Irlandia, pukul 09.00 pagi.
Hansell turun dari mobil yang ia tumpangi untuk masuk ke sekolah yang mungkin sudah seminggu ia tinggalkan, pria itu mengunakan seragam sekolah seperti anak SMA pada umumnya, meskipun ia sangat tampan namun Hansell tidak terlalu mencolok dan banyak tingkah.
Pagi itu mata Hansell terpaku pada para pria yang duduk di depan mejanya, bahkan mereka tengah asik bercerita tentang anak pindahan baru yang menduduki kelas sebelah, hingga sedari pagi Hansell telah mendengar nama “Airyn” di sebut-sebut hingga menyita perhatianya.
“Apa kau lihat gadis itu, bukankah dia menjadi wanita pertama yang bertenger di urutan orang terkaya dunia, aku tidak percaya ia secantik itu. bagaimana rasanya hidup dengan wajah sesempurna itu setiap harinya” ucap seorang wanita yang berlalu di samping hansell, bahkan mereka bicara dengan nada keras hingga terakses oleh pendengarannya.
“Aku tidak akan bisa memabayangkan bagaimana kehidupan Nona Airyn, ia sungguh cantik dan luar biasa. Aku sangat iri sekali” ucapnya dengan wajah memelas, rasanya ada ketidaksukaan lantaran hidup gadis itu sangat sempurna, bahkan degan wajah secantik itu membuat siapa saja benar-benar iri padanya.
Hansell yang sedari tadi sibuk dengan buku pelajaran di tanganya meyipitkan mata penuh jengkel, bahkan ia mendengar nama Airyn dan Airyn yang selalu di bicarakan banyak orang, hingga Hansell tidak menyangka jika telinganya selalu di penuhi oleh pembahahasan tentang wanita, bahkan ketika ia bekerja orang juga membicarakan Nona Petrov dan di sekolah mereka membicaarakan Airyn yang merupakan anak baru.
Kenapa semua orang bisa menyebalkan sedangkan dirinya tidak pernah tertarik dengan hal seperti itu. "Menjengkelkan sekali" gerutunya dengan geram, hingga keluar dari kelas untuk mencari udara segar.
Jam belajar yang tengah berlangsung itu, mulai menunjukan tanda akan berakir, hingga pria itu memandangi Jam yang melingkar di pergelangan tanganya.
"Sudah jam segini, Kenapa Dikra belum menapakan diri" tanya Hansell degan binggung, bahkan sedari pagi Hansell tidak mendengar suara temanya untuk sekedar meneriaki namanya. Kesibukan apa yang pria itu lakukan sampai-sampai tidak mengunjungi kelas, padahan Hansell sudah menguubungi Dikra jika dirinya akan kesekolah hari ini.
Tanpa pikir panjang, Hansell berjalan di lorong kelas untuk menuju ruang kelas Dikra, ia melihat kearah dalam sembari menjangkau pemandangan disana, akibat kaca yang cukup tinggi membuat Hansell kesulitan dalam mengakses keberadaan temanya, dengan segera pria itu melangkah mendekati ujung pintu, dan saat melirikan mata ke dalam sana, Hansell bersirobok dengan Dikra yang bicara dengan seorang wanita, bahkan untuk pertama kalinya Hansell terpaku memandangi wanita dalam beberapa menit.
“Dikra” tukas Hansell, hingga membuat pembicaraan mereka terhenti, bahkan mata gadis itu memandangi Hansell hingga mengalihkanya dalam detik yang sama.
Dan untuk pertama kaalinya ia di perlakukan seperti ini oleh wanita, memangnya siapa wanita yang bicara dengan temanya? Apakah kekasih Dikra? Pikir Hansell.
“Astaga, sejak kapan kau pulang?” tanya pria itu sembari merangkul pundak Hansell dengan akrab.
“Aku baru kembali tadi malam, dan kau tidak ke kelasku. Ada apa dengan mu, apa kau melupakan teman mu setelah memiliki pacar yang cantik” ejek Hansell pada temanya.
“Pacar?” balas Dikra dengan membeokan perkataan pria itu. “Pacar yang mana?” balasnya dengan bingung.
“Wanita yang baru saja di kelas itu, bukankah pacarmu. Jika aku lihat ia sangat cantik dari sebelumnya”
“Hei, apa kau menghina jajaran mantan kekasihku” dengus Dikra kepada temanya.
“Tidak”
“Lalu, kenapa kau menghina mereka”
“Aku tidak menghina mantan mu, aku hanya mengatakan jika gadis yang di kelas barusan lebih cantik dari sebelumnya” tegas Hansell sekali lagi, hingga membuat mata Dikra menyipitkan mata penuh selisik.
“Hansell, tidakah kau sadar. Ini pertama kalinya kau bicara mengenai wanita, dan untuk pertama kalinya kau mengatakan seseorang cantik selain Angelina” sontak penuturan pria itu membuat Hansell terpaku,
Benarkah ia begitu? Tapi entah kenapa Hansell juga tidak tahu kenapa dirinya sangat tertarik dengan gadis di kelas barusan.
“Apa kau menyukainya” ledek Dikra hingga membuat Hansell salah tigkah.
“Tidak, jangan mengada-ngada” tukasnya seraya berjalan dengan segera.
“Kau menyukainya kan” ejek Dikra sekali lagi, ia sungguh tidak puas jika belum membuat pipi Hansell memerah karna salah tingkah.
“Tidak, kenapa kau menyebalkan sekali”
Hingga mereka berlalu dengan perkacakapan yang saling saut-sautan, bahkan sepanjang perjalanan pulang menuju rumahnya, Hansell cukup terpaku jika sebenarnya Wanita itu pernah bertemu 2 tahun lalu denganya.
Kala itu Hansell pernah memberikan tumpangan pada seorang gadis yang basah kuyup sembari menyelusuri trotoar jalan, bahkan Hansell bisa merasakan jika gadis itu sangat frustasi meminta pertolongan, bahkan dengan mengamati saja membuat hatinya tergerak dengan sendirinya, untuk pertama kalinya Hansell membukakan pintu mobil pada wanita asing yang biasanya selalu ia benci, namun melihat kesedihaan dan keterpurukan gadis itu, Hansell sungguh ingin mengenalinya, namun sayangnya saat ia menuruni mobil, Hansell lupa menanyakan nama gadis yang ia tolong tersebut.
Dan kali ini, Hansell mengetahui jika namanya “Airyn” sebuah nama yang selalu ingin Hansell ketahui namun seperti misteri, ia seperti gadis yang hilang tanpa jejak hingga Hansell sulit melacak, tapi siapa yang menduga gadis itu datang sendirinya ke sekolah yang sama dengan Hansell. Apakah ini takdir.
*
Ke esokan harinya, untuk pertama kalinya Hansell cukup bersemangat datang ke sekolah, pria itu menuruni tangga dengan elegan sembari merapikan singsigan baju sekolah yang di kenakan. Hansell memberikan ciuman ke pucuk kepala adik kesayanganya yaitu Angeline Hamillton seraya menyapa papanya yang sibuk dengan beberapa laporan.
“Apa kau tidak bisa membuat kerjasama dengan perusahaan Tuan Xiao?” tanya Tuan Hamillton hingga menarik perhatian Hansell.
“Tidak pa” balasnya dengan tenang, bahkan Hansell seperti tidak bersalah membatalkan kerjasama itu.
“Kenapa tidak bisa, bukankah sudah aku pesankan untuk membuat kerjasama dengan dirinya” kesal Hamillton pada putranya.
Sedangkan Hansell memilih diam di sela kekesalan papanya yang mungkin membuat Angeline tidak berani ikut campur. “Jika kau tidak bisa mendapatkan kerjasama itu, maka kita bisa kehilagan tander besar di Tiongkok. Tidakah kau tau, pemimpin APV Petrov yaitu Putri dari Louis Petrov sudah kembali, jika ia kembali untuk misi besarnya maka posisi kita akan terancam” kesal Hamillton hingga membuat Hansell menghentikan sarapanya.
“Sedari awal sudah aku katakan, untuk tidak perlu membuat persaingan dengan APV Petrov, sekalipun kita menduduki peringkat nomor satu di Negara ini. Tetap saja perusahaan itu bukanlah perusahaan berskala kecil untuk di saingi” tegas Hansell ketika membantah perkataan papanya.
“Hansell, apa yang kau fikirkan sebenarnya. Di dunia bisnis, jika bukan kau yang mencengkram maka orang lain akan mencakar”
“Kenapa selogan itu tidak papa balikan saja, jika orang lain yang mencakar, maka kita yang akan mencengkram” bantah Hansell pada papanya.
“Hansell!!” teriak Hamillton yang naik pitam pagi ini, bahkan ia tidak menyangka putranya tidak memiliki ambisi dan ingin bermain aman dan santai, padahal Hamillton sudah menjelaskan jika ia terus seperti ini, maka APV Petrov akan mengeser kedudukan mereka.
“Hansell sudah selesai Pa” tukas Hansell seraya berdiri untuk menyudahi sarapanya, ia menjangkau tas punggung itu untuk ia selipkan kepada bahunya, hingga meraih kepala adiknya untuk berpamitan pergi, membuat Hamillton mengelengkan kepala atas tingkah anaknya.
"Kapan pria itu akan sadar dan keluar dari Zona nyamannya" kesal Hamillton yang tengah mengusap dada, sedangkan Angeline memeluk ayahnya untuk menenangkan beliau.
*
Pagi ini Hansell datang ke sekolah cukup awal, bahkan ia melihat Airyn memasuki sekolah dengan sikap dingin, Hansell memandangi pungung gadis yang menarik perhatianya dengan jarak yang cukup jauh, bahkan Hansell melihat bagaimana gadis itu tidak nyaman dengan seluruh mata yang memandang kearahnya.
Jika gadis bernama Airyn ini yang membuat sekolah ribut kemarin sore, tentu saja Hansell akan menerimanya, sebab di pertemuan pertama Airyn juga membuat Hansell terpaku.
Lorong yang di penuhi siswa di sepanjang jalan membuat Airyn tak bergeming dan gugup, ia dengan angkuh berjalan kearah kelas, tanpa memikirkan apapun, sedangkan Hansell yang tengah mengikuti di belakang seperti tidak ada sadar bagaimana dirinya cukup tertarik pada Airyn, bahkah semua fokus hanya tertuju kepada gadis itu, deretan pria tak henti memandangi tatkala Airyn memasuki kelas dan meletakan tas di meja, bahkan gadis itu tetap diam tanpa bicara seolah sibuk dengan dirinya sendiri, Hansell yang ada di pintu kelas seolah berfikir tentang sikapnya yang amat dingin, hingga seperti apapun seorang gadis memiliki sikap pendiam, Hansell percaya seseorangpasti berusaha mencari seorang teman dan bersikap ramah kepada semua orang, sedangkan Airyn berbeda, ia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri meskipun di tengah-tengah keributan yang menganggumi sosoknya.
“Gadis aneh” ucap Hansell dengan senyum yang terulas di sudut bibirnya, pria itu memilih pergi untuk memasuki ruagan kelas.
Ketika jam istrirahat di mulai, Hansell dan Dikra berjalan di dekat taman belakang, dimana jalan itu merupakan jalan terdekat kearah kantin, mereka di cegat oleh para gadis yang memberikan coklat padanya, namun Hansell dengan tegas menolak, sedangkan Dikra malah bertingkah sebaliknya, pria itu sangat sibuk bergurau dengan beberapa gadis yang memujinya.
Hingga lagi-lagi gadis yang selalu memenuhi ruang kepala Hansell, melintasi mereka seolah tidak menyapa dan bahkan gadis itu tidak seperti menyadari keberadaan Hansell disana, Airyn berjalan kearah kantin seorang diri tanpa siapapun di sisinya, bahkan Hansell sudah melihat untuk kesekian kalinya wajah dingin di gurat wajahnya, hingga membuat Hansell begitu pensaran kenapa gadis itu seperti mengasingkan diri serta membuat tembok dengan lingkugan sekitar.
“Dikra aku duluan, kau menyusul saja” tukas Hansell hingga memutus pembicaraan mereka, bahkan Dikra tergugu saat ditingal pergi oleh Hansell, bahkan pria kejam itu meninggalkannya seorang diri diantara kerumunan wanita di sekitarnya.
Secara perlahan, Hansell melakukan hal serupa, ia berjalan dengan tenang untuk mengikuti langkah Airyn, Hansell memandangi punggung yang berjalan tanpa menoleh seolah ia tidak menyadari apapun selain melakukan aktifatsnya, gadis itu memasukan makananya ke wadah makan siang yang di sediakan untuk murid, ia mengambil kursi kosong paling belakang yang berada disisi kaca untuk menembus pemandangan di sampingnya, sedangkan Hansell juga menduduki kursi depan dari arah berlawanan untuk memandangi gadis dingin yang sulit ia dekati.
Semua mata seperti menatap Airyn dan bahkan mereka bicara dengan sangat keras tentang dirinya, sedangkan Hansell yakin jika gadis itu mendengar semua pembicaraan orang-orang, namun ia mengabaikanya, kenapa Airyn seperti itu? Kenapa ia sangat dingin dan tidak pernah peduli pada siapapun, bahkan ia begitu engan ikut campur dan engan mempermasalahan segala hal sekalipun orang mencari masalah denganya.
Jika saja bisa Hansell akui, ia menyukai tingkah laku Airyn, rasanya semakin ia mencoba mengabaikanya, Hansell semakin penasaran dan terus mengikuti gadis itu, sekalipun ia tidak ingin menjangkaunya, namun mengamati Airyn secara diam-diam seperti hal menyenangkaan yang bisa ia lakukan di sekolah ini, selain pulang dan belajar tidak ada hal lain yang bisa Hansell lakukan, ia terlalu bosan di sekolah karna itulah ia ingin pulang segera mungkin, dan saat ia bosan di rumah, ia ingin kembali sekolah pada pagi harinya, dan selama ini selalu seperti itu perasaanya tentang hidup ini.
Tapi semenjak mengetahui gadis itu ada di sekolah ini, sungguh Airyn menyita perhatianya semenjak 2 tahun lalu, dan saat ini Airyn hadir di sekolah yang sama denganya, Hansell terlalu terbawa suasana, gadis itu seperti magnet yang menarik matanya untuk terus menatap, membuat fikirkan untuk terus berfikir, dan bahkan Airyn selalu membuat Hansell melampaui prinsipnya sendiri, untuk pertama kalinya gadis itu seperti sesuatu yang mudah di genggam, namun sulit di dapatkan.
“Dia terlalu istimewa” gumam Haansell seraya mengisi perutnya dengan makanan yang sudah terhidang, ia menatap Airyn sesekali meneguk air dan menelan makanan, bahkan seperti ini saja sudah membuat Hansell cukup senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Mumut
bagus thor
2020-12-08
0
syasya
keren thoor
2020-10-13
0
Muhammad Adhi
wkwkwkkw hanselll
2020-10-10
0