Setelah menempuh perjalanan agak lama akhirnya mereka sampai ditempat tujuan. Mobil berhenti tepat di depan rumah sederhana. Setelah Beby membayar ongkos taxi ia segera turun dari mobil bersama Nana.
"Ini rumahnya siapa Non? " Ucap Nana sambil melihat ke arah rumah.
"Ee... Ini rumah kenalan aku. Nanti kamu juga akan tau. "
Nana menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Sejak kapan Nona mengenalnya. Kenapa aku tidak mengetahuinya. "
"Udah ayo... " Ajak Beby.
Mereka berjalan ke arah rumah, Beby mencoba untuk mengetuk pintu rumah namun tak ada jawaban sama sekali. Rumah itu terlihat sangat sepi.Padahal baru seminggu semenjak ia masuk ke tubuh Beby. Beby mencoba untuk memanggil-manggil namun tetap tak ada yang menyahut.
"Cari siapa ya Neng. "Ucap seorang ibu-ibu.
Nana dan Beby berbalik. " Saya mencari pemilik rumah ini . Kira-kira mereka kemana ya? "
"Oh, saya dengar sih, bu Anita lagi di rumah sakit. Ia menemani anaknya yang koma karena kecelakaan.Belum tentu ia pulang hari ini. "
"Jadi tubuhku dalam keadaan koma. Syukurlah, aku kira aku sudah meninggal. " Ucapnya dalam hati.
"Terimakasih ya Bu, karena sudah memberitahu saya. "
"Iya sama-sama Neng. "
Ibu itu pergi meninggalkan mereka berdua. Beby lega ternyata ia hanya sedang koma. Ia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit tempat ia di rawat. Ia berjalan ke jalan untuk mendapatkan taxi. Setelah beberapa saat akhirnya mereka mendapatkan taxi. Mereka segera masuk.
Rumah sakit tempatnya di rawat hanya sekitar 30 menit perjalanan. Di sepanjang jalan ia nampak sangat gelisah. Ia tak bisa membayangkan betapa sedih ibunya.Mereka hanya tinggal berdua dan sekarang ibunya harus melihat putrinya terbaring tak berdaya. Tanpa sadar ia meneteskan air mata.
"Non Beby menangis, ada apa Non. "
Beby segera mengusap air matanya. "Aku gak papa kok. Hanya kemasukan debu aja. "
"Beneran Non Beby gak papa? "
Beby hanya mengangguk. Akhirnya mereka sampai di depan rumah sakit. Nana tak bertanya ia hanya mengikuti kemana Beby pergi. Beby sehera pergi ke ruang ICU. Ia celingukan mencari keberadaan ibunya. Namun saat sibuk mencari ia melihat seorang ibu sedang menangis di dalam ruangan. Ia berhenti dan melihat kedalam.
"Itu sepertinya ibu, Kenapa ia menangis. " Gumamnya.
Ia mendengar dari balik pintu.
"Maaf Bu, kami harus melepas semua alat yang ada pada tubuh Vania. "
"Tolonglah Dok, saya akan usahakan cari biayanya. "
"Tidak bisa bu. Sudah satu minggu Ibu belum melunasi Administrasinya. "
"Maafkan ibu sayang. Ibu terpaksa melakukannya. " Ia tersungkur dan menangis, ia harus rela melepas kepergian anaknya untuk selamanya.
Para dokter dan perawat mulai melepas alat bantu yang ada di tubunya.
"Hentikan ... " Teriak Beby .
Seketika para dokter berhenti dan berbalik ke arah Beby. Beby meraih tangan Anita. Ia membimbing Anita berdiri.
"Saya yang akan membiayai semua perawatan Vania. Jadi tolong rawat dia dengan baik dan sayan minta dia di pindahkan ke Ruang VIP."
"Kamu siapa, Kenapa kamu membiayai semua perawatan anak saya. "
"Aku Vania bu. Andaikan ibu tau kalo ini Vania." Ucapnya dalam hati.
"Saya Beby Bu. Temannya kak Vania, dulu dia sering membatuku jadi kini giliran saya membantunya. "
"Benarkah, syukurlah . Terimakasih ya Nak, semoga Tuhan membalas semua kebaikanmu. "Ia memeluk Beby sambil menangis.
"Iya Bu, jadi mulai saat ini Ibu jangan memikirkan lagi soal biaya, ya. "
DUKUNG AUTHOR DENGA LIKE, KOMENT DAN VOTE.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Download
Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Comments
Fifid Dwi Ariyani
trussabar
2025-02-15
0