terlalu murung untuk seseorang yang baru saja memberikan saran yang cemerlang di ruang pertemuan beberapa hari lalu.”

Ji An tertegun mendengar kata-katanya. “Hamba hanya merasa sulit, Yang Mulia. Tidak peduli apa yang hamba lakukan, Raja Xiang Rong tetap menolak keberadaan hamba.”

Xiang Wei tertawa kecil, suara lembutnya bercampur dengan angin yang berembus di antara dedaunan bambu. “Xiang Rong memang keras kepala. Jangan mengambil sikapnya terlalu pribadi. Dia seperti itu pada semua orang, bahkan padaku.”

Ji An menatap Xiang Wei dengan ragu. “Tetapi... hamba merasa tidak berarti jika Yang Mulia Raja tidak mau mendengarkan hamba. Bagaimana hamba bisa bertahan di istana ini tanpa dukungan darinya?”

Xiang Wei memperhatikan Ji An dengan pandangan penuh minat, matanya seolah ingin menembus dinding pertahanan Ji An. “Kau bukan tipe wanita yang menyerah begitu saja, bukan? Kalau tidak, kau tidak akan berada di sini.”

Ji An hanya menunduk, tidak tahu harus menjawab apa.

Xiang Wei melanjutkan, kali ini dengan nada yang lebih serius. “Dengar, Ji An Yi. Kadang, untuk memahami Xiang Rong, kau harus berpikir seperti dia. Dia tidak membutuhkan perhatian yang lembut, tapi dia menghargai kekuatan. Tunjukkan bahwa kau tidak hanya ingin melayaninya, tapi kau bisa menjadi seseorang yang berdiri sejajar dengannya.”

Ji An terdiam, merenungkan kata-kata Putra Mahkota.

“Aku penasaran,” Xiang Wei berkata lagi, kali ini dengan senyum lebih lebar. “Apa sebenarnya yang kau cari, Ji An Yi? Kekuasaan, pengakuan, atau... cinta?”

Pertanyaan itu membuat wajah Ji An memerah. “Hamba... hamba hanya ingin membuktikan bahwa hamba memiliki nilai, Yang Mulia.”

Xiang Wei mengangguk pelan, seolah mengerti. “Baiklah. Kalau begitu, aku akan membantu sedikit. Tapi ingat, bantuan ini tidak gratis.”

Ji An menatapnya dengan bingung. “Apa yang Anda maksud, Yang Mulia?”

Xiang Wei hanya tersenyum samar dan berjalan menjauh, meninggalkan Ji An dengan pikiran yang bercampur aduk.

 

***

Di sisi lain taman, Raja Xiang Rong berdiri diam di balik pepohonan, menyaksikan interaksi antara Ji An dan kakaknya dari kejauhan. Ekspresinya tetap dingin, tetapi di balik matanya yang tajam, ada kilatan emosi yang sulit diartikan.

“Dia terlalu dekat dengan Xiang Wei. Rencana licik apa lagi yang akan direncanakannya?” gumamnya pelan, nadanya mengandung kecurigaan. Ia mengalihkan pandangannya dengan tatapan tajam ke arah Ji An sebelum akhirnya berbalik, melangkah pergi dengan langkah berat.

Namun, dalam hatinya, sebuah rasa yang aneh mulai tumbuh, sesuatu yang tak ingin ia akui bahkan pada dirinya sendiri. Ji An bukanlah wanita biasa. Ia lebih berani, lebih tangguh daripada yang ia bayangkan sebelumnya, tetapi kehadirannya di sisi Xiang Wei mulai mengusik ketenangan Raja Xiang Rong.

Raja Xiang Rong duduk di meja kerjanya, dikelilingi tumpukan gulungan laporan yang harus ia baca. Malam itu, istana terasa lebih sunyi dari biasanya, terutama karena permaisurinya sedang tidak ada, pulang ke kampung halaman untuk menjenguk ayahnya yang sedang sakit.

Pikirannya terasa berat, tidak hanya oleh urusan negara tetapi juga oleh kegelisahan yang tak bisa ia jelaskan.

Sementara itu, Ji An berdiri di depan pintu ruang kerja Raja, membawa nampan berisi makanan ringan dan teh hangat. Napasnya terdengar pelan, berusaha menenangkan dirinya sendiri sebelum mengetuk pintu.

"Tok, tok."

“Masuk,” jawab Xiang Rong tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen di depannya.

Ji An melangkah masuk dengan hati-hati, senyumnya lembut tetapi tidak berlebihan. “Yang Mulia, hamba mendengar bahwa Anda belum beristirahat. Hamba membawa teh hangat dan beberapa makanan ringan untuk menemani Anda bekerja.”

Xiang Rong mendongak, tatapannya singkat namun penuh pertimbangan. “Siapa yang memberimu izin untuk mengganggu pekerjaanku malam-malam begini?” katanya dengan nada dingin.

Ji An tetap tenang, lalu meletakkan nampan itu di meja kecil di sampingnya. “Hamba hanya khawatir. Jika kesehatan Anda terganggu, siapa yang akan memimpin istana dan melindungi rakyat?”

Xiang Rong terdiam. Kata-kata Ji An terdengar tulus, tetapi ia masih menatapnya dengan curiga. “Kau ingin menunjukkan bahwa kau peduli? Atau ini hanya cara lain untuk menarik perhatianku?”

“Hamba tidak berani memikirkan hal sejauh itu,” jawab Ji An, sedikit menundukkan kepala. “Hamba hanya ingin memastikan Anda memiliki kekuatan untuk melanjutkan tugas-tugas Anda.”

Xiang Rong menghela napas pelan, lalu melirik teh hangat yang baru saja ia sajikan. Aroma teh itu menenangkan, meskipun ia enggan mengakuinya.

“Kau tahu, Ji An Yi, aku tidak menyukai orang yang terlalu banyak akal,” katanya sambil mengambil cangkir teh itu.

Ji An tersenyum kecil. “Hamba tahu, Yang Mulia. Tapi kadang, seseorang harus berani mengambil risiko untuk menunjukkan niat baiknya.”

Xiang Rong menyesap teh itu perlahan, kehangatannya sedikit mengusir penat di pikirannya. Untuk pertama kalinya, ia tidak langsung menolak kehadiran Ji An. Namun, ia juga tidak menunjukkan tanda-tanda membuka dirinya.

“Jika kau sudah selesai dengan urusan ini, kau boleh pergi,” ucapnya akhirnya, dengan nada lebih lembut daripada biasanya.

Ji An membungkuk hormat. “Hamba akan segera pergi, Yang Mulia. Selamat malam.”

Saat Ji An keluar dari ruangan, Xiang Rong menatap pintu yang tertutup di belakangnya. Ia merasa bingung. Keberanian Ji An, sekaligus kelembutannya, mulai mengusik pikirannya.

"Apa yang sebenarnya wanita ini inginkan?" pikirnya, sebelum kembali pada dokumen-dokumennya.

Episodes
1 Chapter 1 Selir
2 Chapter 2 Suara Misterius
3 Chapter 3 Pindah Ke Paviliun Utara
4 Chapter 4 Menyelesaikan Kasus
5 Chapter 5 Beberapa Pion Kecil
6 Chapter 6 Strategi Mendekati Raja Xiang Rong
7 Chapter 7 Mengajukan Saran Kecil
8 Chapter 8 Putra Mahkota Xiang Wei
9 Chapter 9 Saya ingin menawarkan bantuan kecil.
10 Chapter 10 Terlibat dalam kegiatan sehari-hari Raja
11 Chapter 11Apa sebenarnya yang kau cari, Ji An Yi? Kekuasaan, pengakuan, atau..
12 Chapter 12 Kenapa kau terus-menerus muncul di hadapanku?
13 Chapter 13 Apa aku bisa mendapatkan makanan enak ini lagi kapan kapan?
14 Chapter 14 Raja Xiang Rong adalah suamiku
15 Chapter 15 Apa kau tidak lelah melakukan ini setiap hari?
16 Chapter 16 Kau terlalu banyak menarik perhatian
17 Chapter 17 Kenapa kau sibuk mengurusi dia? Dia adalah selirku
18 Chapter 18 Apa kau berharap menjadi lebih dari sekadar selir?
19 Chapter 19 Tidak ada sarapan dari Ji An Yi?”
20 Chapter 20 Jangan memaksakan dirimu.
21 Chapter 21 Ada rasa aneh dalam bubur ini. Apa yang kau tambahkan?
22 Chapter 22 Bidak Permaisuri Yang Xi
23 Chapter 23 Kau terus mengatakan bahwa ini adalah jebakan.
24 Chapter 24 Kau pikir kau bisa bermain dengan api dan tidak terbakar, Ji An Yi?"
25 Chapter 25 Aku akan diasingkan ke paviliun terpencil
26 Chapter 26 Paviliun Di ujung Istana tidak layak untuk mu
27 Chapter 27 Seorang pria tak dikenal
28 Chapter 28 Kau pria misterius itu?
29 Chapter 29 Menghirup Udara Segar
30 Chapter 30 Apa kau bersedia menjadi Permaisuriku?
31 Chapter 31 Kali ini, aku akan menemukan jalanku sendiri
32 Chapter 32 Jebakan
33 Chapter 33 Aku harus kembali
34 Chapter 34 Aku...harus bertahan
35 Chapter 35 Punggung yang hangat dan kokoh
36 Chapter 36 kekhawatiran dan kecurigaan
37 Chapter 37 Cemburu
38 Chapter 38 Kembalikan Ji An Yi kepadaku
39 Chapter 39 Memberikan Perlindungan
40 Chapter 40 Pesan Ibu Suri
41 Chapter 41 Ancaman
42 Chapter 42 Perjalanan Belum berakhir
43 Chapter 43 Perjalanan
44 Chapter 44 Menjadi Aib Keluarga
45 Chapter 45 Kuil Tua
46 Chapter 46 hutan sunyi dan gelap
47 Chapter 47 Melawan Rasa Sakit
48 Chapter 48 Perseteruannya
49 Chapter 49 Waktunya tiba
50 Chapter 50 Tamat
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Chapter 1 Selir
2
Chapter 2 Suara Misterius
3
Chapter 3 Pindah Ke Paviliun Utara
4
Chapter 4 Menyelesaikan Kasus
5
Chapter 5 Beberapa Pion Kecil
6
Chapter 6 Strategi Mendekati Raja Xiang Rong
7
Chapter 7 Mengajukan Saran Kecil
8
Chapter 8 Putra Mahkota Xiang Wei
9
Chapter 9 Saya ingin menawarkan bantuan kecil.
10
Chapter 10 Terlibat dalam kegiatan sehari-hari Raja
11
Chapter 11Apa sebenarnya yang kau cari, Ji An Yi? Kekuasaan, pengakuan, atau..
12
Chapter 12 Kenapa kau terus-menerus muncul di hadapanku?
13
Chapter 13 Apa aku bisa mendapatkan makanan enak ini lagi kapan kapan?
14
Chapter 14 Raja Xiang Rong adalah suamiku
15
Chapter 15 Apa kau tidak lelah melakukan ini setiap hari?
16
Chapter 16 Kau terlalu banyak menarik perhatian
17
Chapter 17 Kenapa kau sibuk mengurusi dia? Dia adalah selirku
18
Chapter 18 Apa kau berharap menjadi lebih dari sekadar selir?
19
Chapter 19 Tidak ada sarapan dari Ji An Yi?”
20
Chapter 20 Jangan memaksakan dirimu.
21
Chapter 21 Ada rasa aneh dalam bubur ini. Apa yang kau tambahkan?
22
Chapter 22 Bidak Permaisuri Yang Xi
23
Chapter 23 Kau terus mengatakan bahwa ini adalah jebakan.
24
Chapter 24 Kau pikir kau bisa bermain dengan api dan tidak terbakar, Ji An Yi?"
25
Chapter 25 Aku akan diasingkan ke paviliun terpencil
26
Chapter 26 Paviliun Di ujung Istana tidak layak untuk mu
27
Chapter 27 Seorang pria tak dikenal
28
Chapter 28 Kau pria misterius itu?
29
Chapter 29 Menghirup Udara Segar
30
Chapter 30 Apa kau bersedia menjadi Permaisuriku?
31
Chapter 31 Kali ini, aku akan menemukan jalanku sendiri
32
Chapter 32 Jebakan
33
Chapter 33 Aku harus kembali
34
Chapter 34 Aku...harus bertahan
35
Chapter 35 Punggung yang hangat dan kokoh
36
Chapter 36 kekhawatiran dan kecurigaan
37
Chapter 37 Cemburu
38
Chapter 38 Kembalikan Ji An Yi kepadaku
39
Chapter 39 Memberikan Perlindungan
40
Chapter 40 Pesan Ibu Suri
41
Chapter 41 Ancaman
42
Chapter 42 Perjalanan Belum berakhir
43
Chapter 43 Perjalanan
44
Chapter 44 Menjadi Aib Keluarga
45
Chapter 45 Kuil Tua
46
Chapter 46 hutan sunyi dan gelap
47
Chapter 47 Melawan Rasa Sakit
48
Chapter 48 Perseteruannya
49
Chapter 49 Waktunya tiba
50
Chapter 50 Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!