Sifat yang berbeda

Nana yang berada di depan pintu terheran dengan sikap Nonanya itu. Ia tau betul sifat Beby karena mereka tumbuh bersama, namun kini Nana seperti melihat orang asing.

Bagaimana mungkin Beby yang lugu dan pemalu bisa seberani itu melawan Barra dan Jessica? Padahal dulu Beby sangat menuruti semua perkataan Jessica dan Ibu tirinya, seperti boneka yang tidak berdaya.

Namun, Nana sedikit lega setidaknya Beby tak akan mudah ditindas seperti dulu. Ia melihat ada perubahan dalam diri Beby, sebuah perubahan yang membuatnya menjadi lebih kuat dan berani.

"Sayang, kata Dokter kamu harus tinggal disini sehari lagi. Tunggu sampai kamu benar-benar pulih baru diperbolehkan untuk pulang," tutur Charles dengan suara yang lembut namun khawatir.

Sebenarnya, Charles sangat khawatir dengan keadaan Beby. Ia ingin bertanya pada Beby bagaimana bisa ia mencoba untuk bunuh diri, namun Beby tak mungkin mengingatnya.

Dokter berkata, mungkin Beby mengalami syok dan di bawah alam kesadarannya ia ingin melupakan hal yang sudah menimpanya. Dokter menyarankan untuk memberikan Beby waktu, agar ia bisa pulih dan mengingat kembali apa yang telah terjadi.

"Iya Ayah," kata Beby dengan suara yang lembut.

"Ayah harus kembali dulu ke Villa karena ada urusan yang harus ayah kerjakan di sana. Kamu gak papa kan Ayah tinggal," kata Charles dengan suara yang khawatir.

"Iya Ayah, kan ada Nana yang menemaniku," jawab Beby dengan senyum.

Charles mendekap tangan Barra. "Kamu bisa kan menjaga Beby untuk Om? Besok kamu pulang bersama Beby ya. Om tunggu di Villa ya."

Barra tak berani menolak keinginan Charles. "I... Iya om," katanya dengan suara yang tidak percaya diri.

"Sayang, besok kamu pulang sama Barra ya. Ayah tunggu di Villa karena semua keluarga masih berada di Villa. Mereka ingin kesini namun rumah sakit membatasi pengunjung, kamu gak papa kan," kata Charles dengan suara yang khawatir.

Beby mengangguk. "Iya Ayah, gak apa-apa kok. Ayah tenang aja. Beby akan segera sembuh."

Charles mengecup keningnya singkat, lalu ia berjalan meninggalkan ruangan. Evelyn menghampiri Beby, "Cepat sembuh ya, masih banyak tugas yang harus kamu kerjakan," bisiknya sambil memeluknya.

Beby mengerutkan dahi. "Tentu ma, aku pasti akan segera sembuh. Aku juga sudah penasaran tugas apa itu."

Evelyn menyunggingkan sebelah bibirnya dan berlalu dari sana, diikuti oleh Jessica. Jessica merasa kesal sebab Barra harus tinggal untuk menemani Beby. Ia tak bisa membantah perkataan Charles. Mau tak mau, ia hanya bisa pasrah melihat lelaki yang ia sukai itu bermalam di rumah sakit.

Barra memang sengaja mendekati Jessica untuk membuat Beby sakit hati waktu itu. Namun, Barra tak mempunyai perasaan apapun pada Jessica, ia hanya memanfaatkannya saja. Namun, berbeda dengan Jessica, ia menganggap candaan Barra dengan serius. Sedari awal, Jessica memang sudah menaruh hati padanya.

Nana yang ada di samping pintu berjalan ke arah Beby. "Non, karena malam ini Tuan Barra di sini, saya izin pulang ke Villa dulu ya. Besok pagi-sekali saya akan kesini membawa baju ganti buat Non Beby."

Beby terkejut, matanya memancarkan kekhawatiran. "Apa? Kamu mau meninggalkan aku berdua saja sama dia? Jangan dong, bagaimana kalo dia berbuat macam-macam?"

Barra tersenyum sinis, "Apa maksut kamu, yang ada kamu yang melakukan itu padaku. Aku mah ogah juga dekat-dekat kamu."

Nana mencoba untuk menenangkan Beby. "Apa Non gak dengar kata Tuan Charles, dia ingin Tuan Barra menemani Non Beby."

Beby menarik nafas panjang, "Oke baiklah. Tapi ingat pagi-pagi sekali kamu cepat kesini."

Nana mengangguk, "Iya, siap Non."

Beby menunjuk ke arah Alex, asistennya Barra. "Kamu pulang sama dia. Suruh dia mengantarmu."

Barra tersenyum sinis, "Enak saja, dia asistenku tau. Dia harus tetap di sini."

Nana mencoba untuk memaksa, "Oh, apa kamu mau aku Telefon Ayah aku? Lagian kalo dia disini dia mau tidur dimana? Emangnya kamu tega biarkan perempuan pergi sendiri? Dasar gak punya perasaan."