Buru-buru menikah

Di balik sambutan dan ucapan penuh dukungan yang diterima Deepika di kantornya, ada seseorang yang menatap tak suka dengan hati panas membara di ujung sana. Dia muak dengan senyum itu, dia benci dengan segala macam bentuk ekspresi yang diperlihatkan Deepika kala orang-orang menjadikan gadis berambut panjang itu bintang utama.

"Puas-puasin senyum-senyumnya biar makin mirip sama orang gila. Kita liat, siapa yang bakal tersenyum di akhir nanti." Celetuk Lisa sambil memainkan ponselnya.

Hari ini Deepika langsung mengisi acara pagi. Dari jam 09.00 sampai jam 11.00 siang, program pagi ceria mengudara membelah langit Purwodadi dan sekitarnya. Memang suara Deepika sangat khas dan merupakan penyiar radio kesayangan para pendengarnya, akun di media sosialnya bahkan paling banyak pengikut jika dibandingkan dengan rekan-rekan sejawatnya.

"Kenapa liatin aku gitu banget sih bang?" Kali ini Lisa menegur Harvey yang sejak tadi memperhatikannya.

"Aku nih punya mata. Mau ku ajak tengok apapun mata ku ini, suka-suka ku lah! Napa kao sewot kali ku tengok?" Ungkap Harvey.

"Aku heran, kenapa semua orang seperti meng elu-elu kan Deepi sih? Lebihnya tuh orang apa coba? Muka ya segitu-gitu aja, suara cempreng kagak ada merdu-merdunya, gayanya nggak modis nyaris kayak gembel!" Kalimat seperti itu sudah jadi kebiasaan bagi mulut Lisa untuk menjelekkan orang lain.

"Hahaha.. Lawak kali kao ni. Iri kan kao sama apa yang Deep punya?"

"Sorry ya bang. Nggak ada di kamusku iri sama orang yang levelnya jauh di bawah ku." Lisa menyunggingkan senyum saeton nirojimnya.

"Suka hati kao lah. Saran saja buat kao Lis, jika kao belum bisa mendapatkan kebahagiaan di hidup kao.. Janganlah kao rusak kebahagiaan orang lain. Setiap orang pun punya kelebihan juga kekurangan masing-masing, tapi jangan kao penuhi hati kao dengan iri dengki.. Karena selamanya kao tak akan bisa meraih kebahagiaan kao sendiri akibat terlalu sibuk memupuk kebencian dalam hati!"

Apa Lisa terketuk hatinya mendengarkan kultum dari Harvey? Tentu tidak! Dia malah asik sendiri dengan ponselnya yang diketahui sedang memilih video percintaannya dengan Sae yang direkam diam-diam tanpa sepengetahuan Sae. Pun saat Harvey pergi, dia masih asik dengan dunianya sendiri.

"Omong kosong. Iri dengki? Ngomong aja sama tembok sana. Kamu bisa ceramah sok pinter, sok bijak, sok baik, hanya karena nggak ada di posisi ku. Siapa yang mau dicampakkan setelah semuanya diberikan untuk orang yang dicintai? Aku nggak sebodoh itu bang! Misalkan akan hancur, aku memilih hancur bersama orang yang sudah merusak ku!" Lisa selesai dengan ponselnya.

Tugasnya hanya menunggu reaksi orang yang sekarang sedang memamerkan kemesraan di atas sakit hatinya.

"Kita lihat saja mas, apa setelah semua orang mengetahui kebusukan mu, Kamu masih bisa tersenyum bahagia seperti itu?" Ucap Lisa dengan suara pelan.

Deepika sudah selesai siaran, lehernya terasa tegang. Sae yang tahu itu berusaha memberi pijatan lembut pada tengkuk pacarnya. Kebersamaan mereka tak ayal mengundang ledekan dari staf lain karena dinilai lebay dan pamer kemesraan itu.

"Mas, nanti aku mau ke kiosnya ibuk. Kamu bisa kan nganterin aku?"

"Bisa. Sekalian aku juga mau ngomong serius sama ibuk kamu. Menurutku lebih baik akhir bulan ini kita resmiin aja hubungan kita."

Kening Deepika berkerut. Dia belum mengerti maksud kalimat Sae. "Resmiin gimana?"

"Menikah lah. Kan tadi pagi kamu bilang juga terserah kan? Ya udah. Kita nikah aja akhir bulan ini. Gimana?"

"Nikah mas? Akhir bulan ini...? Iya aku emang bilang terserah tapi ya nggak grasak-grusuk juga mas. Semua kan harus disiapkan. Keluarga aku, keluarga kamu, belum lagi tentang tamu undangan, sewa tempat, dekornya.. Aduh.. Itu pasti ribet banget. Aku nggak bisa kalo dadakan gitu lah mas, dan ibuk pasti juga nggak setuju kalo tiba-tiba kamu bilang mau nikahi aku akhir bulan ini." Deepika sudah pusing memikirkan rencana dadakan yang disampaikan Sae.

"Kita pake konsep intimate wedding aja yank. Yang penting sah aja dulu. Cukup keluarga inti aja yang jadi saksi di pernikahan kita. Masalah lain gampang lah. Misal kamu pengen ada resepsi, kita bisa lakukan cuti bareng. Jadi liburan kita bisa lebih lama."

Deepika berusaha tersenyum. Dia senang, tapi ada perasaan di hatinya yang berkata jika Sae terlalu terburu-buru.

"Kita pacaran udah lama lho yank, mau nunggu apa lagi coba? Sebagai lelaki normal aku juga punya nafsu, dan selama ini aku selalu menjaga kamu.. Menahan diri agar nggak nyentuh kamu. Karena aku berharap bisa mendapatkan semua itu ketika kita sudah sah jadi suami istri."

Pipi Deepika bersemu merah. Jika dipikir-pikir, Sae memang tidak pernah melewati batasannya. Jangankan untuk berciuman, berpelukan saja sangat jarang mereka lakukan.

"Kamu nggak usah mikirin apapun. Biar aku yang ngomong sama ibuk kamu. Percaya sama aku, semua akan baik-baik aja, ya?"

Jika biasanya 'diam' akan diartikan sebagai persetujuan, kali ini diam nya Deepika tersirat sebuah keraguan. Bukan ragu pada perasaannya tapi, ragu akankah keputusan yang diambil dengan terburu-buru ini akan baik untuk mereka kedepannya?

___________

"Udah mau pulang Bhi?" Tisya memberanikan diri bertanya lebih dulu karena mereka berada satu arah yang sama, tempat parkir.

"Hmm." Jawab Abhi singkat.

Helaan nafas Tisya tidak melelehkan bongkahan es di dalam hati Abhi. Dia tetap pada settingan awal, cuek, tidak banyak bicara, tapi tetap berwibawa.

"Mungkin..."

Kata-kata Tisya yang digantung membuat Abhi mengurungkan niatnya untuk membuka pintu mobil. Dia menunggu lanjutan kalimat berikutnya.

"... Aku akan terima usulan orang tuaku.. Menunggu mu bukan keputusan yang tepat aku rasa.." Lanjut Tisya dengan suara pelan disertai sedikit getaran. Dia menahan tangis.

"Iya. Jangan membuang waktumu dengan menungguku Sya. Kamu berhak mendapatkan lelaki yang lebih baik dari ku."

Lalu pria itu pergi tanpa menoleh ke belakang sama sekali. Lebih baik seperti itu, Abhi tidak ingin membuat Tisya terus berharap padanya. Berharap akan sesuatu yang tidak akan pernah terjadi. Karena untuk seorang Abhi, Tisya hanya lah rekan kerja. Tidak lebih dari itu.

Kepergian Abhi membuat bendungan air mata yang sudah susah payah Tisya cegah justru mengalir deras membasahi pipinya. Ada yang patah.. Ada yang kecewa, tapi hidup harus terus berjalan.. Tisya melanjutkan tangisnya di dalam mobil. Merenungi kisah kasih tak sampainya.

Di jalan, Abhi mendapat kabar dari sang kakak dengan rentetan pesan yang dikirimkan jika nanti malam kedua keponakannya akan datang berkunjung. Kedua keponakan Abhi itu sudah menodongnya dengan meminta fried chicken makanan kesukaan mereka. Sambil berkendara, mata Abhi memindai adanya tempat yang menjual ayam goreng tepung pesanan kedua bocah hasil perkembangbiakan antara abang dan kakak iparnya.

"Ayam sepuluh tanpa nasi. Bungkus." Pesan Abhi setelah menemukan tempat yang dimaksud.

"Mau bagian paha, dada, atau sayap, mas?" Tanya si penjual dengan ramah.

"Paha."

"Ukuran biasa atau jumbo?"

Belum juga menjawab, dari dalam kios itu muncul orang yang Abhi kenal.

"Ngaco kamu! Pernikahan itu bukan permainan yang bisa seenaknya kamu putuskan gitu aja! Apalagi dalam waktu sesingkat itu, nggak Deep. Ibuk nggak setuju." Ucap Sani keluar dari dapur sambil melepas celemek yang menempel di pinggangnya.

Mata Sani membola terkejut melihat adanya Abhi di sana, begitu juga dengan Deepika dan Abhi sendiri. Lelaki tinggi itu bahkan tidak tahu jika tempat makan di pinggir jalan ini adalah milik Sani.

"Mas Abhi." Sapa Sani tersenyum menyembunyikan kegondokan hatinya.

"Iya tant."

"Ini mas Abhi udah dilayani belum mbak?" Tanya Sani kepada pegawainya.

"Belum bu, kebetulan mas nya belum menentukan ukuran ayam yang akan dipesan." Jawab pegawai itu jujur.

"Oowh, mas Abhi mau pesan ayam ukuran apa? Di sini ada yang biasa, ada juga yang ukuran jumbo."

Sani bahkan tak mengindahkan kehadiran anak dan pacar anaknya yang ada di belakangnya. Fokusnya kali ini tertuju pada lelaki yang menentukan pilihan ukuran ayam goreng yang dia pesan untuk dibawa pulang.

Suasana kios yang tidak terlalu ramai dimanfaatkan Deepika dan Sae untuk membicarakan rencana mereka tapi rupanya hal itu tidak sedikitpun membuat Sani menyetujui keputusan mereka. Dia pernah gagal dalam berumah tangga dan itu menjadi pertimbangan untuk dirinya mengambil keputusan yang menyangkut masa depan anaknya.

Abhi hanya menyaksikan sekilas perdebatan antara ibu dan anak yang terlihat alot, dengan ditonton lelaki yang berstatus sebagai pacar dari sang anak yang bahkan tidak melakukan apa-apa untuk melerai ketegangan di antara ibu dan anak itu. Tentu saja setelah mendapat pesanannya Abhi langsung pergi dari kios itu. Dia tidak tertarik mengurusi masalah orang lain, meski pekerjaannya memanglah 'mengurus masalah orang'. Tapi kali ini jelas berbeda.

Deepika kembali diam. Dia tahu ini tidak akan mudah.

'Tadi dia bilang semua akan baik-baik aja, giliran di dini malah aku yang disuruh jelasin ke ibuk. Kok kesannya kayak aku diperalat gini sih!'

Deepika menggerutu di dalam hati karena Sae hanya plonga-plongo tanpa melakukan apapun untuk membuat Sani luluh serta merestui rencana mereka untuk menikah secepatnya.

"Apa yang bikin kamu pengen cepet-cepet nikah? Kamu nggak lagi hamil kan?" Sani geram sampai berprasangka buruk pada anaknya.

"Astaghfirullah buk. Ya enggak lah buk! Aku nggak lagi hamil, dan nggak pernah lakuin hal bejat kayak gitu. Ibuk ini mikirnya kejauhan." Deepika membela diri.

"Lha terus kenapa mau buru-buru nikah hah? Akhir bulan ini? Kamu pikir ini tanggal berapa? Gila! Bahkan ngurus surat-surat nikah aja butuh proses dan waktu!" Kembali Sani menaikkan nada bicaranya.

"Kita bisa nikah di bawah tangan dulu buk. Kalau memang mengurus itu semua butuh waktu." Kali ini Sae yang bicara.

"Apa??" Suara Deepika dan Sani bersamaan.

"Tadi bukannya kamu bilang kalo kita nikah pake konsep intimate wedding dulu. Yang penting sah dan dihadiri keluarga inti, kok sekarang beda lagi ceritanya mas??" Deepika ikut frustasi oleh apa yang barusan Sae katakan.

"Lho sama aja kan yank, intimate wedding sama nikah di bawah tangan itu sama-sama cuma ngundang sedikit orang. Kita nggak perlu ribet dan yang pasti hubungan kita bisa jelas, sah di mata agama. Nanti kita bakal nikah secara hukum bareng resepsinya, kan simpel." Tutur Sae dengan kepercayaan diri tinggi.

"Heh! Deepika itu anak ku satu-satunya! Susah payah aku besarin dia seorang diri, aku didik, dan aku sekolahkan dia biar pinter! Tapi setelah kenal sama kamu, dia jadi goblok! Jadi bego nggak ketulungan! Cukup ya Sae, kamu bawa pengaruh buruk buat Deepika! Apa itu nikah di bawah tangan? Mau kawin siri kamu hah? nggak modal banget kamu jadi laki?! Sana cari perempuan yang bisa kamu kawinin pake modal minimalis! Tapi bukan anakku!! Belum jadi suami aja udah kebangetan pelit mu, manipulatif,ngambil keputusan sepihak! Egois!" Lantang Sani tanpa lagi memperdulikan sekitarnya.

"Buk.." Deepika ingin menangis.

"Maksud ku nggak gitu buk.. Kan aku sama Deepika pacaran udah lama, nggak enak kalo sampai ada orang yang ngomongin Deepika atau mempertanyakan keseriusan ku untuk menghalalkan dia. Jadi aku pikir lebih baik kami nikah siri dulu, kami juga nggak akan takut dosa jika sampai kebablasan dalam berhubungan."

Kali ini meja itu menjadi korban oleh gebrakan tangan Sani yang geram mendengar penuturan Sae.

"Pergi dari sini kamu Sae. Pergi! Darah tinggi aku lama-lama ngadepin kamu! Dan kamu Dee, kok bisa kamu betah pacaran lama sama orang modelan gini?! Udah dikasih apa kamu sama dia? Luar biasa begonya kamu kalo masih mau nerusin hubungan sama dia!!"

Terpopuler

Comments

𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍

𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍

dikasih omong kosong buk..
makanya anakmu smpe mabuk kepayang dibuatnya..
udah biar aja jgn dilarang, gosah dinasehati juga.. krna akan sulit kasih masukan sama org yg jatuh cinta.
nanti klo udah kerasa sendiri sakitnya, dia baru sadar.. (kok aku jadi curhat sih😐)
dahlah, gegara si Kuncup nih😒😒😒

2024-12-11

7

𝒩𝓎ᷱ𝑜ͥ𝓃ᷤ𝓎ͤ𝒶 𝑀𝑒𝓃𝑒𝑒𝓇

𝒩𝓎ᷱ𝑜ͥ𝓃ᷤ𝓎ͤ𝒶 𝑀𝑒𝓃𝑒𝑒𝓇

percaya deh
setelah SAE ngerasain apem dari Lisa maka diapun penasaran pengin juga rasain punya Deepika konpadu 🥴
itulah knp dia kesusuu ngajak Deepika kahwin meski harus dibawah tanganlah apa itu maunya🙄
bener2 mokondo nih cowok 😏
tet toooottt 🙅❌❌
Larung aja kelaut
tenggelamkan!

2024-12-12

4

▶︎•|၊|။||||။၊|။|||။|||။ ɦε૨ 𐌌

▶︎•|၊|။||||။၊|။|||။|||။ ɦε૨ 𐌌

duhhh untungggg bu sani gam sebego anaknya, kalau kayak si dee kan bahaya bisa ancur ancuran, mamam noh pacar mu dee, laki laki kardus gak modal, pelit, murahan, doyan celap celup

2024-12-11

7

lihat semua
Episodes
1 Deepika si penyiar radio
2 Mirip Sales obat panu
3 Diam-diam perhatian
4 Kecelakaan
5 Penjelasan Sae
6 Tetangga luar biasa
7 Orang terdekat?
8 Buru-buru menikah
9 Nasehat Abhi
10 Kebenaran yang mengudara
11 Kena kutukan
12 Pesan singkat memberi semangat
13 Kedatangan mantan
14 Pembicaraan di dalam mobil
15 Rencana Sae
16 Pertengkaran pengantin baru
17 Sae berulah
18 Sae yang be-jat
19 Pagi itu...
20 Kunjungan tetangga
21 Sehari bersama
22 Membuka rahasia
23 Kunjungan juragan mebel
24 Paket nyasar
25 Cemburu?
26 Obrolan di malam hari
27 Demam
28 Ke kantor mamas
29 Bapak datang nak
30 Joging
31 Pulang joging
32 Cepet nikah!
33 Dilamar
34 Cari cincin -bagian satu-
35 Cari cincin -bagian dua-
36 Kado ulang tahun
37 Kado ulang tahun part 2
38 Hasutan rival
39 Buka segel
40 Penyelamat yang sesungguhnya
41 Sah!
42 Invasi basah
43 Invasi basah 2
44 Ngumpul bareng keluarga
45 Anak kesayangan
46 Den dan misinya
47 Terjebak ucapan sendiri
48 Hot pop pop
49 Gara-gara mijit!
50 Gass pindah
51 Drama roti kempit
52 Menikmati godaan bini
53 Kasih judul sendiri
54 Dapet siraman qolbu
55 Seperti kejar setoran
56 Menemani istri bekerja
57 Cemburu?
58 Cemburu bagian 2
59 Berkah dicemburui
60 Pelajaran untuk Gatra
61 Terpesona.. Aku terpesona
62 Orang itu adalah...
63 Di atas genteng?
64 Anda termasuk produk pilihannya
65 Kedekatan yang terdeteksi
66 Jangan tinggalin aku
67 Ada yang aneh dengannya
68 Area nganu
69 Mertua minta cucu
70 Mbuh lah.. kasih judul sendiri
71 Muntah-muntah, masuk angin?
72 Gara-gara tobeli
73 Mantan, apa kabar?
74 Ngambek ah!
75 Ke dokter, Gass!!
76 Testpack dulu, periksa kemudian
77 Itu contoh, nggak dihitung!
78 Ditodong pertangungjawaban
79 Sadar diri, sadar posisi
80 Keracunan, kok bisa?
81 Pita pink, kgn?
82 Ketika betina merajuk
83 Konsepnya nggak gini
84 Jaim brew!
85 Sensitif banget sih Bu!
86 Judul bebas!
87 Kanjeng rantang datang
88 Judul? Naskah ini ditolak 3x
89 Papa mama gadungan
90 Tamatlah
91 E31 End
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Deepika si penyiar radio
2
Mirip Sales obat panu
3
Diam-diam perhatian
4
Kecelakaan
5
Penjelasan Sae
6
Tetangga luar biasa
7
Orang terdekat?
8
Buru-buru menikah
9
Nasehat Abhi
10
Kebenaran yang mengudara
11
Kena kutukan
12
Pesan singkat memberi semangat
13
Kedatangan mantan
14
Pembicaraan di dalam mobil
15
Rencana Sae
16
Pertengkaran pengantin baru
17
Sae berulah
18
Sae yang be-jat
19
Pagi itu...
20
Kunjungan tetangga
21
Sehari bersama
22
Membuka rahasia
23
Kunjungan juragan mebel
24
Paket nyasar
25
Cemburu?
26
Obrolan di malam hari
27
Demam
28
Ke kantor mamas
29
Bapak datang nak
30
Joging
31
Pulang joging
32
Cepet nikah!
33
Dilamar
34
Cari cincin -bagian satu-
35
Cari cincin -bagian dua-
36
Kado ulang tahun
37
Kado ulang tahun part 2
38
Hasutan rival
39
Buka segel
40
Penyelamat yang sesungguhnya
41
Sah!
42
Invasi basah
43
Invasi basah 2
44
Ngumpul bareng keluarga
45
Anak kesayangan
46
Den dan misinya
47
Terjebak ucapan sendiri
48
Hot pop pop
49
Gara-gara mijit!
50
Gass pindah
51
Drama roti kempit
52
Menikmati godaan bini
53
Kasih judul sendiri
54
Dapet siraman qolbu
55
Seperti kejar setoran
56
Menemani istri bekerja
57
Cemburu?
58
Cemburu bagian 2
59
Berkah dicemburui
60
Pelajaran untuk Gatra
61
Terpesona.. Aku terpesona
62
Orang itu adalah...
63
Di atas genteng?
64
Anda termasuk produk pilihannya
65
Kedekatan yang terdeteksi
66
Jangan tinggalin aku
67
Ada yang aneh dengannya
68
Area nganu
69
Mertua minta cucu
70
Mbuh lah.. kasih judul sendiri
71
Muntah-muntah, masuk angin?
72
Gara-gara tobeli
73
Mantan, apa kabar?
74
Ngambek ah!
75
Ke dokter, Gass!!
76
Testpack dulu, periksa kemudian
77
Itu contoh, nggak dihitung!
78
Ditodong pertangungjawaban
79
Sadar diri, sadar posisi
80
Keracunan, kok bisa?
81
Pita pink, kgn?
82
Ketika betina merajuk
83
Konsepnya nggak gini
84
Jaim brew!
85
Sensitif banget sih Bu!
86
Judul bebas!
87
Kanjeng rantang datang
88
Judul? Naskah ini ditolak 3x
89
Papa mama gadungan
90
Tamatlah
91
E31 End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!