Chapter 1

A.E 865—Agresia.

Agresia adalah nama dari Ibukota Kekaisaran Agung Alexandria. Kota terbesar di benua Avalon dengan dua puluh juta penduduk dari segala jenis ras dan juga status. Dibangun dengan benteng besar nan kokoh melindunginya, kota tersebut adalah sebuah kota besar yang indah dan juga merupakan pusat perdagangan, pendidikan serta seni dunia. Ibukota Agresia juga dijuluki kota tanpa tidur, karena aktivitas kota yang tidak pernah berhenti total meski malam tiba. Namun, tidak untuk hari ini.

Siang pada petengahan musim panas ini, Ibukota Agresia sangat berbeda. Jalan yang biasanya penuh dengan para penduduk yang beraktivitas sangat sepi, pintu semua toko tertutup rapat—ketegangan memenuhi seluruh kota. Keheningan mencekam menyelubungi mereka yang memilih tinggal daripada meninggalkan Ibukota seperti sebagian besar penduduk lainnya. Mereka tahu resiko yang akan mereka hadapi, tapi mereka juga tidak dapat berbuat apa-apa, sebab kebanyakan dari mereka adalah budak, pengemis, orang tua dan anak-anak terlantar.

Para bangsawan, pedagang dan mereka yang memiliki uang berpacu dengan waktu untuk meninggalkan Ibukota Agresia. Karena mereka tahu dan yakin, Ibukota Kekaisaran Agung Alexandria akan segera hancur.

Dua hari yang lalu, tiga kilometer dari timur laut Ibukota Agresia, langit biru terkoyak. Bagaikan kaca yang pecah, retakan dimensi terjadi. Retakan terbesar yang membujur tinggi dan panjang mencapai dua belas kilometer dengan kabut hitam pekat menutupinya—sebuah Gate.

Gate.

Sudah ratusan tahun lebih berlalu semenjak Gate pertama kali muncul di Benua Avalon. Langit yang terkoyak dengan kabut menutupinya, dan saat kabut menghilang, monster-monster tidak dikenal akan bermunculan meneror serta menghancurkan sekeliling. Tidak dapat diprediksi maupun dihentikan, semua penghuni Benua Avalon hanya dapat melawan dan bertarung hingga monster dalam Gate yang ada habis.

"Semua prajurit sudah siap sedia diposisi mereka, Yang Mulia," berdiri di samping Kaisar Owen Vie Astra Alexandria, sang penguasa Kekaisaran Agung Alexandria, Jenderal Philip menyampaikan laporannya. "Prediksi para mage, Gate akan terbuka tidak lama lagi."

Owen tidak memberikan reaksi sedikitpun mendengar laporan Philip. Di atas benteng yang kuat dan kokoh melindungi Ibukota Agresia, mata hijaunya menatap Gate di depan.

"Kerajaan Efrand, Kerajaan Ikland, Kerajaan Olbern, Magic Tower dan Kerajaan Suci Elvia menghubungi bahwa mereka telah mengirimkan bantuan. Tapi, mereka mungkin tidak akan mencapai tempat ini tepat waktu."

Owen tahu, kerajaan-kerajaan itu berserta Magic Tower dan Kerajaan Suci hanya beralasan. Meski mereka bisa mencapai Ibukota Agresia tepat waktu, mereka juga tidak akan membantu, sebab keruntuhan Ibukota Agresia akan memulai jatuhnya Kekaisaran Agung Alexandria.

Saat Gate di depannya terbuka, apa monster yang akan muncul? dan, apakah mereka dapat bertahan?Owen tidak tahu. Namun, yang pastinya, Ibukota Agresia tidak akan kembali lagi seperti dulu. Walau monster tidak muncul lagi, butuh berapa lama untuk Gate kosong tanpa monster yang menghiasi langit itu menghilang sepenuhnya?—Gate hanya dapat tertutup sedikit demi sedikit seiring waktu. Butuh puluhan tahun bagi sebuah Gate kosong tanpa monster menghilang sepenuhnya, dan untuk ukuran Gate yang ada di depannya, mungkin akan butuh waktu ratusan tahun. Gate kosong yang menghiasi langit di samping Ibukota Agresia akan selalu menjadi pengingat dan luka bagi mereka yang berhasil bertahan, sebab kehancuran dan kematian yang diberikan tidak akan terucapkan.

Menurunkan pandangannya, mata Owen menatap para prajurit di luar benteng. Jumlah mereka cukup banyak, yakni berjumlah dua ratus ribu. Terdiri dari knight, mage, mercenaries hingga priest. Tapi, dihadapan Gate besar tersebut, jumlah mereka tetap tidaklah sebanding.

Menutup mata, Owen kemudian bertanya setelah sekian lama. "Bagaimana dengan—Lilia?"

"Yang Mulia Ratu Lilia masih berada di istana beliau." Jawab Philip pelan. Sebagai tangan kanan Owen, dia tahu, dari keempat istrinya, Ratu Ketiga, Lilia Vie Alora Alexandria adalah wanita yang paling penting dan berharga bagi sang Kaisar.

Owen mengernyitkan dahinya mendengar jawaban yang didapatkan. Dia jelas telah menyuruh Lilia meninggalkan Ibukota Agresia bersama putra mereka saat Gate muncul. Tapi, kenapa dia masih berada dalam istana?

Philip tersenyum, dia bisa melihat jelas pertanyaan tidak terucap Owen yang biasanya selalu tenang dan tanpa ekspresi. "Beliau berpesan bahwa beliau akan menunggu anda pulang, Yang Mulia."

Dari keempat istri Owen, hanya Ratu Ketiga Lilia yang masih tinggal di istana. Permaisuri Ailara, sang istri pertama, Ratu kedua Olivia, serta Ratu keempat Elizabeth telah meninggalkan Ibukota sambil membawa anak mereka. Mereka meninggalkan Ibukota Agresia tanpa keberatan dan basa-basi sedikitpun karena tidak mau menghadapi kemungkinan terburuk yang ada, dan Philip—tidak menyukainya. Nyawa memang penting, tapi dengan status mereka sebagai istri Owen dengan pangkat Permaisuri dan Ratu, mereka seharusnya tetap berada dalam Ibukota. Ke mana perginya kehormatan dan harkat martabat mereka yang selalu setinggi langit itu?—mereka hanyalah pengecut yang munafik. Perhatian dan kasih sayang sesungguhnya Owen memang hanya layak didapatkan Ratu ketiga Lilia!

Owen tertegun dengan pesan yang disampaikan Philip. Menghela napas sejenak, dia kemudian kembali bertanya. "Bagaimana dengan pemalas itu?"

Pemalas yang dimaksud Owen, tanpa dijelaskan, Philip juga tahu. Siapa lagi kalau bukan Pangeran Pertama Kekaisaran Agung Alexandria?—Pangeran bodoh, pengecut dan tidak berguna yang mengurung diri di kamarnya dalam istana Ratu ketiga sejak mengundurkan diri dari suksesi tahta dua belas tahun yang lalu. "Beliau ma—"

Boom.

Suara ledakan besar terdengar di langit. Bersamaan, Owen dan Philip segera menoleh menatap Gate di depan. Kabut hitam yang menutupi Gate perlahan menghilang—Gate telah terbuka.

Perlahan, ribuan monster mulai bergerak keluar dari Gate. Monster dengan bentuk aneh yang tidak pernah dilihat siapapun selama ini. Badan mereka berwarna hitam dan lunak seperti lumpur, ada yang berbentuk seperti binatang melata, serangga, binatang mamalia, bahkan manusia. Ukuran mereka juga beragam, ada yang terlihat sangat kecil hingga raksasa. Mereka tidak memiliki wajah kecuali sepasang mata merah menyala.

"Apa itu?" Philip tidak dapat menyembunyikan perasaan terkejutnya melihat monster-monster aneh tersebut. Dia bisa merasakan aura aneh yang mencekam dan mengerikan dari mereka semua.

Apa yang dirasakan oleh Philip juga dirasakan oleh semua prajurit yang ada. Ketakutan memenuhi mereka semua. Monster di depan jelas bukanlah monster biasa, apakah mereka bisa melawan?—bisakah mereka mempertahankan Ibukota Agresia?

"Gyaaaa!!!"

Salah satu monster raksasa berbentuk manusia tiba-tiba berteriak keras. Sebuah mulut besar terbuka di wajah ratanya. Gigi besar dan runcing mengerikan terlihat, sedetik kemudian sebuah tembakan besar bagaikan laser melesat keluar dengan kecepatan penuh ke arah para prajurit di depan benteng.

"Awas!!"

"Menghindar!!"

"Lari!!"

"Mage! Buat dinding pelindung!"

Kepanikan dan ketakutan memenuhi para prajurit. Barisan prajurit yang tadinya rapi menjadi berantakan karena mereka semua berusaha menyelamatkan nyawa mereka masing-masing.

Owen yang ada di atas benteng mengepal erat kedua jari jemari tangannya. Wajahnya tetap tenang tanpa ekspresi, tapi jauh dalam hati, dia tahu—dirinya dan para prajurit yang ada tidak akan dapat mempertahankan Ibukota Agresia. Monster-monster yang keluar dari Gate bukanlah monster biasa yang dapat mereka musnahkan dengan mudah.

Tembakan serangan monster semakin mendekat, berapa banyak yang akan mati dalam serangan ini?—sebagai Kaisar, Owen harus melakukan sesuatu! Dirinya tidak bisa membiarkan para prajurit mati begitu saja.

Sepuluh meter.

Sembilan meter.

Delapan meter.

Lalu—boom.

Serangan yang terarah pada para prajurit tiba-tiba meledak di atas udara delapan meter sebelum mencapai mereka. Kebingungan, mereka yang tadinya berlari berusaha menyelamatkan diri segera berhenti. Mata mereka terarah ke depan, melihat sebuah dinding pelindung yang melindungi mereka.

"A-apa itu?" seorang mage menatap tidak percaya apa yang dilihatnya. Dia tahu, yang menghentikan serangan monster adalah sihir dinding pelindung, tapi, dia tidak pernah melihat maupun mendengar sihir dinding pelindung seperti ini selama hidupnya.

Dinding pelindung tersebut berwarna emas dan sangat tipis seakan transparan. Namun, ukurannya sungguh luar biasa. Mengangkat kepala menatap dinding sihir, semua yang ada bisa melihat dinding sihir itu berbentuk setengah lingkaran, dan menutupi semua prajurit, dan bahkan sesungguhnya, menutupi seluruh Ibukota Agresia.

Siapa?

Sihir siapa ini?

Pandangan semua kemudian terarah pada seorang pemuda di luar dinding pelindung. Berdiri tegak beberapa meter di depan prajurit yang tercerai berai, rambut pirang panjangnya yang terikat bersinar bagaikan emas murni di bawah cahaya matahari siang. Mengenakan baju dan celana hitam tanpa armor maupun senjata, mata hijaunya menatap para monster. Tidak ada ketakutan di wajahnya yang tampan, justru ekspresinya terlihat—kesal.

...****************...

Terpopuler

Comments

Muawwiz channel61

Muawwiz channel61

berasa baca useless prince 😭😭😭

2025-07-31

0

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1
3 Chapter 2
4 Chapter 3
5 Chapter 4
6 chapter 5
7 Chapter 6
8 Chapter 7
9 Chapter 8
10 Chapter 9
11 Chapter 10
12 Chapter 11
13 Chapter 12
14 Chapter 13
15 Chapter 14
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chaoter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60
62 Chapter 61
63 Chapter 62
64 Chapter 63
65 Chapter 64
66 Chapter 65
67 Chapter 66
68 Chapter 67
69 Chapter 68
70 Chapter 69
71 Chapter 70
72 Chapter 71
73 Chapter 72
74 Chapter 73
75 Chapter 74
76 Chapter 75
77 Chapter 76
78 Chapter 77
79 Chapter 78
80 Chapter 79
81 Chapter 80
82 Chapter 81
83 Chapter 82
84 Chapter 83
85 Chapter 84
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1
3
Chapter 2
4
Chapter 3
5
Chapter 4
6
chapter 5
7
Chapter 6
8
Chapter 7
9
Chapter 8
10
Chapter 9
11
Chapter 10
12
Chapter 11
13
Chapter 12
14
Chapter 13
15
Chapter 14
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chaoter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60
62
Chapter 61
63
Chapter 62
64
Chapter 63
65
Chapter 64
66
Chapter 65
67
Chapter 66
68
Chapter 67
69
Chapter 68
70
Chapter 69
71
Chapter 70
72
Chapter 71
73
Chapter 72
74
Chapter 73
75
Chapter 74
76
Chapter 75
77
Chapter 76
78
Chapter 77
79
Chapter 78
80
Chapter 79
81
Chapter 80
82
Chapter 81
83
Chapter 82
84
Chapter 83
85
Chapter 84

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!