Pesan singkat memberi semangat

Hari kedua libur bekerja, Deepika putuskan untuk pergi ke kios. Di rumah juga dia tidak melakukan apapun, jadi lebih baik dia membantu ibunya bekerja di sana.

Menggunakan paduan celana panjang dan blouse hitam, rambut panjangnya sengaja diikat tinggi memperlihatkan leher putih bersih, serta tas selempang yang hanya berisi ponsel dan dompet, Deepika siap menemani aktivitas ibunya di tempat kerja.

Motor yang sudah hampir seminggu tidak digunakan dia keluarkan dari garasi. Karena semalam dia tidak memberi tahu ibunya jika akan ikut pergi ke kios, Sani pun meninggalkan Deepika di rumah.

Sani pikir jika Deepika masih butuh waktu istirahat karena masalah yang dia hadapi. Sani tahu bagaimana sakitnya patah hati, dia tidak ingin membuat anaknya makin frustasi dengan menyuruh Deepika mencari kesibukan di kios miliknya. Pun kios memang dia buka untuk mencari nafkah tanpa mau merepotkan anak di dalamnya, karena Sani tahu apa yang dicita-citakan Deepika adalah menjadi penyiar radio bukan penjual ayam goreng seperti dirinya.

Ketika Deepika sudah menutup gerbang halaman rumahnya, dia dikejutkan dengan suara tangis Naraya yang berlari keluar dari rumah Sekar. Bocah 4 tahun itu meraung ingin pulang karena rindu ibunya. Sedangkan Abhi yang keluar sesudah Naraya berusaha menggendong keponakannya itu dengan berbagai bujukan. Sayangnya semua itu tidak mempan. Nara masih terlihat tantrum.

"Kenapa mas?"

Deepika mendekati Abhi dan Nara yang masih menangis sejadi-jadinya. Bocah itu menangis histeris seperti telah menjadi korban kekerasan oleh om nya saja.

"Ngambek. Minta pulang." Ujar Abhi.

Deepika melepas helmnya. Dia taruh asal di rumput dan setelahnya dia mendekati Nara yang berubah jadi reog gelosoran di rumput halaman rumah omanya.

"Cantik. Hei hei sayang.. Lihat sini dulu deh. Lihat, kok hp tante kameranya jelek banget ya buat fotoin tante. Burem gini. Coba kalo buat foto princess, burem juga nggak?"

Nara melihat sekilas ke arah Deepika. Bocah itu ingat siapa Deepika, temen om nya yang kemarin ikut bersamanya jalan-jalan. Tangis itu kembali terdengar tapi tidak sekencang tadi.

Deepika mengarahkan ponsel mode kamera ke muka Naraya. Mengambil foto asal lalu memperlihatkannya pada bocah yang masih merajuk itu.

"Yaah kok gini hasilnya dek. Lihat deh, cakepnya ilang dong gara-gara nangis. Padahal tante kan mau kirim foto ke mamahnya Nara, kasih liat ke mamah kalo Nara hari ini pake baju princess warna pink yang cantik banget. Bikin Nara makin cute, sayang banget Nara malah mewek gini.. Hmm gimana ya?"

Dan bocah itu berhasil ditenangkan Deepika hanya dengan bantuan kamera ponselnya. Abhi memperhatikan itu sedikit mengulas senyum di bibirnya.

"Ante Deep. Na au poto. Kiyim ke mamah.. Na au puyang huaaaa."

Dan tangisan itu kembali terdengar.

"Mau pulang kok nangis terus. Nanti mamah sedih lho liat Nara nangis terus gini. Coba kasih liat ke tante, cantiknya Nara gimana? Senyum dikiiit aja.. Atau kita foto bareng? Nara sama tante. Gimana? Mau?"

"Om Bhi itut poto." Masih dengan merajuk. Bocah itu menarik kaki Abhi yang sejak tadi duduk saja di tangga.

"Boleh deh. Yuk om. Ikut foto." Deepika melambaikan tangannya memberi kode pada Abhi agar lebih mendekat dengan dirinya.

"Nggak usah ikutan manggil om. Kamu bukan ponakan ku." Abhi sudah ada di dekat Nara. Deepika hanya tersenyum memperlihatkan deretan giginya.

Sesi foto bertiga terjadi untuk memenangkan sang bocil yang sedang tantrum.

"Ini kok malah kamu yang cemberut sih mas. Jelek banget tau nggak hasilnya. Kamu merusak pemandangan, orang tuh senyum mas. Senyum!" Protes Deepika ketika melihat hasil jepretan kamera ponselnya.

"Yang penting tuyul satu ini diem Deep. Nggak usah aneh-aneh minta aku senyum di depan kamera." Abhi tak tergoyahkan dengan ekspresi datarnya.

"Ya elah mas mas, barang nyenengin ponakan mu sendiri aja ogah-ogahan kamu ini. Ya udah deh, aku mau ke kios aja."

"Na sayang, tante kerja dulu ya. Jangan nangis lagi, jangan ngambek lagi oke. Nanti kalo tante pulang kerja, tante bawain ayam goreng kesukaan Nara. Oke? Tos dulu yok!"

Meski dengan sedikit rengekan, Nara mengangguk setuju kala Deepika berpamitan padanya.

"Tunggu Deep."

Abhi menghampiri Deepika yang sudah duduk di atas motornya. Gadis itu diam menunggu apa yang akan Abhi katakan.

"Foto tadi.. Kirim ke nomerku."

"Eh. Oiya bentar.." Mengeluarkan lagi ponselnya dari dalam tas.

"Aku nggak punya nomer mu mas. Mau dikirim lewat mana?" Ucap Deepika dengan wajah bersungguh-sungguh.

"Sini ponselmu."

Abhi meminta gawai yang dipegang Deepika, lalu tanpa menunggu lama dia memberikan kembali benda tersebut ke tangan pemiliknya.

"Udah mas?" Tanya Deepika.

"Hu'um. Mau pergi sekarang?"

"Iya."

"Mau aku antar?"

"Eh.. Enggak, nggak usah mas. Itu.. Nanti Nara malah ngamuk lagi kalo kamu ninggalin dia." Tolak Deepika sungkan.

"Diajak aja. Sekalian beli ayam goreng di tempat ibu kamu."

Sebenarnya Deepika sungkan menerima tawaran Abhi tapi Nara yang kembali bergelayut manja padanya membuatnya tak tega begitu saja menepis tangan kecil bocah yang ingin kembali dimanjakan oleh Deepika.

Apalagi setelah Re si sulung ikut keluar rumah dan bergabung bersama sang adik yang bergelayut pada Deepika, Deepika hanya bisa mengiyakan usulan Abhi untuk mengantarkannya ke kios di pusat kota.

Di mobil dua orang dewasa itu hanya diam. Sedangkan para bocah selalu mengomentari apa yang mereka lihat, banyak sekali pertanyaan dari bibir mungil yang bisa membuat Deepika tersenyum bahkan kadang tertawa, melupakan lara hati karena dikhianati pacar durjana nya.

"Kamu punya inner beauty yang membuat orang lain tertarik dan betah berlama-lama sama kamu. Pantes aja pacarmu ngebet banget nggak mau pisah dari kamu." Kata Abhi memulai percakapan.

"Mantan. Dia bukan lagi pacarku mas." Kata Deepika membetulkan kalimat Abhi yang dia rasa tidak tepat.

"Iya. Itu maksud ku."

Belum sempat berlanjut percakapan mereka, mobil yang dikemudikan Abhi sudah sampai di kios milik Sani.

"Lho, kok sama mas Abhi Dee. Tadi kalau memang mau ke sini mbok ya bilang, jangan malah nyusahin orang gitu."

Baru juga sampai, Deepika yang tadinya tersenyum melihat Sani langsung kehilangan senyumannya. Dia ingin menjawab tapi tak ingin ada perdebatan yang membuatnya jadi bahan tontonan oleh Abhi atau karyawan ibunya.

"Aku yang maksa nganter Deep, tant." Abhi pasang badan dengan maju satu langkah di depan Deepika.

"Iya mas. Tapi harusnya Dee itu mandiri. Ngertiin kalau mas Abhi juga punya kesibukan sendiri, apalagi ada keponakan yang datang buat liburan, pasti mas Abhi repot. Dee malah manja minta anter-anter gini. Lain kali jangan nyusahin orang Dee. Ibu nggak suka!" Sani memberi ultimatum pada Deepika.

"Iya buk. Mas makasih ya udah nganter aku. Dan Re sama Nara, tante masuk dulu ya... Nanti kalo pulang tante bawain ayam goreng yang banyak buat kalian. Tapi janji jangan rewel, jangan nangis terus, nurut sama Oma dan om Bhi. Oke?" Deepika merangkap semua ucapan untuk ibu, Abhi, Reyana, dan Naraya dalam satu kalimat panjang.

Dia masuk menuju dapur setelah mengucapkan terimakasih pada Abhi dan berpamitan pada kedua keponakan lelaki itu.

"Tadi kenapa nggak bilang kalo mau ke sini? Nyusahin orang lain aja kamu bisanya. Nggak enak sama mas Abhi jadinya kan Dee." Sani mengikuti Deepika ke belakang setelah Abhi berpamitan untuk pulang.

"Aku nggak minta buk. Tadi juga udah mau bawa motor sendiri, tapi mas Abhi yang maksa buat nganterin aku ke sini."

"Harusnya kamu tolak. Mbok ya jangan dibiasain nyusahin orang gitu lho Dee. Nggak bisa ya?"

Sani terus mengomel seolah Deepika sudah melakukan kesalahan besar.

"Ya Allah buk.. Aku udah bilang dia yang maksa. Iya iya oke, lain kali aku nggak bakal nerima bantuan apapun dari orang lain."

Deepika selesai dengan box di depannya. Dia lalu mengeluarkan tepung dari tempat penyimpanan dan hanya diam meski ibunya masih saja membahas tentang larangan untuk tidak merepotkan orang lain.

Dari dulu Deepika selalu diajarkan untuk mandiri oleh Sani, jika bisa mengerjakan apapun sendiri jangan menyusahkan orang lain dengan meminta bantuan. Itu kata-kata yang Sani tanamkan pada Deepika, bukan hanya sekedar ucapan karena jika kedapatan Deepika mengabaikan petuah dari Sani, sudah dipastikan ibunya itu akan mendendangkan omelan sepanjang hari untuk Deepika.

Sedang pusing dengan semua ucapan Deepika, dia merasakan ponselnya berbunyi di dalam tasnya.

Sebuah pesan masuk, ada foto seorang lelaki bersama kedua keponakannya. Kali ini Deepika langsung menarik bibirnya membentuk sebuah senyuman kala membaca pesan dan melihat gambar yang dikirimkan oleh Abhi.

Mas : Semangat Deep.

"Mas? Mas Abhi? Lha kok cuma mas doang ngasih namanya." Deepika bergumam sendiri.

Pesan singkat dua kata itu disertai foto Re dan Nara yang tertawa menghadap kamera dan Abhi yang sedikit tersenyum sebagai pemanis untuk memberikan semangat pada gadis yang dikiriminya chat tersebut.

Gejolak panas di hati akibat ceramah Sani yang tiada henti tadi menguap begitu saja karena pesan dua kata dari Abhi. Gadis itu bahkan sudah lupa jika tadi ibunya sempat mengomel karena dia datang ke kios diantar Abhi. Entahlah.. Perasaan bahagia itu muncul begitu saja hanya karena pesan singkat dari mas tetangga

Terpopuler

Comments

𝐙⃝🦜尺o

𝐙⃝🦜尺o

ibu Sani terlalu ketat dalam menanamkan hidup mandiri,,, emang gak boleh ya kita menerima bantuan atau kebaikan dari orang lain? kan bukan kita yang minta

2024-12-17

2

⏤͟͟͞R ve

⏤͟͟͞R ve

Lahhh mulai kan, lanjutkan Bhi, aksi mendekati Deep 😊

2024-12-15

4

🍊 NUuyz Leonal

🍊 NUuyz Leonal

cieee yg lagi bahagia dapet pesan dari mantan enemy nih 😊😊

2024-12-15

3

lihat semua
Episodes
1 Deepika si penyiar radio
2 Mirip Sales obat panu
3 Diam-diam perhatian
4 Kecelakaan
5 Penjelasan Sae
6 Tetangga luar biasa
7 Orang terdekat?
8 Buru-buru menikah
9 Nasehat Abhi
10 Kebenaran yang mengudara
11 Kena kutukan
12 Pesan singkat memberi semangat
13 Kedatangan mantan
14 Pembicaraan di dalam mobil
15 Rencana Sae
16 Pertengkaran pengantin baru
17 Sae berulah
18 Sae yang be-jat
19 Pagi itu...
20 Kunjungan tetangga
21 Sehari bersama
22 Membuka rahasia
23 Kunjungan juragan mebel
24 Paket nyasar
25 Cemburu?
26 Obrolan di malam hari
27 Demam
28 Ke kantor mamas
29 Bapak datang nak
30 Joging
31 Pulang joging
32 Cepet nikah!
33 Dilamar
34 Cari cincin -bagian satu-
35 Cari cincin -bagian dua-
36 Kado ulang tahun
37 Kado ulang tahun part 2
38 Hasutan rival
39 Buka segel
40 Penyelamat yang sesungguhnya
41 Sah!
42 Invasi basah
43 Invasi basah 2
44 Ngumpul bareng keluarga
45 Anak kesayangan
46 Den dan misinya
47 Terjebak ucapan sendiri
48 Hot pop pop
49 Gara-gara mijit!
50 Gass pindah
51 Drama roti kempit
52 Menikmati godaan bini
53 Kasih judul sendiri
54 Dapet siraman qolbu
55 Seperti kejar setoran
56 Menemani istri bekerja
57 Cemburu?
58 Cemburu bagian 2
59 Berkah dicemburui
60 Pelajaran untuk Gatra
61 Terpesona.. Aku terpesona
62 Orang itu adalah...
63 Di atas genteng?
64 Anda termasuk produk pilihannya
65 Kedekatan yang terdeteksi
66 Jangan tinggalin aku
67 Ada yang aneh dengannya
68 Area nganu
69 Mertua minta cucu
70 Mbuh lah.. kasih judul sendiri
71 Muntah-muntah, masuk angin?
72 Gara-gara tobeli
73 Mantan, apa kabar?
74 Ngambek ah!
75 Ke dokter, Gass!!
76 Testpack dulu, periksa kemudian
77 Itu contoh, nggak dihitung!
78 Ditodong pertangungjawaban
79 Sadar diri, sadar posisi
80 Keracunan, kok bisa?
81 Pita pink, kgn?
82 Ketika betina merajuk
83 Konsepnya nggak gini
84 Jaim brew!
85 Sensitif banget sih Bu!
86 Judul bebas!
87 Kanjeng rantang datang
88 Judul? Naskah ini ditolak 3x
89 Papa mama gadungan
90 Tamatlah
91 E31 End
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Deepika si penyiar radio
2
Mirip Sales obat panu
3
Diam-diam perhatian
4
Kecelakaan
5
Penjelasan Sae
6
Tetangga luar biasa
7
Orang terdekat?
8
Buru-buru menikah
9
Nasehat Abhi
10
Kebenaran yang mengudara
11
Kena kutukan
12
Pesan singkat memberi semangat
13
Kedatangan mantan
14
Pembicaraan di dalam mobil
15
Rencana Sae
16
Pertengkaran pengantin baru
17
Sae berulah
18
Sae yang be-jat
19
Pagi itu...
20
Kunjungan tetangga
21
Sehari bersama
22
Membuka rahasia
23
Kunjungan juragan mebel
24
Paket nyasar
25
Cemburu?
26
Obrolan di malam hari
27
Demam
28
Ke kantor mamas
29
Bapak datang nak
30
Joging
31
Pulang joging
32
Cepet nikah!
33
Dilamar
34
Cari cincin -bagian satu-
35
Cari cincin -bagian dua-
36
Kado ulang tahun
37
Kado ulang tahun part 2
38
Hasutan rival
39
Buka segel
40
Penyelamat yang sesungguhnya
41
Sah!
42
Invasi basah
43
Invasi basah 2
44
Ngumpul bareng keluarga
45
Anak kesayangan
46
Den dan misinya
47
Terjebak ucapan sendiri
48
Hot pop pop
49
Gara-gara mijit!
50
Gass pindah
51
Drama roti kempit
52
Menikmati godaan bini
53
Kasih judul sendiri
54
Dapet siraman qolbu
55
Seperti kejar setoran
56
Menemani istri bekerja
57
Cemburu?
58
Cemburu bagian 2
59
Berkah dicemburui
60
Pelajaran untuk Gatra
61
Terpesona.. Aku terpesona
62
Orang itu adalah...
63
Di atas genteng?
64
Anda termasuk produk pilihannya
65
Kedekatan yang terdeteksi
66
Jangan tinggalin aku
67
Ada yang aneh dengannya
68
Area nganu
69
Mertua minta cucu
70
Mbuh lah.. kasih judul sendiri
71
Muntah-muntah, masuk angin?
72
Gara-gara tobeli
73
Mantan, apa kabar?
74
Ngambek ah!
75
Ke dokter, Gass!!
76
Testpack dulu, periksa kemudian
77
Itu contoh, nggak dihitung!
78
Ditodong pertangungjawaban
79
Sadar diri, sadar posisi
80
Keracunan, kok bisa?
81
Pita pink, kgn?
82
Ketika betina merajuk
83
Konsepnya nggak gini
84
Jaim brew!
85
Sensitif banget sih Bu!
86
Judul bebas!
87
Kanjeng rantang datang
88
Judul? Naskah ini ditolak 3x
89
Papa mama gadungan
90
Tamatlah
91
E31 End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!