Tetangga luar biasa

"Jadi gimana mas? Anggun baik kan, dia cantik, dia pintar dan-"

"Dan dia belum bisa move on dari mantannya."

Sekar mendelik mendengar kelanjutan kalimat yang dipotong oleh anaknya.

"Hah? Apa maksudnya mas?"

"Satu setengah jam pertemuan tadi didominasi sama obrolannya yang terus-menerus menyebut tentang mantan pacarnya."

"Oalah... Itu mungkin cara dia menjalin komunikasi sama kamu mas. Biasanya kan perempuan itu suka jaim dipertemuan pertama... Kalo Anggun banyak cerita, itu artinya dia udah ngerasa nyaman sama kamu mas. Berarti dia anggap kamu bisa diajak berbagi cerita, kalo kata anak jaman sekarang tuh kemistrinya dapet, klop gitu mas. Jadi kapan mau lanjut ketemu lagi?" Sekar berspekulasi sendiri.

"Aku kalo dari pertama nggak cocok ya seterusnya nggak bisa dicocok-cocokin mah."

"Alah mas, mbok ya jangan kaku-kaku amat gitu to.. Anggun itu udah ngasih kode keras buat kalian lanjut ke tahap selanjutnya. Masa kamu nggak bisa baca kode dari dia itu?"

"Nggak bisa mah. Aku bukan agen rahasia yang harus lancar membaca kode-kode nggak jelas seperti itu."

Sekar menarik nafas dalam. Sebenarnya Abhi bisa sekeras ini bukan tanpa alasan, dulu beberapa kali Abhi pernah membawa perempuan yang diakui sebagai kekasih namun Sekar lah yang terlalu banyak memilih dan menganggap semua perempuan yang dikenalkan padanya tidak pantas untuk Abhista, sang putra tercinta.

Sekar berpikir perempuan-perempuan yang dekat dengan anaknya dulu hanya memanfaatkan materi yang Abhi miliki, pun tidak sepenuhnya mereka serius menjalin hubungan dengan putranya. Masih sekolot itu hingga bertahun-tahun lamanya, sampai Sekar tersadar ketika Abhi memasuki usia 28 tahun, dia tak lagi membawa perempuan manapun untuk dikenalkan sebagai pacar.

Kekhawatiran Sekar makin menjadi kala anaknya menginjak usia tiga puluhan, belum ada tanda-tanda jika Abhi ingin berumah tangga. Entah karena trauma tak pernah diberi restu oleh ibunya atau memang dia sendiri sudah lelah memulai hubungan yang akhirnya harus kandas di tengah jalan.

"Kalau sama Anggun nggak klik, kamu mau sama siapa mas? Inget umur lah. Mas Dewa aja dulu nikah waktu umurnya dua sembilan kok. Lha ini sekarang umur kamu udah tiga puluh lho.. Apa nggak bosen hidup sendiri terus?"

Dewa adalah anak sulung Sekar yang sudah menikah dan memiliki dua orang anak.

"Tiga satu mah. Mamah lupa bulan depan usia ku nambah?" Santai sekali saat mengatakannya.

"Ya Allah Gusti.. Makanya to ndang kawin kamu ah! Masa udah segitu aja umurmu tapi belum ada kepastian mau kawin kapan!"

Abhi hanya mengangkat bahunya seperti masa bodoh dengan angka tiga satu yang akan datang bulan depan sebagai pertanda jika dirinya memang tak lagi muda. Dari pada terus membuat ibunya pusing, Abhi memilih pergi meninggalkan Sekar.

"Mas, apa nggak sebaiknya kamu fokus cari jodoh dulu? Anggun masih jadi kandidat paling atas saat ini untuk bisa nyandeng kamu lho."

Abhi ingin bicara panjang lebar jika Anggun tidak sedikitpun menarik perhatiannya untuk dijadikan sebagai calon istri tapi dia memilih naik ke atas, menuju kamarnya.

"Gimana kalo malam Minggu ini kalian ketemu lagi mas?"

Perkataan Sekar masih bisa Abhi dengar tapi dia memilih melambaikan tangan tanda menolak apapun rencana yang akan Sekar buat untuk mendekatkan dirinya dengan Anggun.

Setelah berganti baju, Abhi melangkah menuju balkon. Berharap di sana dia bisa menemukan kedamaian. Matanya mulai terpejam menikmati terpaan angin sore. Tapi ketenangan serta kedamaian tidak sepenuhnya dia dapatkan saat mendengar bunyi berisik dari balkon sebelah, rumah tetangganya.

"Mau bunuh diri nggak gitu caranya." Ucap Abhi ketika melihat Deepika terbelit tali jemuran.

"Siapa yang mau bunuh diri sih! Aku mau jemur handuk, eh tali jemurannya putus.. Malah muterin aku gini."

"Apa di rumah mu nggak ada yang namanya gantungan baju? Kaki mu masih sakit kan, ngapain ke balkon hanya untuk bentangin handuk buluk seperti itu."

"Lebih buluk juga mulutmu itu mas. Kalo ngomong nggak dikasih filter!"

Dengan susah payah Deepika bisa lolos dari lilitan tali jemuran, dan sungguh menyebalkan karena dia hanya jadi bahan tontonan oleh tetangganya tanpa ada niat membantu sedikitpun. Abhi tetap stay and slay di tempat duduknya.

"Seneng kan kamu liat aku kesusahan gini?!" Deepika memulai memercikkan api peperangan.

"Biasa aja."

"Eleh, aku liat kok kamu tadi senyum-senyum!"

"Oya? Ganteng kan?"

"Hanya orang rabun dan katarak yang bilang kamu ganteng!"

"Ibu ku nggak rabun, dan nggak katarak tapi tiap hari dia bilang kalau aku ganteng."

"Karena kamu anaknya, meski item, jelek, jamuran, kudisan, matanya juling ke atas, giginya tonggos maju semua, kulit bersisik, suara cempreng kayak klakson telolet pun dikata tampan rupawan seperti Arjuna!"

"Kamu lagi ngasih tau spesifikasi cowok idaman mu? Ternyata seleramu seperti itu. Pantas aja, yang ganteng di depan mata nggak keliatan istimewa. Ternyata tipe mu berat banget."

"Maaaaas ah, kamu nyebelin!!!!"

Deepika melotot kesal , niat hati ingin menjatuhkan mental lawan tapi malah dia yang kena mental.

"Dalem. Jangan pake 'ah' nanti dikira lagi ngedesah."

"Otak mu itu kudu dicuci kayaknya, nggak beres! Kotor banget mikirnya!!"

"Nitip kamu aja nyucinya."

"Dih najis!"

"Iya sama-sama."

"Nggak nyambung tau nggak!"

"Apa? Minta di ambung? Kok jadi kamu yang kotor pikirannya." (Ambung\=Cium)

Deepika geram. Kenapa lelaki tua-tua keladi itu selalu bisa menjawab ucapannya, bahkan selalu bisa membuat tensinya naik sampai puncak Himalaya. Dengan cekatan dia gulung handuk basah yang selesai dia pakai untuk mengeringkan tubuhnya selepas mandi tadi dan melemparkannya ke balkon sebelah. Niat hati ingin nimpuk mulut pedasnya sang pengacara tapi handuk itu malah ditangkap dengan mudah oleh Abhista.

"Apa? Ini maksudnya gimana? Mau numpang jemur di sini?" Tanya Abhi terkekeh dengan kelakuan tetangganya.

"Balikin nggak! Ku hitung nyampe tiga kalo nggak mok lempar balik ke sini, aku bakal teriak!!"

"Teriak kenapa? Orang kamu sendiri yang lempar ke sini."

Makin diladeni Deepika makin gila sendiri.

"Aku bakal laporan kamu atas tuduhan perbuatan tidak menyenangkan dan mengganggu privasi orang lho mas! Balikin ih!!"

"Laporin aja. Nanti kita ketemu dipersidangan. Jangan lupa sewa pengacara bagus agar kamu bisa menangin kasus berat ini ya."

Kali ini senyum Abhi benar-benar bisa Deepika lihat menghiasi wajah tampannya.

"Dasar gila!"

"Iya makasih."

"Maaaas!! Kamu waras nggak sih sebenarnya?! Kok ada ya pengacara kayak kamu!!!" Frustasi sudah mencapai ubun-ubun seorang Deepika.

"Dalem.. Kamu manggil-manggil aku terus. Aku nggak kemana-mana gini kok."

Dengan tertatih-tatih Deepika memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya. Tidak lagi memperdulikan handuk Monokuro Boo warna hitam putih miliknya yang masih ada di tangan mas tetangga. Sedangkan Abhi hanya tersenyum simpul lalu berjalan menuruni tangga menuju lantai satu berniat ke rumah tetangganya untuk mengembalikan handuk setengah basah milik Deepika.

_________

"Kamu yang bener aja, kenapa ngirim foto pas aku lagi tidur ke Deepika hah?"

"Ya kenapa emangnya? Aku capek main sembunyi-sembunyi terus dari dia! Biar dia tau kalo kamu lebih milih aku. Lagian kenapa sih kamu terus aja nutupin hubungan kita, udah dua bulan kita pacaran tapi kamu masih belum mau mutusin si Deepika itu!"

"Kita nggak pernah pacaran Lis. Kamu tau itu. Kita jalanin semua ini ngalir gitu aja, kamu ngasih tubuh kamu juga tanpa paksaan dari ku. Lis, kamu harus tau kalo cuma Deepika yang aku cinta. Dan---"

"Dan apa?? Dan aku cuma pelampiasan nafsu mu gitu?? Aku nggak bisa terus bersabar ngadepin sifat kamu ini ya mas!"

"Terus mau kamu apa? Dari awal kamu yang datang sendiri ke aku, kamu yang nawarin semua yang kamu punya ke aku termasuk tubuh kamu! Terus sekarang kamu mau minta status gitu dari ku? Jangan mimpi Lis. Selamanya aku nggak akan ninggalin Deepika buat kamu!"

Lelaki itu pergi mengabaikan teriakan wanita yang tadi siang berbagi keringat bersamanya di ranjang kamar kos. Tatapan benci muncul di hati Lisa mengiringi kepergian Sae tanpa bisa dia cegah. Hatinya sakit, dia bermain terlalu jauh dengan lelaki yang sama sekali tak menganggap dirinya. Tidak menempatkan Lisa di posisi apapun dalam hidup Sae, tidak sebagai pacar, bukan pula selingkuhan, apalagi calon istri, Lisa hanya teman berbagi kenikmatan di atas ranjang bagi Sae. Karena tidak mungkin dia meminta jatah beradu kelamin dengan sang kekasih karena Sae tak ingin merusak seseorang yang dia cinta.

"Nggak mas. Kalau aku nggak bisa dapetin kamu, maka siapapun nggak boleh bahagia berada di sampingmu. Aku udah kasih semuanya ke kamu.. Bahkan aku nurut saat kamu minta untuk menutupi semua perbuatan kita dari siapapun. Tapi, kayak gini balasan mu? Nggak mas.. Kamu terlalu meremehkan ku." Senyum saeton nirojim tersungging. Lisa bersumpah, dia akan membuat Sae terkintil-kintil padanya mulai sekarang.

"Jangan panggil aku Lisa Belek Eping kalo nggak bisa jinakin kamu mas. Hihihiiii."

Terpopuler

Comments

ſᑎ🎐ᵇᵃˢᵉ

ſᑎ🎐ᵇᵃˢᵉ

Deepika ingin menjemur handuk mas, bukan mau bunuh diri 😑😑

2024-12-09

4

𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍

𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍

ambil aja Lis, ambiiiiiiillllllll..
bilang semuanya sama Dee biar Dee bisa lepas dari lelaki akhlakless itu..
lagian suka herman sama cwo yg gak mau ngerusak pasangannya, tapi dia celup² sama org lain..
dikira itu bagus apa..😏 jyjyq yg ada😒

2024-12-10

2

𝐙⃝🦜尺o

𝐙⃝🦜尺o

nahhh kan standard kamu terlalu tinggi Tante, padahal yang ngejalanin kan anaknya bukan sampeyan, sekarang repot sendiri kan khawatir sendiri kan sokorrrr lama2 gak pake kriteria asal mau nikah sama cewek pasti🤣🤣

2024-12-09

2

lihat semua
Episodes
1 Deepika si penyiar radio
2 Mirip Sales obat panu
3 Diam-diam perhatian
4 Kecelakaan
5 Penjelasan Sae
6 Tetangga luar biasa
7 Orang terdekat?
8 Buru-buru menikah
9 Nasehat Abhi
10 Kebenaran yang mengudara
11 Kena kutukan
12 Pesan singkat memberi semangat
13 Kedatangan mantan
14 Pembicaraan di dalam mobil
15 Rencana Sae
16 Pertengkaran pengantin baru
17 Sae berulah
18 Sae yang be-jat
19 Pagi itu...
20 Kunjungan tetangga
21 Sehari bersama
22 Membuka rahasia
23 Kunjungan juragan mebel
24 Paket nyasar
25 Cemburu?
26 Obrolan di malam hari
27 Demam
28 Ke kantor mamas
29 Bapak datang nak
30 Joging
31 Pulang joging
32 Cepet nikah!
33 Dilamar
34 Cari cincin -bagian satu-
35 Cari cincin -bagian dua-
36 Kado ulang tahun
37 Kado ulang tahun part 2
38 Hasutan rival
39 Buka segel
40 Penyelamat yang sesungguhnya
41 Sah!
42 Invasi basah
43 Invasi basah 2
44 Ngumpul bareng keluarga
45 Anak kesayangan
46 Den dan misinya
47 Terjebak ucapan sendiri
48 Hot pop pop
49 Gara-gara mijit!
50 Gass pindah
51 Drama roti kempit
52 Menikmati godaan bini
53 Kasih judul sendiri
54 Dapet siraman qolbu
55 Seperti kejar setoran
56 Menemani istri bekerja
57 Cemburu?
58 Cemburu bagian 2
59 Berkah dicemburui
60 Pelajaran untuk Gatra
61 Terpesona.. Aku terpesona
62 Orang itu adalah...
63 Di atas genteng?
64 Anda termasuk produk pilihannya
65 Kedekatan yang terdeteksi
66 Jangan tinggalin aku
67 Ada yang aneh dengannya
68 Area nganu
69 Mertua minta cucu
70 Mbuh lah.. kasih judul sendiri
71 Muntah-muntah, masuk angin?
72 Gara-gara tobeli
73 Mantan, apa kabar?
74 Ngambek ah!
75 Ke dokter, Gass!!
76 Testpack dulu, periksa kemudian
77 Itu contoh, nggak dihitung!
78 Ditodong pertangungjawaban
79 Sadar diri, sadar posisi
80 Keracunan, kok bisa?
81 Pita pink, kgn?
82 Ketika betina merajuk
83 Konsepnya nggak gini
84 Jaim brew!
85 Sensitif banget sih Bu!
86 Judul bebas!
87 Kanjeng rantang datang
88 Judul? Naskah ini ditolak 3x
89 Papa mama gadungan
90 Tamatlah
91 E31 End
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Deepika si penyiar radio
2
Mirip Sales obat panu
3
Diam-diam perhatian
4
Kecelakaan
5
Penjelasan Sae
6
Tetangga luar biasa
7
Orang terdekat?
8
Buru-buru menikah
9
Nasehat Abhi
10
Kebenaran yang mengudara
11
Kena kutukan
12
Pesan singkat memberi semangat
13
Kedatangan mantan
14
Pembicaraan di dalam mobil
15
Rencana Sae
16
Pertengkaran pengantin baru
17
Sae berulah
18
Sae yang be-jat
19
Pagi itu...
20
Kunjungan tetangga
21
Sehari bersama
22
Membuka rahasia
23
Kunjungan juragan mebel
24
Paket nyasar
25
Cemburu?
26
Obrolan di malam hari
27
Demam
28
Ke kantor mamas
29
Bapak datang nak
30
Joging
31
Pulang joging
32
Cepet nikah!
33
Dilamar
34
Cari cincin -bagian satu-
35
Cari cincin -bagian dua-
36
Kado ulang tahun
37
Kado ulang tahun part 2
38
Hasutan rival
39
Buka segel
40
Penyelamat yang sesungguhnya
41
Sah!
42
Invasi basah
43
Invasi basah 2
44
Ngumpul bareng keluarga
45
Anak kesayangan
46
Den dan misinya
47
Terjebak ucapan sendiri
48
Hot pop pop
49
Gara-gara mijit!
50
Gass pindah
51
Drama roti kempit
52
Menikmati godaan bini
53
Kasih judul sendiri
54
Dapet siraman qolbu
55
Seperti kejar setoran
56
Menemani istri bekerja
57
Cemburu?
58
Cemburu bagian 2
59
Berkah dicemburui
60
Pelajaran untuk Gatra
61
Terpesona.. Aku terpesona
62
Orang itu adalah...
63
Di atas genteng?
64
Anda termasuk produk pilihannya
65
Kedekatan yang terdeteksi
66
Jangan tinggalin aku
67
Ada yang aneh dengannya
68
Area nganu
69
Mertua minta cucu
70
Mbuh lah.. kasih judul sendiri
71
Muntah-muntah, masuk angin?
72
Gara-gara tobeli
73
Mantan, apa kabar?
74
Ngambek ah!
75
Ke dokter, Gass!!
76
Testpack dulu, periksa kemudian
77
Itu contoh, nggak dihitung!
78
Ditodong pertangungjawaban
79
Sadar diri, sadar posisi
80
Keracunan, kok bisa?
81
Pita pink, kgn?
82
Ketika betina merajuk
83
Konsepnya nggak gini
84
Jaim brew!
85
Sensitif banget sih Bu!
86
Judul bebas!
87
Kanjeng rantang datang
88
Judul? Naskah ini ditolak 3x
89
Papa mama gadungan
90
Tamatlah
91
E31 End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!