Diam-diam perhatian

Malam itu Abhi habiskan dengan menikmati bintang di balkon rumahnya. Kebetulan kamarnya berada di lantai dua, sangat cocok untuk menikmati keindahan malam seperti sekarang ini.

Matanya melihat ke depan, tepatnya ke arah balkon kamar gadis yang selalu berisik setiap harinya. Lampunya belum dihidupkan, mungkin dia belum pulang bekerja. Tapi, masa bodoh juga.. Itu bukan urusan Abhi. Sejak kapan pula dia mulai mengingat jadwal pulang dan pergi bekerja si gadis cempreng itu?

Iseng, tangan Abhi meraih ponsel di saku celana. Dia memasang headset bluetooth dan mengarahkan menu radio pada layar ponselnya. Benar saja, suara riang sang penyiar radio masih terdengar mengudara. Abhi menatap jam tangan, pukul 20.15.

"Ck.. Bahkan genderuwo saja ogah ngeronda buat nakut-nakutin orang, kenapa dia masih sibuk ngecipris seperti itu? Orang aneh macam apa yang masih mau dengerin siaran radio malam-malam gini?"

Abhi nggak sadar kalo dia termasuk salah satu deretan 'orang aneh' versi yang dia pikirkan sendiri karena masih setia mendengarkan suara Deepika mengudara.

'Satu lagu penutup untuk perjumpaan kita malam ini ya mania ambyar, ada lagu dari Arya Galih dengan judul Pelampiasan. Aku harap sih kalian semua mania ambyar bukan termasuk orang-orang yang dijadiin pelampiasan sama pasangannya ya. Karena itu pasti sakit banget! Well, di luar lagi gerimis.. Aku harap buat mania ambyar semua yang lagi beraktivitas di luar rumah kudu sedia payung, mantel, jaket tebal atau apapun itu agar nggak kehujanan oke! Berhubung waktu kebersamaan kita memang terbatas, aku Deepika Yora, kak Juan, dan bang Harvey yang bertugas mohon undur diri. Terimakasih atas kebersamaan manis kita, salam sehat selalu. Dan.. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Arya Galih-Pelampiasan. Cekidot!'

"Gerimis mata dia rabun? Apa dia nggak liat kalo malam ini langit sedang ganjen-ganjennya? Banyak bintang gini kok dibilang gerimis. Apa dia lagi siaran di belahan dunia lain?" Gumam Abhi yang pasti tak bisa didengar oleh Deepika yang ada di ujung sana.

Hampir satu jam Abhi ada di balkon nya, banyak hal yang membuatnya betah berlama-lama berada di sana. Salah satunya banyaknya pikiran tentang pekerjaan, sebagai seorang lawyer.. Dia pasti mendapat banyak tekanan dari saingan bisnis para klien yang memakai jasanya.

Mau bagaimana lagi, itu sudah jadi resiko di dalam bidang pekerjaan yang dia tekuni. Semua pekerjaan memiliki potensi timbulnya masalah dan beresiko menciptakan musuh dalam lingkup kerja, hanya saja kita sebagai subjek dituntut untuk pintar dalam menyelesaikan masalah itu serta meminimalisir timbulnya 'pemicu' orang-orang yang akan menjadi musuh dalam lingkup kerja itu sendiri. Toh jika pada akhirnya kita sudah berusaha sedemikian keras namun tetap ada saja orang-orang yang membenci, itu bukan lagi urusan kita. Karena sifat iri, dengki tak bisa kita bersihkan dari hati seseorang dengan menggunakan kain pel!

Suara deru motor matic yang sangat dia kenal melaju melambat tepat di depan rumah Sani. Ya karena yang sedang berhenti di sana adalah Deepika, anaknya Sani, tetangganya.

Apa dia sedang ngelindur, tapi tadi Abhi melihat jika Deepika memakai jas hujan. Terlihat beberapa titik air yang membasahi jas hujan warna biru itu.

Apa benar di kantor radio yang jaraknya tak sampai dua jam itu sedang di guyur hujan? Atau hujan hanya ngikutin gadis cempreng itu saja? Kok jadi mikirin tentang hujan gini.. Abhi ingin cuek tapi makin disetting ke mode cuek kok malah makin penasaran dan berujung perhatian! Wah nggak beres nih!, batin Abhi merutuki dirinya sendiri.

Lelaki itu masih duduk dengan asoy pada ayunan rotan yang sengaja di taruh di balkon untuk menikmati pemandangan alam seperti langit malam ini atau juga melihat aktivitas yang dilakoni sang tetangga cempreng yang sekarang baru pulang bekerja.

Terlihat Deepika sudah berganti baju dengan menggunakan piyama pokemon warna kuning ngejreng yang terlihat kedodoran untuk gadis itu. Memang ya, bocah kalo masa kecilnya dihabiskan untuk gigitin kuku sama ngemilin kutu, besarnya bisa gagal tumbuh kayak si Deepika ini. Lihat saja, tubuh gadis itu yang kecil, mungil mirip bocah stunting itu.. Kok malah terlihat imut. Eh, Abhi langsung menggeleng keras, mengusir pikiran aneh bin nyeleneh yang tiba-tiba muncul di otaknya.

"Fokus Bhi, fokus.. Dia itu masih gadis yang sama yang saben hari berisiknya nauzubillah, dia masih gadis yang sama yang suka bikin gara-gara, dia juga gadis yang sama yang sering ngatain kamu jomblo nggak laku, karatan, bandot tua dan.. Dia masih gadis yang sama yang sekarang kalo dilihat kok makin... Manis aja.."

Masih bicara sendiri, Abhi sedang merapalkan mantra untuk membuatnya sadar dari kehaluan yang tercipta di otak kecilnya. Tapi setelah kalimat panjang yang dia buat untuk menyemangati diri, ujungnya masih saja ada setitik pujian untuk gadis di seberang sana yang sekarang menatap ke arahnya.

"Waras mas?"

Tanya gadis itu tanpa perlu berteriak. Bukan apa-apa, dia tak ingin dianggap gila dan diarak keliling kota karena udah ganggu suasana hening di malam indah bertabur bintang di atas sana. Eaaaa.. Bacanya bernada!

"Belum sepenuhnya gila." Jawab Abhi santai.

Deepika tertawa kecil. Jika dilihat-lihat, Abhista ini termasuk ke dalam lelaki rebutan bagi para gadis lajang dan janda kembang yang kebelet kawin di kompleks mereka, tapi nggak tau kenapa.. Lelaki matang itu masih betah menyandang status jomblonya. Hanya dia, Tuhan dan penulis cerita ini saja yang tau.. Misal ada orang lain yang tau alasan Abhi masih melajang selain tiga di atas yang disebutkan tadi, itu berati hanya netizen yang ngarang cerita!

"Baru pulang?"

Pertanyaan macam apa itu? Jelas-jelas dia sendiri melihat jika Deepika baru saja pulang bekerja, masih saja ditanyakan meski dia tahu jawabannya! Mungkin ini yang dinamakan modus.

"Iya. Kenapa, kangen? Makanya mas.. Sama aku itu nggak usah tengil jadi orang.. Nanti nek jatuh cinta sama aku, aku nggak mau bantu berdiri lho! Nggak mau ngobatin, aku pura-pura nggak tau pokoknya! aku liatin aja dari jauh pake lubang sedotan."

"Kamu cocok jadi penulis, gantiin author nya gih."

"Eh, apa?"

"Daya khayal mu tinggi."

"Dih si kampret! Nyesel aku tadi sempet kagum sama mu mas mas.. Dah ah, aku mau tidur. Capek, ngantuk, pegel juga sebadan-badan! Bye."

Pembicaraan singkat mereka terhenti kala Deepika memutuskan meninggalkan balkon dan memilih memasuki kamarnya. Lampu kamar dimatikan, jelas menandakan jika si pemilik kamar tak main-main dengan ucapannya untuk segera beristirahat. Tinggallah Abhi yang kembali sendiri memandang pekatnya malam.

____________

Pagi harinya, Deepika demam. Badannya menggigil tak karuan, bisa jadi itu efek kehujanan atau mungkin kecapekan atau ada alasan lain yang membuat gadis itu tumbang.

"Ya udah kamu ijin aja, di rumah aja dulu. Istirahat. Lagian badan panas gitu kok masih mau berangkat kerja, nanti pingsan di tempat kerja malah nyusahin orang Dee!"

Itu Sani yang berujar. Dia baru saja tahu jika putrinya sakit. Semangkuk bubur ayam yang dibeli di tukang bubur depan kompleks menjadi menu sarapan yang Sani berikan untuk Deepika.

"Nggak lah buk, nggak enak kalo ijin.. Wong cuma demam biasa. Abis sarapan nanti tak minum pamol, sembuh deh." Rintih Deepika kedinginan di balik selimut tebalnya.

"Ibuk nggak ke kios?" Lanjut Deepika.

"Ya kamu nya sakit, gimana bisa aku ke kios! Di makan itu buburnya. Abis itu minum obat. Kamu ini, udah dikasih tau berkali-kali, jaga kesehatan! Jaga kesehatan! Tapi kok ya malah sakit gini, kan jadi repot sendiri kamu nya."

Deepika tahu, meski terdengar seperti orang yang lagi ngomel tapi itu lah bentuk dari perhatian dan kasih sayang yang ibunya berikan. Mereka tinggal hanya berdua, jadi Deepika dituntut untuk bisa mandiri dan tidak merepotkan orang lain. Meskipun itu dalam keadaan sakit seperti ini. Jika bisa sendiri, kenapa harus minta bantuan orang lain.. Begitu pikir Sani.

"Ya namanya juga sakit buk.. Nggak ada yang mau.." Menjawab dengan bibir gemetaran.

Rasanya demam kali ini benar-benar membuatnya kesakitan. Kepalanya pusing, badannya dingin menggigil, mata terasa panas dan sangat tidak nyaman di bagian kepala!

"Ibuk ke kios aja, apalagi katanya ada pesanan 150 box ayam geprek kan... Aku nggak apa-apa buk."

Kios yang dimaksud Deepika itu adalah sebuah kios yang terletak di jantung kota. Kios itu menjual berbagai macam geprek, nasi liwet, dan berbagai makanan berbau goreng-gorengan. Dan Sani adalah pemilik dari kios itu.

Dengan berbagai pertimbangan, Sani akhirnya pergi ke kios juga. Dia berpikir jika Deepika sudah meminum obat jadi pasti tidak apa jika dia tinggalkan barang sebentar. Lagi pula, anaknya itu bukan balita kan? Dia sudah dewasa, pasti tahu jika kondisi sakit seperti itu hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Dengan tertatih, Deepika mengeluarkan motornya. Satu kata untuk gadis sableng ini, nekat! Sudah tahu kondisinya lagi nggak baik-baik saja, kok ya ngeyel mau ke tempat kerja.

"Sakit?" Abhi dengan suara baritonnya berusaha jadi tetangga yang baik dengan menanyakan keadaan Deepika yang terlihat pucat.

Sesekali tisu yang dipegang dibuat ngelap ingus, ternyata si tisu udah basah kuyup oleh ingus Deepika sendiri. Gadis itu hanya menaikkan sebelah alisnya untuk menjawab pertanyaan sang tetangga.

"Kalau sakit nggak usah kerja. Pendengar setiamu nggak akan betah disuruh dengerin suara kamu buang-buang ingus tiap tiga detik sekali." Antara ngejek sama bentuk perhatian itu emang beti (beda tipis).

"Mereka bukan kamu mas, yang apa-apa mok bikin masalah."

"Yakin mau pergi? Jasa Raharja nggak terima pencairan asuransi jika korban kecelakaan sengaja membahayakan dirinya sendiri."

"Dih mulutmu mas."

"Kenapa? Minta di sun?"

"San sun san sun, tonyor purun?!"

Jika dilihat mereka malah mirip seperti sepasang kekasih yang sedang berkomunikasi dari hati ke hati. Tapi sayangnya, tak ada hubungan sedekat itu di antara mereka. Sampai lamunan Abhi tersadar oleh deru motor Deepika yang kian menjauh dari pekarangan rumahnya.

"Keras kepala." Abhi berucap dan langsung memasuki mobilnya.

"Maaaaas, bentar mas bentar.. Nanti pas jam makan siang Anggun mau ketemu kamu mas. Di Planet Plaza. Kamu temuin dia ya mas!"

Sekar masih keukeh ingin mendekatkan anaknya dengan sosok Anggun. Harapan seorang ibu di usia anaknya yang sudah matang itu hanya satu, cepet liat anaknya punya pasangan hidup!

"Nggak bisa mah." Tolak Abhi tanpa berpikir sedikitpun.

"Kenapa nggak bisa? Bisa gitu lho mas, wong tinggal ketemuan aja kok susah!"

"Mamah yakin hanya ketemuan? Nggak ada maksud lain di balik itu?"

Selidik Abhi, padahal tanpa ditanya pun dia juga tahu apa sebenarnya maksud ibunya memaksa dirinya menemui Anggun.

"Jadi orang itu mbok ya usaha gitu lho mas, ikhtiar ngono! Jodoh mu nggak bakal muncul kalo nggak kamu jemput datangnya."

"Jodoh bukan jelangkung yang datang nggak dijemput, pulang nggak diantar mah."

Sekar mendelik tak percaya jika yang dihadapi sekarang ini adalah anaknya. Jika bukan anak kesayangannya, sudah dia tempeleng dari tadi itu mulutnya!

"Ah karepmu mas! Yang penting nanti temui Anggun! Awas kalo nggak mau, nggak usah pulang sekalian!" Ancaman dari Sekar.

Sebenarnya Abhi bisa saja menjawab perkataan ibunya, tapi fokusnya teralihkan oleh bunyi benturan benda keras, seperti tabrakan atau sejenisnya. Pikiran lelaki itu langsung tertuju pada sosok si gadis cempreng.

Terpopuler

Comments

𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍

𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍

gadis kek gitu yg bisa bikin harimu berwarna lho..
gak monoton aja

2024-12-07

1

▶︎•|၊|။||||။၊|။|||။|||။ ɦε૨ 𐌌

▶︎•|၊|။||||။၊|။|||။|||။ ɦε૨ 𐌌

si lebah nih ngeyelan, udh tau sakit, bukan berbahay untuk dia aja, tapi untuk pengguna jalan lainnya, kalau dia gak fokus bisa bahaya 😏

2024-12-09

6

ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ

ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ

si deep sih udah tau demam masih maksain kerja dan bawa kendaraan sendiri lagi🤦‍♀️🤦‍♀️😩jangan bilang yg suara benturan deep jatuh thorrr🏃‍♀️🏃‍♀️🏃‍♀️

2024-12-07

3

lihat semua
Episodes
1 Deepika si penyiar radio
2 Mirip Sales obat panu
3 Diam-diam perhatian
4 Kecelakaan
5 Penjelasan Sae
6 Tetangga luar biasa
7 Orang terdekat?
8 Buru-buru menikah
9 Nasehat Abhi
10 Kebenaran yang mengudara
11 Kena kutukan
12 Pesan singkat memberi semangat
13 Kedatangan mantan
14 Pembicaraan di dalam mobil
15 Rencana Sae
16 Pertengkaran pengantin baru
17 Sae berulah
18 Sae yang be-jat
19 Pagi itu...
20 Kunjungan tetangga
21 Sehari bersama
22 Membuka rahasia
23 Kunjungan juragan mebel
24 Paket nyasar
25 Cemburu?
26 Obrolan di malam hari
27 Demam
28 Ke kantor mamas
29 Bapak datang nak
30 Joging
31 Pulang joging
32 Cepet nikah!
33 Dilamar
34 Cari cincin -bagian satu-
35 Cari cincin -bagian dua-
36 Kado ulang tahun
37 Kado ulang tahun part 2
38 Hasutan rival
39 Buka segel
40 Penyelamat yang sesungguhnya
41 Sah!
42 Invasi basah
43 Invasi basah 2
44 Ngumpul bareng keluarga
45 Anak kesayangan
46 Den dan misinya
47 Terjebak ucapan sendiri
48 Hot pop pop
49 Gara-gara mijit!
50 Gass pindah
51 Drama roti kempit
52 Menikmati godaan bini
53 Kasih judul sendiri
54 Dapet siraman qolbu
55 Seperti kejar setoran
56 Menemani istri bekerja
57 Cemburu?
58 Cemburu bagian 2
59 Berkah dicemburui
60 Pelajaran untuk Gatra
61 Terpesona.. Aku terpesona
62 Orang itu adalah...
63 Di atas genteng?
64 Anda termasuk produk pilihannya
65 Kedekatan yang terdeteksi
66 Jangan tinggalin aku
67 Ada yang aneh dengannya
68 Area nganu
69 Mertua minta cucu
70 Mbuh lah.. kasih judul sendiri
71 Muntah-muntah, masuk angin?
72 Gara-gara tobeli
73 Mantan, apa kabar?
74 Ngambek ah!
75 Ke dokter, Gass!!
76 Testpack dulu, periksa kemudian
77 Itu contoh, nggak dihitung!
78 Ditodong pertangungjawaban
79 Sadar diri, sadar posisi
80 Keracunan, kok bisa?
81 Pita pink, kgn?
82 Ketika betina merajuk
83 Konsepnya nggak gini
84 Jaim brew!
85 Sensitif banget sih Bu!
86 Judul bebas!
87 Kanjeng rantang datang
88 Judul? Naskah ini ditolak 3x
89 Papa mama gadungan
90 Tamatlah
91 E31 End
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Deepika si penyiar radio
2
Mirip Sales obat panu
3
Diam-diam perhatian
4
Kecelakaan
5
Penjelasan Sae
6
Tetangga luar biasa
7
Orang terdekat?
8
Buru-buru menikah
9
Nasehat Abhi
10
Kebenaran yang mengudara
11
Kena kutukan
12
Pesan singkat memberi semangat
13
Kedatangan mantan
14
Pembicaraan di dalam mobil
15
Rencana Sae
16
Pertengkaran pengantin baru
17
Sae berulah
18
Sae yang be-jat
19
Pagi itu...
20
Kunjungan tetangga
21
Sehari bersama
22
Membuka rahasia
23
Kunjungan juragan mebel
24
Paket nyasar
25
Cemburu?
26
Obrolan di malam hari
27
Demam
28
Ke kantor mamas
29
Bapak datang nak
30
Joging
31
Pulang joging
32
Cepet nikah!
33
Dilamar
34
Cari cincin -bagian satu-
35
Cari cincin -bagian dua-
36
Kado ulang tahun
37
Kado ulang tahun part 2
38
Hasutan rival
39
Buka segel
40
Penyelamat yang sesungguhnya
41
Sah!
42
Invasi basah
43
Invasi basah 2
44
Ngumpul bareng keluarga
45
Anak kesayangan
46
Den dan misinya
47
Terjebak ucapan sendiri
48
Hot pop pop
49
Gara-gara mijit!
50
Gass pindah
51
Drama roti kempit
52
Menikmati godaan bini
53
Kasih judul sendiri
54
Dapet siraman qolbu
55
Seperti kejar setoran
56
Menemani istri bekerja
57
Cemburu?
58
Cemburu bagian 2
59
Berkah dicemburui
60
Pelajaran untuk Gatra
61
Terpesona.. Aku terpesona
62
Orang itu adalah...
63
Di atas genteng?
64
Anda termasuk produk pilihannya
65
Kedekatan yang terdeteksi
66
Jangan tinggalin aku
67
Ada yang aneh dengannya
68
Area nganu
69
Mertua minta cucu
70
Mbuh lah.. kasih judul sendiri
71
Muntah-muntah, masuk angin?
72
Gara-gara tobeli
73
Mantan, apa kabar?
74
Ngambek ah!
75
Ke dokter, Gass!!
76
Testpack dulu, periksa kemudian
77
Itu contoh, nggak dihitung!
78
Ditodong pertangungjawaban
79
Sadar diri, sadar posisi
80
Keracunan, kok bisa?
81
Pita pink, kgn?
82
Ketika betina merajuk
83
Konsepnya nggak gini
84
Jaim brew!
85
Sensitif banget sih Bu!
86
Judul bebas!
87
Kanjeng rantang datang
88
Judul? Naskah ini ditolak 3x
89
Papa mama gadungan
90
Tamatlah
91
E31 End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!