episode 9 Rasa Yang Belum Terasa

Dalam perjalanan pulang, Naufal melintasi jalanan yang cukup sepi, dari arah jauh Naufal melihat ada seorang lelaki para baya dia tengah dipaksa oleh dua preman. Lelaki paru baya itu dipukuli hingga babak belur.

Naufal memberhentikan motornya tepat di hadapan mereka, belum sempat membuka helm sebuah tendangan mendarat tepat mengenai wajah dua preman itu.

Dengan tangan yang sudah siap udah malawan, dengan keroyokan preman itu melawan Naufal.

Bugh

Bugh

Tinjuan demi tinjuan melayang hingga membuat kedua preman itu menyerah, mereka berlari kabur. Naufal membuka helmnya, lalu ia menghampiri lelaki paru Bayu itu.

“Apa Bapak baik-baik aja, Pak?” tanya Naufal.

“Alhamdulillah Nak, terimakasih sudah menolong saya, kalau tidak mungkin saat sudah mati.”

“Siapa nama kamu, Nak?”

“Saya Naufal, Pak.” Naufal mengulurkan tangannya.

“Saya Maryono.”

“Bagaimana sebagai ucapan terimakasih, Nak Naufal saya undang makan malam?” tawar Pak Maryono.

“Nggak usah repot-repot, Pak.”

“Nggak papa, ajak pasangan kamu sekalian ya, kalau ada,” lanjutnya.

Naufal mengangguk mengiyakan, pastinya dia akan mengajak Naya anggap itu diner pertamanya bersama Naya sebagai suami istri.

“Yaudah kalau gitu saya pergi dulu ya Naufal.”

“Apa bakal mau saya kawal, nanti saya dibelakang Bapak,” tawar Naufal.

“Apa tidak merepotkan.”

“Tidak sama sekali Pak.”

“Yasudah terimakasih Nak Naufal.”

**

Sepulang dari mengantarkan pak Maryono, Naufal sampai di rumah. Melihat kabar yang begitu rapih, namun tidak menemukan keberadaan Naya.

“Naya!” Naufal mencantolkan jaketnya di lemari.

“Naya!” Tak ada sahutan lagi dari perempuan itu.

Kemudian Naufal turun, mencari Naya. Ia mencari Naya di dapur, perpustakaan, ruang tamu, tak ada keberadaan Naya, membuat dirinya semakin khawatir. Pasalnya biasanya Naya sudah tidur, tetapi sekarang entah kemana perempuan itu.

Naufal kembali mencari dia, kali ini dia mencari di taman belakang rumahnya tepatnya di lapangan basket.

Naufal menghela nafas lega, kecemasannya hilang ketika melihat Naya tengah bermain basket sendirian. Bola yang Naya dribbling itu langsung di rebut paksa oleh Naufal.

“Anjir lo ya,” kesal Naya.

Naufal menggiring bola hingga memasuki ring. Setelah itu ia memutar bola itu dengan telunjuknya, Naufal bisa melakukan aksi itu karena memang dulunya dia adalah kapten basket pada masanya, dan pernah menjadi juara antar provinsi.

“Tumben lo main basket, biasanya jam segini udah molor?” tanya Naufal, dirinya kembali berhasil memasuki bola ke dalam ring.

“Gue gabut aja, mau main basket.” Naya meluruskan kedua kakinya dengan di ikuti Naufal yang duduk di sampingnya.

“Oh ya, tadi gue abis nolong orang terus orang itu ngajak gue buat makan malam. Gue juga udah beliin lo baju, nanti di pake ya,” terang Naufal.

“Nggak segampang itu ngajak gue, lo harus tanding sama gue. Kalau lo berhasil masukin lima poin, gue mau jalan sama lo, tapi kalau gue menang gue nggak mau jalan dan lo harus nurutin tiga permintaan gue,” tentang Naya, Naya melempar bola basket itu ke arah Naufal.

Naufal menangkapnya dan mulai mendribbling.” Okey deal, lagi pula pasti gue kali yang menang.”

Naufal mulai menggiring bola itu, Naya berusaha mengambil dari tangan Naufal. Kali ini Naya yang menggiring bola dan berhasil memasuki nya.

“Satu kosong,” ucapnya sombong.

“Baru juga permulaan, itu tuh latihan.”

“Sombong, bilang aja takut di kalah kan .” Naya memberikan pose jempolnya lalu di balik ke bawah, tanda meledek.

“Nanti juga lo kalah.” Naufal kembali merebut bola itu, kali ini dia benar-benar serius bermain karena Naya tidak main-main dengan ucapannya.

Naufal terus menerus memasuki bola itu ke dalam ring, hingga tak ada luang untuk Naya.

“Tiga, satu.”

“Dua, Tiga.”

Ketika Naufal mendribling kembali bola dan ingin lompat memasukan bola kedalam ring, Naya menarik baju Naufal tujuannya agar Naufal jatuh dan Naya merebut bola itu. Namun sayangnya keduanya malah jatuh bersamaan, dengan posisi tangan Naufal di bawah kepala Naya. Naufal sebagai melakukan itu agar kepala Naya tidak terbentur.

Mata keduanya saling bertemu, sekitar beberapa detik mereka bertatapan dengan posisi yang masih sama, jarak keduanya begitu dekat. Melupakan bola basket yang entah kemana.

“Kok gue jadi deg-degan ya?” monolognya dalam hati. Pasalnya jantungnya saat ini berdetak lebih kencang tak seperti biasanya.

“Bang Naufal, Kak Naya!” panggilan Vero membuyarkan lamunan keduanya.

Keduanya bangkit untuk berdiri, menoleh ke arah sumber suara.

“Kalau mau romantis-romantisan itu di kamar, bukan di sini,” ledek Vero.

“Ada apa sih?” tanya Naufal.

“Di panggil Oma, suruh ke kamarnya,” jawab Vero.

“Oh.” Keduanya beranjak pergi menemui Oma.

“Lain kali kalau pacar jangan di sini, ketauan kan,” ledek Vero.

“Bacot lo!” sahut mereka bersamaan.

“Cie … barengan,” ledek Naufal lagi.

Keduanya saling tatap menatap, hanya kebetulan samaan.

“Apaan sih lo Verong.” Naufal mengusap wajah Vero kasar, lalu beranjak pergi, diikuti Naya dari belakang.

“Tangan lo bau debu, Bang.”

**

“Oma!” panggil Naufal.

Oma nya tengah duduk di meja rias sembari memegang sebuah kotak kayu berwarna coklat.

“Sini duduk!” Kemudian mereka berdua duduk di tepi ranjang kasur.

“Ada apa Oma?” tanya Naufal. Dari matanya, Naufal melihat Oma seperti orang yang habis menangis.

Kemudian Oma Yuma membuka kotak itu, banyak sekali perhiasan di dalamnya, Naya saja sampai terkejut melihat perhiasan sebanyak itu, apalagi ada ada berliannya.

“Perhiasan ini adalah perhiasan peninggalan Anita, mamanya Naufal dan Vero. Sebelum Anita pergi, dia berpesan pada Oma berikan kalung berlian ini kepada menantunya, sekarang kan Naufal sudah menikahi kamu, jadi kalung berlian ini jadi milik kamu,” terang Oma sambil memasangkan kalung berlian ini di leher Naya.

“Cantik.”

“Jaga kalung ini ya,” pesan Oma.

Perasaan haru itu yang Naya rasakan. Keluarga Nuafal begitu baik padanya. Dalam hidupnya, ia belum pernah menemukan berlian secantik ini.

“Lo cocok pake ini, Nay,” monolog Naufal dalam hati, melukiskan senyuman manis.

“Makasih Oma, Naya bakal jaga kalung ini,” janji Naya.

“Jadi kapan kalian mau ngasih cicit buat Oma?”

Pertanyaan itu sontak membuat keduanya terkejut, Naya hanya nyengir matanya mengkode Naufal untuk menjawab pertanyaan Oma.

“In syaa Allah Oma, lagi pula Naufal nggak mau buru-buru punya anak, kita juga nikah belum lama ini, masih pengen menikmati masa-masa pasutri baru,” jelas Naufal.

“Iya Oma, lagi pula Naya baru aja lulus kuliah,” sambung Naya yang diberi anggukan oleh Naufal.

“Yaudah, tapi jangan lama-lama ya.”

Keduanya hanya tersenyum mengiyakan.

**

“Kamu mau makan apa?” tanya Vero, tangannya mengelus lembut Kayra.

“Aku mau bakso sama jus jeruk.”

Jam istirahat mereka habiskan untuk berpacaran di kantin. Mereka duduk di pojok kanan jika menatap ke dalam langsung melihat lapangan utama. Sikap Kayra yang begitu manja membuat Vero semakin gemas dengan gadis berkepang dua itu.

“Aku pesenin ya.”

“Jangan lama-lama ya sayang, makasih.”

Terpopuler

Comments

Maulana Rizki

Maulana Rizki

Kapal yanh satu udah berlayar dan satu nunggu beli bensi baru bisa berlayar 🤣😂

2025-03-09

0

Cill

Cill

Vero ama Kayra lama lama bucin poll nggak ketolong

2025-01-14

0

Muhammad Ilham

Muhammad Ilham

Cute couple

2025-03-09

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 Tentang Raka
2 episode 2 Hah Menikah!
3 episode 3 Menikah
4 episode 4 Mau Punya anak Banyak
5 episode 5 Di Usir
6 episode 6 Jahil
7 episode 7 Berhenti Mencari Raka
8 episode 8 Ke Pantai
9 episode 9 Rasa Yang Belum Terasa
10 episode 10 Dinner
11 episode 11 Hati Yang Mulai Peka
12 episode 12 Raka Kembali
13 episode 13 Terpotek sudah Hati Vero
14 episode 14 Kegalauan Dua
15 episode 15 Berduka
16 episode 16 Jogging
17 episode 17 Arosky
18 episode 18 Cemburu
19 episode 19 Jalan jalan
20 episode 20 Foto Pernikahan
21 Bab 21 Naya Gelisah
22 episode 22
23 Episode 23 Naufal Demam
24 episode 24 Orang Misterius
25 episode 25 Vero Kecelakaan
26 episode 26 Kenyataan yang Menyakitkan
27 episode 27 Menerima Maaf
28 episode 28 Manjanya
29 episode 29 Naya Hamil
30 episode 30 Ngidam Pertama
31 episode 31 Ngidam Yang Aneh
32 episode 32 Naya Hilang
33 episode 33 Labrakan Naufal, Vero and the geng
34 episode 34 Di Interogasi
35 episode 35 Airin and Raka!!!!!!!!!
36 episode 36 Kehilangan Yang Berharga
37 episode 37 Penjelasan
38 episode 38 Siapa Perempuan Bersama Vero?
39 episode 39 Naya Overthinking
40 episode 40 Pagi Yang Indah & Malam Yang Mengkhawatirkan
41 episode 41 Manjanya
42 episode 42 Berdua Di Rumah Bu Anita
43 episode 43 Jealousnya sih Naya
44 episode 44 Pernyataan yang Menyakitkan
45 episode 45 Luka yang dii Pendam Lama
46 episode 46 Vero
47 episode 47 Terkadang Kekecewaan itu Menutupi Rasa Cinta
48 episode 48 Menunggu Alvin
49 episode 49 Cinta Itu Banyak
50 episode 50 Kemana Alvin?
51 episode 51 Telepon Misterius untuk Vero
52 episode 52 Ngiriman Ular
53 53 Paket Misterius Lagi
54 Episode 54 Telfon Misterius
55 55 Teror Yang Tak Hentinya
56 episode 56 Ada Yang Sabotase CCTV
57 episode 57 Akan Mencari Tau Teror Itu
58 episode 58 Hilangnya Naya
59 59 Siksaan Hati Naufal
60 episode 60 Abikara Siuman
61 episode 61 Terungkap
62 episode 62 Butuh Ketenangan
63 episode 63 Kehangatan Vero & Kesedihan Naufal
64 episode 64 Masalah Baru LDR dalam Waktu yang belum Di Tentukan
65 episode 65 Abikara Kesepian
66 episode 66 Aku Kangen Kamu
67 episode 67 Mengabiskan Waktu Bersama Dalam Waktu yang Singkat
68 Episode 68 Kebahagiaan yang Sederhana
69 episode 69 Sehari Bersamamu
70 Episode 70 Sama-sama Terluka
71 episode 71 Menunggu mu
72 episode 72 Memulai Lagi
73 episode 73 Penjelasan Abikara
74 episode 74 Vero dan Ketampanannya
75 episode 75 Perasaan Aneh yang Vero Rasakan
76 Episode 76 Mama?
77 Episode 77 Senang atau Marah?
78 Episode 78 Seorang TKW Bernama Anita
79 Episode 79 Bayi Kecil yang Tumbuh Tampan dan Sukses
80 Episode 80 Butuh Waktu untuk Ketenangan
81 Episode 81 Dibalik Niat yang Jahat Terkadang Mengandung Hikma yang Tak Disangka
82 Episode 82 Kesedihan ku Terkalahkan dengan Kehadiran mu
83 Episode 83 Sesuatu yang Harus di Lepaskan
84 Episode 84 LDR Itu Berat Ya?
85 Episode 85 Kalau ada Kamu, Pasti aku Dimarahi Pulang Malam
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Episode 1 Tentang Raka
2
episode 2 Hah Menikah!
3
episode 3 Menikah
4
episode 4 Mau Punya anak Banyak
5
episode 5 Di Usir
6
episode 6 Jahil
7
episode 7 Berhenti Mencari Raka
8
episode 8 Ke Pantai
9
episode 9 Rasa Yang Belum Terasa
10
episode 10 Dinner
11
episode 11 Hati Yang Mulai Peka
12
episode 12 Raka Kembali
13
episode 13 Terpotek sudah Hati Vero
14
episode 14 Kegalauan Dua
15
episode 15 Berduka
16
episode 16 Jogging
17
episode 17 Arosky
18
episode 18 Cemburu
19
episode 19 Jalan jalan
20
episode 20 Foto Pernikahan
21
Bab 21 Naya Gelisah
22
episode 22
23
Episode 23 Naufal Demam
24
episode 24 Orang Misterius
25
episode 25 Vero Kecelakaan
26
episode 26 Kenyataan yang Menyakitkan
27
episode 27 Menerima Maaf
28
episode 28 Manjanya
29
episode 29 Naya Hamil
30
episode 30 Ngidam Pertama
31
episode 31 Ngidam Yang Aneh
32
episode 32 Naya Hilang
33
episode 33 Labrakan Naufal, Vero and the geng
34
episode 34 Di Interogasi
35
episode 35 Airin and Raka!!!!!!!!!
36
episode 36 Kehilangan Yang Berharga
37
episode 37 Penjelasan
38
episode 38 Siapa Perempuan Bersama Vero?
39
episode 39 Naya Overthinking
40
episode 40 Pagi Yang Indah & Malam Yang Mengkhawatirkan
41
episode 41 Manjanya
42
episode 42 Berdua Di Rumah Bu Anita
43
episode 43 Jealousnya sih Naya
44
episode 44 Pernyataan yang Menyakitkan
45
episode 45 Luka yang dii Pendam Lama
46
episode 46 Vero
47
episode 47 Terkadang Kekecewaan itu Menutupi Rasa Cinta
48
episode 48 Menunggu Alvin
49
episode 49 Cinta Itu Banyak
50
episode 50 Kemana Alvin?
51
episode 51 Telepon Misterius untuk Vero
52
episode 52 Ngiriman Ular
53
53 Paket Misterius Lagi
54
Episode 54 Telfon Misterius
55
55 Teror Yang Tak Hentinya
56
episode 56 Ada Yang Sabotase CCTV
57
episode 57 Akan Mencari Tau Teror Itu
58
episode 58 Hilangnya Naya
59
59 Siksaan Hati Naufal
60
episode 60 Abikara Siuman
61
episode 61 Terungkap
62
episode 62 Butuh Ketenangan
63
episode 63 Kehangatan Vero & Kesedihan Naufal
64
episode 64 Masalah Baru LDR dalam Waktu yang belum Di Tentukan
65
episode 65 Abikara Kesepian
66
episode 66 Aku Kangen Kamu
67
episode 67 Mengabiskan Waktu Bersama Dalam Waktu yang Singkat
68
Episode 68 Kebahagiaan yang Sederhana
69
episode 69 Sehari Bersamamu
70
Episode 70 Sama-sama Terluka
71
episode 71 Menunggu mu
72
episode 72 Memulai Lagi
73
episode 73 Penjelasan Abikara
74
episode 74 Vero dan Ketampanannya
75
episode 75 Perasaan Aneh yang Vero Rasakan
76
Episode 76 Mama?
77
Episode 77 Senang atau Marah?
78
Episode 78 Seorang TKW Bernama Anita
79
Episode 79 Bayi Kecil yang Tumbuh Tampan dan Sukses
80
Episode 80 Butuh Waktu untuk Ketenangan
81
Episode 81 Dibalik Niat yang Jahat Terkadang Mengandung Hikma yang Tak Disangka
82
Episode 82 Kesedihan ku Terkalahkan dengan Kehadiran mu
83
Episode 83 Sesuatu yang Harus di Lepaskan
84
Episode 84 LDR Itu Berat Ya?
85
Episode 85 Kalau ada Kamu, Pasti aku Dimarahi Pulang Malam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!