Gagal Curhat

Hubungan Dewi dengan Aji, semakin hari semakin kacau.

Pemicunya, sejak Putri masuk dalam kehidupan rumah tangga Dewi dan Aji.

Pelan-pelan Dewi berusaha menerima kenyataan. Tapi, di benaknya hanya ada kebencian pada Putri yang terus memuncak.

("Sudahlah, tinggalkan dia!"kata Putri.) Tanpa sengaja pesan itu terbaca Dewi, saat ponsel Aji tak sengaja digeletakkan di meja makan.

Rupanya Aji ingat, kalau ponselnya tertinggal di meja makan. Buru-buru dia mengambilnya.

Aji tak menyadari kalau ponselnya sempat dibuka Dewi.

Tanpa bicara, Aji langsung pergi begitu saja, setelah mendapatkan ponselnya tadi.

"Mas mau kemana?" tanya Dewi pada suaminya itu. Tak ada jawaban. Dewi malah diabaikan begitu saja.

Tanpa berpikir panjang, Dewi langsung menelepon Andika.

"Dimana?!" tanya Dewi sedikit panik.

Belum sempat Andika menjawab, dimana posisinya saat itu, Dewi langsung minta jemput.

"Yes...ini yang aku tunggu!" balas Andika kegirangan.

"Nggak lucu tahu. Bukan waktunya bercanda!" semprot Dewi lewat ponselnya. Lalu mengakhiri percakapannya.

"Nggak pakai lama, jemputnya. Sekarang!" perintah Dewi mengirim pesan itu lewat chat.

"Baiklah tuan putri!" balas Andika.

Andika pun melaju dengan mobil brio, menuju halte terminal dimana biasa menjemput Dewi.

Dalam hitungan dua puluh menit, Dewi sudah dijemput Andika, di halte biasanya.

"Mobil kamu kemana? Jangan bilang kalau mobil kamu dikasih ke istri kedua," cerocos Andika membuat panas telinga Dewi saat mendapat pertanyaan itu.

"Kamu bisa diam nggak sih!" bentak Dewi.

"Ih nona cantik satu ini kalau marah semakin cantik, dan semakin terlihat sexy. Menggemaskan." kata Andika coba memuji Dewi yang terlihat emosi.

"Aku turun aja nih kalau kamu masih aja ngoceh kayak burung beo." celetuk Dewi kesal.

Tiba-tiba Andika mengarahkan setirnya ke pinggir jalan, lalu berhenti.

"Kenapa berhenti disini!" tanya Dewi yang terlihat semakin kesal dibuat Andika dengan tingkah Andika yang konyol.

"Lho katanya nona mau turun disini saja. Ya jadinya aku minggir dong!" canda Andika.

Tanpa banyak ngomong, Dewi membuka pintu mobil, dan berniat turun. Tapi, tangan kekar Andika buru-buru meraih lengan Dewi.

Dewi pun masih terbakar api emosi. Dia menepis tangan Andika yang berusaha meraih tangannya tadi.

"Dewi. Jangan marah-marah terus dong. Aku sedih tahu, lihat kamu seperti ini. Coba tenangkan pikiran kamu. Kita cari tempat makan yuk, atau minum aja juga boleh," Andika coba membujuk Dewi.

"Kamu nggak usah sok perhatian sama aku. Kamu nggak usah lagi peduli sama aku. Tinggalkan aku sendiri!" kata Dewi dengan nada tinggi.

"Ya ampun Dewi. Istigfar. Aku cuma ingin kamu baik-baik lagi seperti dulu. Aku janji, akan selalu ada untuk kamu." ucap Andika berusaha menenangkan Dewi yang terlihat tak bisa mengendalikan emosinya.

"Tadi itu, aku minggir, karena aku bingung kita mau kemana coba. Soalnya kamu nggak bilang kita mau kemana. Terus dari tadi bawaannya kamu emosi melulu. Jadi, aku sengaja minggir sebentar, buat menenangkan hati kamu yang lagi nggak stabil!" protes Andika tanpa titik koma.

Seketika itu juga, Andika menarik tubuh Dewi dalam pelukannya. Sebuah ciuman hangat, mendarat di bibir Dewi.

Bibir mereka terpaut satu sama lain. Tak lama, Dewi menolak tubuh Andika.

"Maaf aku belum siap sepenuhnya," ucap Dewi.

Andika hanya terdiam.

"Aku menunggu sampai kamu siap." jawab Andika, pasrah.

Untuk mengalihkan pembicaraan, Dewi minta ke Andika, menuju kafe tempat biasa mereka bertemu.

"Anterin aku minum di kafe Blue Fire ya!" pinta Dewi setengah memaksa.

"Nggak. Mending kita ke hotel, biar kamu bisa istirahat," kata Andika memberi saran.

Dewi tak menjawab.

Meski tak ada jawaban, Andika membawa perempuan itu ke salah satu hotel yang biasa mereka datangi saat akhir pekan.

Satu jam kemudian, mereka tiba di salah satu hotel bintang 5.

"Kamu boleh kok rehat disini. Aku balik ya....biar kamu tenang nggak ada yang ganggu," kata Andika.

Dewi tiba-tiba menarik tangan Andika.

"Jangan pergi dong!"

Akhirnya Andika nggak jadi beranjak dari kamar itu.

"Andika. Aku bingung, sama kehidupan aku sekarang." kata Dewi sembari menyandarkan kepalanya ke bahu Andika.

"Kamu sebenarnya masih cinta nggak sama Aji. Jawab jujur!" tanya Andika setengah memaksa Dewi untuk menjawabnya.

"Entahlah. Dia sudah menghancurkan segalanya," kata Dewi, lirih.

Tiba-tiba Andika memeluk Dewi, hingga tubuh mereka rebah di ranjang hotel itu.

"Kamu berhak bahagia, sayang." bisik Andika di telinga Dewi.

Tanpa sadar, Dewi begitu menikmati perjalanan terlarang Andika, saat lelaki itu melepas rindu.

"Andika. Kamu jangan kasian sama aku. Aku nggak mau dikasihani. Hidupku sudah hancur. Biarlah aku yang merasakannya sendiri," kata Dewi. Sejenak, Andika bebas menikmati setiap lekuk indah tubuh Dewi, dan perempuan itu pun seakan tak punya tenaga untuk menolak petualangan Andika di tubuhnya.

"Andika, kamu nggak nyesel kan mengenal aku?" tanya Dewi masih dengan suara lirih.

Andika pun spontan mendekatkan tangannya ke bibir Dewi.

"Mari kita nikmati malam ini, sayang." bisik Andika lagi, sembari mengalihkan perjalanan tangannya menuju lembah terlarang milik Dewi.

"Jangan Andika. Aku nggak mau kamu terpaksa melakukannya, hanya karena kamu kasian sama aku," kata Dewi yang berusaha menepis perjalanan Andika menuju lembah terlarang itu.

"Aku sayang sama kamu, aku ingin bersamamu," bisik Andika masih terus berusaha melancarkan serangannya menelusuri tempat-tempat indah milik Dewi.

***

Meski ada penolakan secara halus dari Dewi, Andika terus berusaha meluluhkan hatinya.

"Kamu anggap aku apa, Dewi. Sudah sering kita tidur bareng. Tapi, kamu masih berusaha menolak aku. Kamu masih cinta sama baji**an itu ya? Sadar.....Dewi. Sekarang dia tak lagi menginginkan kamu. Ada perempuan lain yang lebih berharga di samping dia saat ini." Andika panjang lebar, berusaha menyadarkan Dewi, yang masih mencintai Aji.

"Aku nggak tahu dengan perasaan aku ke kamu. Apakah ini karena kesepian, pelarian, atau memang aku sayang sama kamu. Aku masih belum yakin, Andika. Kamu laki-laki baik, ada banyak perempuan di luar sana yang menunggu kamu. Perempuan-perempuan itu bukan termasuk aku. Aku nggak pantas Andika buat kamu!" Dewi semakin meninggikan nada bicaranya.

"Aku nggak peduli semua itu, Dewi. Sekarang yang aku mau, aku mau hidup sama kamu." tegas Andika.

Mendengar itu, tangis Dewi pecah. Dia benar-benar tak kuasa mengontrol perasaannya.

"Andika...maafin aku ya. Aku egois. Aku bingung sama perasaan aku. Kenapa sampai detik ini aku masih berharap sama Aji." aku Dewi blak-blakan di depan Andika.

"Hahaha. Kamu ini waras nggak sih. Disakiti laki-laki tapi masih saja bertahan. Sadar Dewi. Kamu sudah nggak dianggap sama Aji. Sekarang cuma putri yang buat Aji bahagia." ulang Andika yang kesekian kalinya ingin menyadarkan Dewi.

Andika menarik paksa tubuh Dewi ke dalam pelukannya. Lalu, memeluknya erat-erat. "Dewi..aku mohon sama kamu. Terima aku, terima cinta aku. Aku sayang kamu. Aku ingin kamu bahagia bersama aku." kata Andika, bikin Dewi tak berkutik saat tubuh kekar Andika memeluknya.(***)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!