Pembicaraan di dalam mobil

Turun dari lantai dua kamarnya dengan setelan kasual, Abhi selalu bisa membuat dirinya terlihat cocok dengan padu padan pakaian yang dikenakan.

"Mau ke mana mas? Bukannya masih libur?" Ahiyung menikmati secangkir kopi hitam buatan Sekar sebelum nanti siang berangkat bertugas kembali.

"Nganter Deepika kerja pah." Terang Abhi jujur.

Sekar yang tadi sibuk di dapur dengan bumbu nasi goreng sedikit berlari ke ruang tengah di mana anak dan suaminya berada.

"Nganter kerja siapa? Pacar? Orang mana mas? Kenapa nggak dikenalin sama mamah dan papah?" Sekar masih memegang spatula di tangannya, dia sangat antusias.

"Bukan pacar mah. Dia mau nganterin Deepika kerja, iya kan mas?" Ahiyung yang kali ini menjawab karena anaknya anteng-anteng saja tanpa mengeluarkan suara.

"Iya." Irit sekali Abhi bicara.

"Deepika? Deepika anaknya mbak Sani? Kamu pacaran sama dia mas?" Masih saja bertanya dengan pertanyaan yang nyaris sama.

"Iya, dia. Tapi kami nggak pacaran mah."

Sebelum mendapat pertanyaan lebih banyak lagi, Abhi berpamitan untuk segera mengantar Deepika berangkat kerja.

"Sejak kapan mereka dekat? Bukannya mereka itu sering ribut tiap kali ketemu." Sekar bermonolog.

"Sejak negara api menyerang mah." Ucap Ahiyung asal.

"Menyerang siapa?" Sekar kebingungan.

"Menyerang mamah, pake kekuatan seribu hentakan. Hahaha."

"Koko ngaco. Masih pagi juga ngomongin itu."

Melihat istrinya berlalu kembali ke dapur dengan muka merah menahan malu, tawa Ahiyung makin terdengar membahana.

Dan Abhi sudah mengeluarkan mobilnya. Dia bukan menunggu di dalam mobil atau di depan halaman rumahnya tapi memilih ke rumah Sani untuk menjemput Deepika.

"Eh, iya mas Abhi. Ada apa?"

Tanya Sani yang juga sudah siap akan pergi ke kiosnya.

"Mau ijin mengantar Deepika ke tempat kerja tant. Boleh?"

Seperti tidak memberi pilihan lain, Abhi menekankan kata 'boleh?' di ujung kalimat yang dia utarakan.

"Lho, bukannya dia biasanya bawa motor sendiri. Kok mendadak manja sama mas Abhi. Jangan dibiasain mas, takutnya ngerepotin mas Abhi." Tutur Sani sambil mempersilakan Abhi duduk.

"Aku libur tant. Nggak merasa direpotkan."

Sani mau menjawab lagi tapi keburu Deepika muncul dan siap untuk berangkat kerja. Tanpa banyak obrolan lagi yang terjadi, Sani mengijinkan Deepika pergi diantar Abhi. Sani bisa melihat binar keceriaan muncul kembali di mata anaknya.

"Udah sarapan?" Tanya Abhi melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Belum. Kan tadi dari kamar, turun ke bawah langsung nemuin kamu mas. Tadi ngobrolin apa sama ibuk? Dimarahi ya?"

"Sarapan dulu, biar nggak ngelantur ngomongnya."

"Dih mas.. Ngelantur gimana? Aku kan nanya." Deepika mengerucutkan bibirnya.

Datang ke tempat kerja setelah badai besar yang merubah status di dalam hubungan percintaannya memang bukan suatu yang mudah Deepika lakukan. Ada perasaan tidak nyaman, entah karena apa tapi Deepika tidak bisa menampik perasaan tidak mengenakan itu.

"Mikirin apa?" Tanpa melihat ke arah Deepika, Abhi bertanya sambil tetap fokus berkendara.

"Kayak belum siap aja ketemu orang-orang di kantor... Semacam apa ya.."

"Malu? Bukan kamu yang selingkuh kan?" Tanya Abhi di sela kegiatan menyetirnya.

"Ya bukan lah mas! Aku ini setia! Nggak ada di kamus hidupku untuk selingkuh, mencanangkan hati, atau mendua sana-sini. Buat ku, kalo udah berkomitmen sama satu orang ya udah. Nyampe akhir aku bakal setia sama orang itu! Tapi emang kebangetan itu si belek kuning sama pasangan mesumnya si Saepudin! Bikin mental orang down aja!

Kini Deepika mencurahkan isi hatinya yang gondok gundah gulana akibat ulah Lisa dan Sae. Bukannya menjawab, lagi-lagi si irit bicara itu hanya diam. Masih jalanan yang menjadi fokus utamanya. Berharap ada kalimat yang bakal terucap dari bibir Abhi, ternyata harapan Deepika itu langsung menghilang bersama terpaan angin.

"Aku lagi curhat lho mas, ya Allah ya Robbi! Bisa ya ada orang males ngomong kayak kamu, seenggaknya nenangin aku kek. Kasih saran apa gitu yang bisa bikin aku nggak terpuruk lagi. Kamu kok nggak peka banget sih mas."

Abhi melihat sebentar ke arah Deepika lalu memalingkan lagi pandangan ke jalan raya.

"Aku emang kayak gini. Kenapa marahnya ke aku, bukan aku yang selingkuh dari kamu kan?" Ucap Abhi.

"Ya emang enggak, lha tapi tadi kan mas Abhi duluan yang tanya, aku mikirin apa. Giliran tak jawab malah kayak aku yang dapet kacang! Ngeselin pangkat kuadrat kamu itu mas!"

"Deep."

"Apa?!"

"Deep.."

"Hiih apa sih mas, apa??"

"Deepi."

"Nggeh dalem mas Abhi. Hamba belum budek yang mulia, jangan lah yang mulia memanggil hamba berkali-kali tanpa maksud dan tujuan yang jelas. Nanti hamba makin frustasi lho karena ulah mas Abhi."

Senyum Abhi bisa dilihat oleh Deepika. Ada perasaan menyenangkan di hati Abhi ketika bisa membuat Deepika terus mengoceh seperti itu.

"Sesuka itu kamu sama suaraku sampai kamu selalu protes kalau aku jarang ngomong di depan mu hmm?" Goda Abhi.

"Dih pede mu mas mas."

Abhi kembali mengulum senyum.

"Kamu mau denger aku ngomong apa Deep? Perasaan nggak nyaman yang sekarang ini ada di hatimu itu wajar. Kamu belum terbiasa dengan status sendiri. Karena.. Mungkin di tempat mu bekerja, si Saeton itu selalu menomorsatukan kamu, memanjakan mu dengan sikap manisnya, menggrojok mu dengan semua perhatian dan kasih sayang. Sampai kamu atau siapapun nggak akan nyangka kalau dia bisa bermain pedang di belakang mu."

"Dan sekarang, status kalian udah bubar jalan. Ada perasaan sedih tapi lebih banyak ke arah kecewa karena dia berselingkuh. Dalam hati mu masih ada dia. Dan itu lah kenapa kamu secerewet ini sekarang. Mungkin jika pisahnya kalian bukan karena perselingkuhan, bukan begini reaksi yang kamu perlihatkan."

Melongo. Deepika sampai menatap Abhi dengan beberapa kali kedipan mata karena baru saja bicara sepanjang jalan kenangan di hadapannya.. Maksudnya di sampingnya!

"Emang reaksi ku bakal gimana kalo ditinggal karena alasan lain?"

"Tergantung."

"Mulai mulaiiii.. Terus aja terooos. Ngomong sepotong sepotong! Lama-lama aku yang kesel ini bakal gantung kamu di pohon tomat lho mas!"

"Tergantung alasan pisahnya, Deep. Kalau pisahnya kalian karena beda alam, mungkin sekarang ini kamu nggak lagi ada di mobil ku untuk berangkat kerja tapi meratap dan menangis di kuburan karena kepergiannya. Segi positifnya, Saeton bakal kamu kenang seumur hidup mu sebagai mantan terindah. Tapi kalo cerita gini, Saeton jadi tersemat sebagai mantan terbajingan mu. Aku turut prihatin dengan itu, sungguh."

"Maas!" Deepika melotot sambil memukul pelan bahu Abhi.

"Nggeh.. Dalem. Pripun, mulai terpesona sama suara ku hmmm?" Di ujung kalimat itu Abhi makin melebarkan senyumnya.

Dan mobil mewah Abhi tiba di kantor stasiun radio menurunkan Deepika dari dalam sana. Dia yang akan masuk ke dalam dicegah oleh Abhi dengan mengetuk bahu gadis itu.

"Tunggu di sini sebentar."

"Eh apa? Kan udah sampai.. Oiya, lupa.. Makasih ya mas udah nganterin aku selamat sampai tujuan."

Deepika tersenyum semanis mungkin lalu sedetik kemudian hilang tergantikan ekspresi manyun yang dibuat-buat.

"Cuma sebentar. Jangan kemana-mana." Abhi sedikit berlari menuju kembali ke mobilnya.

Dengan patuh Deepika menunggu Abhi di depan pintu kantor, sampai beberapa menit kemudian dia datang kembali dengan membawa bungkusan di tangannya.

"Di makan. Jangan dibiasain nggak sarapan. Aku pulang dulu."

Speechless. Deepika sampai nggak bisa berkata apa-apa. Tangannya menerima bungkusan yang Abhi berikan. Belum dia lihat isinya apa, tapi Deepika tersadar belum mengucapkan terimakasih karena pemberian dari Abhi tadi.

"Maaas Abhiiii..." Deepika sedikit berteriak karena Abhi sudah ada di dalam mobil.

Abhi mendongak lewat pintu kaca mobilnya yang sengaja di buka. Menaikkan alis sambil berkata tanpa suara ke arah Deepika.

"Semangat kerjanya."

Deepika tersenyum melambaikan tangan. "Hati-hati di jalan mas!"

Dan Abhi menjawab dengan anggukan kecil dipermanis karena dia menyertai senyuman di sana. Lalu mobil beserta pemilik tampannya pergi dari area kantor tempat Deepika bekerja.

"Buset. Apa itu tadi. Kao berubah jadi Tarzanwati kah?" Harvey menghampiri Deepika.

"Hehe.. Pagi bang. Libur dua hari kemarin kemana aja bang?" Deepika beramah tamah dengan rekan kerjanya.

"Di kos lah. Ku mau pulang kampung tapi tiket pesawat lagi mahal-mahalnya." Terang Harvey jujur.

"Kao tak apa kan? Ku kira kao bakal resign atau masih galau dan tak kerja karena masalah Kuncup dan Lisa kemarin itu."

Mereka berjalan menuju meja kerja.

"Kerja lah bang. Ngapain galauin orang nggak tau malu kayak mereka."

Sebenarnya Deepika malas membahas dua makhluk akhlak less itu, tapi mau bagaimana lagi. Pembahasan tentang duo ninak-ninuk itu masih menjadi trending topik di tempatnya bekerja.

"Kao memang hebat! Tak goyah dengan masalah sebesar itu, belum tentu aku bisa seperti kao misal aku yang ada di posisi kao. Memang jangan terlalu lama bersedih.. Tapi ku tengok tak nampak raut sedih di wajah kao. Apa karena si Camry hitam tadi?"

Harvey menaik turunkan alisnya menggoda Deepika.

"Hahaha.. Nggak lah bang. Eh kok aku nggak liat kak Juan, dia belum kerja apa gimana?" Deepika berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Lagi semedi di wece dia, habis makan kwetiau dua porsi hahaha."

"Hahaha. Tapi dia nggak apa-apa kan bang? Pak Arya nggak skors dia kan?" Tanya Deepika khawatir.

"Enggak. Nyatanya dia berangkat paling awal. Ku pikir dia berkemah di sini semalaman."

Dan dengan Harvey, Deepika bisa merasakan perhatian seorang abang, Harvey yang humoris dan terkesan dewasa meski usianya belum menginjak kepala tiga, menjadi tetua bagi para rekan kerjanya.

"Kabarnya itu Lisa sama Kuncup diberhentikan dari kantor kita sama pak Arya, kao tau.. Radio kita sampai viral dan masuk trending gara-gara mereka. Memang tak punya otak ku pikir mereka itu. Si Kuncup pula, punya otak tapi isinya ditukar sama isi kutang! Paok!"

"Mereka dipecat bang?" Deepika nampak terkejut.

"Itu sanksi yang paling pas buat mereka Dee. Masih ringan lah. Kalau semua orang paham bagaimana Tuhan memberi hukuman pada para pezina, aku yakin tak ada manusia di muka bumi ini yang mau melakukan dosa itu." Lanjut Harvey.

Dan obrolan mereka terputus oleh kedatangan Arya. Muka atasan mereka itu tampak ditekuk, seperti memang sedang malas untuk bercanda atau bahasa gaulnya adalah bete!

Rapat pagi dihadiri seluruh tim dan jajarannya serta dipimpin langsung oleh Arya. Lelaki yang menjabat sebagai pimpinan direktur itu menekankan pada semua rekannya yang bekerja di stasiun radio itu agar bisa menjaga norma dan adad. Perlunya membentengi diri dari godaan saetan yang terkutuk!

"Pak Arya tadi ngajakin rapat apa ngasih siraman rohani sih Dee.. Aku dengernya bukan kayak rapat biasa." Juan menyenggol Deepika yang akan memasuki ruang siaran.

"Bagus lah. Jadi kita semua diingatkan jangan sampai mendahulukan kepentingan selangkangan kalo belum punya lawan halal." Ujar Deepika asal.

Terpopuler

Comments

𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍

𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍

sungguh senangnya hati Deepika, lalala.. pergi kerja diantar mas ganteng, lalalala..
duh tapi sayang duo mesooomm itu udah dipecat.. kan jadi gak bisa liat klo org yg mreka sakiti itu baik² aja.. malah lagi Deket sama cwo yg specknya jauh diatas si Kuncup..
klo liat kan Mayan, bisa bikin kejang² tuh

2024-12-17

2

🍊 NUuyz Leonal

🍊 NUuyz Leonal

iya good dee kecewa wajar tapi sampai membuat semangat mu down itu jangan sampai terjadi apalagi hanya untuk meratapi karena di khianati mereka yang tidak pantas untuk kamu

2024-12-17

1

ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ

ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ

nah aku senang si kuncup sama si lisa di pecat🤣🤣🤣yukk deep semangat kerja jangan asik mikir yang bukan2 toh benar kata abhi bukan kamu yg selingkuh 🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️

2024-12-17

1

lihat semua
Episodes
1 Deepika si penyiar radio
2 Mirip Sales obat panu
3 Diam-diam perhatian
4 Kecelakaan
5 Penjelasan Sae
6 Tetangga luar biasa
7 Orang terdekat?
8 Buru-buru menikah
9 Nasehat Abhi
10 Kebenaran yang mengudara
11 Kena kutukan
12 Pesan singkat memberi semangat
13 Kedatangan mantan
14 Pembicaraan di dalam mobil
15 Rencana Sae
16 Pertengkaran pengantin baru
17 Sae berulah
18 Sae yang be-jat
19 Pagi itu...
20 Kunjungan tetangga
21 Sehari bersama
22 Membuka rahasia
23 Kunjungan juragan mebel
24 Paket nyasar
25 Cemburu?
26 Obrolan di malam hari
27 Demam
28 Ke kantor mamas
29 Bapak datang nak
30 Joging
31 Pulang joging
32 Cepet nikah!
33 Dilamar
34 Cari cincin -bagian satu-
35 Cari cincin -bagian dua-
36 Kado ulang tahun
37 Kado ulang tahun part 2
38 Hasutan rival
39 Buka segel
40 Penyelamat yang sesungguhnya
41 Sah!
42 Invasi basah
43 Invasi basah 2
44 Ngumpul bareng keluarga
45 Anak kesayangan
46 Den dan misinya
47 Terjebak ucapan sendiri
48 Hot pop pop
49 Gara-gara mijit!
50 Gass pindah
51 Drama roti kempit
52 Menikmati godaan bini
53 Kasih judul sendiri
54 Dapet siraman qolbu
55 Seperti kejar setoran
56 Menemani istri bekerja
57 Cemburu?
58 Cemburu bagian 2
59 Berkah dicemburui
60 Pelajaran untuk Gatra
61 Terpesona.. Aku terpesona
62 Orang itu adalah...
63 Di atas genteng?
64 Anda termasuk produk pilihannya
65 Kedekatan yang terdeteksi
66 Jangan tinggalin aku
67 Ada yang aneh dengannya
68 Area nganu
69 Mertua minta cucu
70 Mbuh lah.. kasih judul sendiri
71 Muntah-muntah, masuk angin?
72 Gara-gara tobeli
73 Mantan, apa kabar?
74 Ngambek ah!
75 Ke dokter, Gass!!
76 Testpack dulu, periksa kemudian
77 Itu contoh, nggak dihitung!
78 Ditodong pertangungjawaban
79 Sadar diri, sadar posisi
80 Keracunan, kok bisa?
81 Pita pink, kgn?
82 Ketika betina merajuk
83 Konsepnya nggak gini
84 Jaim brew!
85 Sensitif banget sih Bu!
86 Judul bebas!
87 Kanjeng rantang datang
88 Judul? Naskah ini ditolak 3x
89 Papa mama gadungan
90 Tamatlah
91 E31 End
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Deepika si penyiar radio
2
Mirip Sales obat panu
3
Diam-diam perhatian
4
Kecelakaan
5
Penjelasan Sae
6
Tetangga luar biasa
7
Orang terdekat?
8
Buru-buru menikah
9
Nasehat Abhi
10
Kebenaran yang mengudara
11
Kena kutukan
12
Pesan singkat memberi semangat
13
Kedatangan mantan
14
Pembicaraan di dalam mobil
15
Rencana Sae
16
Pertengkaran pengantin baru
17
Sae berulah
18
Sae yang be-jat
19
Pagi itu...
20
Kunjungan tetangga
21
Sehari bersama
22
Membuka rahasia
23
Kunjungan juragan mebel
24
Paket nyasar
25
Cemburu?
26
Obrolan di malam hari
27
Demam
28
Ke kantor mamas
29
Bapak datang nak
30
Joging
31
Pulang joging
32
Cepet nikah!
33
Dilamar
34
Cari cincin -bagian satu-
35
Cari cincin -bagian dua-
36
Kado ulang tahun
37
Kado ulang tahun part 2
38
Hasutan rival
39
Buka segel
40
Penyelamat yang sesungguhnya
41
Sah!
42
Invasi basah
43
Invasi basah 2
44
Ngumpul bareng keluarga
45
Anak kesayangan
46
Den dan misinya
47
Terjebak ucapan sendiri
48
Hot pop pop
49
Gara-gara mijit!
50
Gass pindah
51
Drama roti kempit
52
Menikmati godaan bini
53
Kasih judul sendiri
54
Dapet siraman qolbu
55
Seperti kejar setoran
56
Menemani istri bekerja
57
Cemburu?
58
Cemburu bagian 2
59
Berkah dicemburui
60
Pelajaran untuk Gatra
61
Terpesona.. Aku terpesona
62
Orang itu adalah...
63
Di atas genteng?
64
Anda termasuk produk pilihannya
65
Kedekatan yang terdeteksi
66
Jangan tinggalin aku
67
Ada yang aneh dengannya
68
Area nganu
69
Mertua minta cucu
70
Mbuh lah.. kasih judul sendiri
71
Muntah-muntah, masuk angin?
72
Gara-gara tobeli
73
Mantan, apa kabar?
74
Ngambek ah!
75
Ke dokter, Gass!!
76
Testpack dulu, periksa kemudian
77
Itu contoh, nggak dihitung!
78
Ditodong pertangungjawaban
79
Sadar diri, sadar posisi
80
Keracunan, kok bisa?
81
Pita pink, kgn?
82
Ketika betina merajuk
83
Konsepnya nggak gini
84
Jaim brew!
85
Sensitif banget sih Bu!
86
Judul bebas!
87
Kanjeng rantang datang
88
Judul? Naskah ini ditolak 3x
89
Papa mama gadungan
90
Tamatlah
91
E31 End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!