Deni telah kembali membawa yuhane ke rumah sakit. Terlihat Revano masih saja berdiri panik di depan pintu UGD.
Yuhane mendekat bersamaan Deni yang berjalan tak jauh darinya. Yuhane hendak duduk kembali di tempat ia duduk tadi.
Ada beberapa pasang mata menatapnya heran dan curiga. Revano meraih tubuhnya dan memeluknya.
"Biar aku memelukmu. Aku butuh kekuatan untuk menghadapi kenyataan ini." Lirih Revano.
Yuhane hanya mengangguk lemah, dia diam saja dalam pelukan suaminya. Ia pun berusaha merespon dan menggosok punggung suaminya. Pelukan Revano makin kuat seolah ia mendapatkan kekuatan.
Cukup lama situasi tersebut. Hingga suara wanita yang dari tadi duduk tak jauh di mana mereka berdiri.
"Oh. Jadi ini wanita yang kamu nikahi diam-diam. tanpa memberi kabar kami sedikitpun." Tuduh seorang wanita yang dewasa yang mungkin seumuran ibunya. Yuhane melihat sekilas wajah sinis wanita itu.
Revano tak peduli, ia terus memeluk Yuhane. Ia malah memejamkan matanya, mengatur nafasnya yang memburu. Ia tidak mau bertengkar di sini. Sementara neneknya sedang meregang nyawa mempertahan sakit nya di sana.
"Tante tidak mau, kamu bawa gadis yang tidak jelas ini ke rumah utama." ujarnya sinis.
Yuhane dapat merasakan jantung Bosnya yang sekaligus suaminya berdegup kencang. seperti menahan amarah.
Ada pintu rumahan UGD terbuka. Revano melepaskan pelukannya namun tangannya tetap memegang tangan istrinya.
"Dok. Bagaimana kondisi nenek saya.?" Tanya Revano takut. Takut mendengar kabar terburuk.
"Ikuti saya." Revano mengikuti langkah dokter tersebut dan tangannya tetap memegang istrinya.
"Alhamdulillah. Masa kritisnya sudah lewat. Tapi tidak menutup kemungkinan buruknya. Kami hanya berusaha, hanya yang sangat pencipta yang berkehendak. Baiknya kita doakan yang terbaik buat nyonya besar." Ujar dokter tersenyum.
Revano merasa lega. walau ia tidak tahu bagaimana rasanya perasaannya saat ini, kacau semuanya bercampur aduk.
Ia menarik nafas dalam." makasih dok. lakukan yang terbaik buat nenek saya. apakah saya harus bawa nenek ke luar negeri untuk berobat.?" Tanya Revano memastikan.
"Maaf ya Tuan Muda. sepertinya tidak perlu. nyonya besar sudah berapa kali bilang sama saya. Ia tidak ingin lagi berobat,sepertinya nyonya sudah lelah menahan rasa sakitnya." Ujar dokter tersebut menatap gadis yang duduk di sebelah Revano.
Revano yang menyadari tatapan dokter pribadinya bernama dokter Aldrich. Ia pun paham.
"Ini istri ku dok. Kami baru saja menikah di kantor KUA terdekat, tiba-tiba nenek pingsan saat acara baru saja selesai." Cerita Revano tenang.
Dokter Aldrich tersenyum." Perkenalkan,saya dokter keluarga Tuan Muda. Oh ya. apakah saya boleh tahu namamu cantik.!" Goda dokter Aldrich tersenyum melihat tingkah Revano yang kesal.
Karena ia tahu, Revano sangat posesif dengan miliknya. Tapi ia lihat gadis yang bersama Revano sekarang sangat beda. Manis dan masih terlihat polos.
"Eh..saya Yuhane pak dokter. tentu saja boleh. Ternyata dokter pandai juga bercanda. Makasih ya pak dokter pujiannya." Ujar Yuhane tersenyum manis.
Lelaki yang duduk di sebelahnya langsung bertindak. " Jaga sikapmu. Masih ada suami di sampingmu. Tapi bisa menggoda lelaki tua di depan." Kesal Revano.
Dokter Aldrich terkekeh. Ya. Dia bisa melihat Revano menjaga miliknya, agar tak tersentuh orang lain. "Takut sekali kalau miliknya di ambil." Kekeh dokter Aldrich lagi.
Suasana ayang tadinya tegang berubah warna. Kehadiran Yuhane benar telah merubah cara pandang Revano yang terlihat kaku.
Mereka kembali keluar. Revano mendekati Deni." Den. Kamu ke kantor saja. Mungkin beberapa hari ini,saya tidak masuk kantor. Dan jangan lupa,antarkan istri saya ke apartemen serta suruh mbok Jum menemani selama saya tidak ada di sana." perintah Revano berbisik.
Ia tidak mau keluarga neneknya tersebut tahu, dan tidak mau tahu lagi dengan mereka. Baginya, ia ingin mengamankan istrinya dulu.
Yuhane pun mengikuti langkah Deni sesuai saran suaminya. walau terlihat belum paham, namun ia tetap patuh dengan perintah suaminya.
Deni mengantarkan Yuhane ke apartemen Bosnya. " Mbak tinggal di sini ya. Nggak apa kan? Sebentar lagi mbok Jum sampai. Dia yang akan mengurus semua kebutuhan mbak, selama Bos tidak ada. Jika ada butuh sesuatu mbak bisa hubungi saya. Jangan sungkan ya mbak." Ujar Deni saat mereka telah sampai di ruangan apartemen yang mewah tersebut.
Yuhane mengangguk paham, situasi sekarang sangat tidak kondusif,jadi ia tidak mau merepotkan lagi, pantas saja. Tadi Pak Deni Asisten suaminya itu membelikan beberapa pakaian untuknya.
"Oh ya. pakaian mbak, juga telah di bawa mbok Jum sekalian. Jadi mbak usah khawatir ya. saya tinggal nggak apa kan, saya mau ke kantor.?" Tanya Deni masih menunggu jawaban Yuhane yang terlihat diam saja.
"Baiklah. tugas pak Deni pasti banyak. Saya Maan kok di sini." Ujarnya tersenyum.
Untung tadi Deni ke mini market membeli kebutuhan makanan , buah dan cemilan untuk Yuhane. Dan ia sengaja mengganti mobilnya walau warnanya sama tapi bagi Yuhane tidak menyadari itu. Deni telah memerintahkan orang-orangnya. Karena ia merasa ada yang menguntitnya dari rumah sakit.
"Ingat ya mbak. Mbak jangan keluar dulu beberapa hari ini. Saya tidak ingin Bos marah pada saya." Peringatan Deni membuat kening Yuhane mengkerut.
"Nanti mbak tanya mbok Jum. Waktu saya sedikit. Jaga diri ya mbak, sebelum buka pintu. Mbak bisa lihat di sini." Deni pun menunjuk kaca kecil yang bisa dilihat dari dalam saja.
Deni juga memberikan pengawalan kada Yuhane. Ia meminta satpam di sana,agar tidak memberi tahukan keberadaan Bks dan juga istrinya.
Mbok Jum sampai saat Deni akan berangkat. " Mbok tolong jaga istri Bos ya. Saya rasa keluarga Tante Gista pasti penasaran. Dan jangan biarkan Mbak Yuhane keluar dulu untuk sementara waktu. Maslaah kebutuhan kalian berdua nanti mbok kirim saja pesan. Nanti ada orang yang antarkan. Mbok paham.?" Tanya Deni.
Mbok Jum pun mengangguk paham, ia pun berlalu menuju lift. tapi di tarik Deni lagi. " Mbok ikut saya saja dulu ke kantor. sepertinya mbok tadi di ikuti seseorang." Ujar Deni curiga.
Mbok Jum paham. Ia pun berakting." Oh ya Pak. ini tasnya. Apakah boleh saya pulang kampung, karena ada keluarga saya yang sakit." Sei mbok Jum agak keras.
"Boleh. Nanti biar saya yang minta izinkan mbok. Jaga diri ya mbok.kalau begitu mbok naiklah. biar saya antar ke terminal." Dan di anggukkan mbok Jum paham. Untung saja, pakaian Yuhane di Bawa pakai tas, bukan koper.
Deni bisa melihat mobil yang mengikutinya. " Sepertinya mereka masih mengikuti kita mbok. gimana kalau mbok saya ke kantor saja dulu. Nanti saya minta seseorang antarkan mbok ke apartemen. Kita harus bermain cantik mbok." Ujar Deni.
Mbok pun setuju. Mereka langsung ke kantor. Mbok Jum tidak turun. Ia terus saja di mobil sesuai perintah Deni. Kemudian ada seorang laki-laki yang berpakaian rapi naik dan membawa mobil itu kembali.
"Maaf ya mbok. Kita harus putar-putar dulu ke terminal, Ini perintah pak Deni." Mbok mengangguk.
Ada pesan masuk dari Deni. Mbok Jum akhirnya mengikuti alur. Ini pernah terjadi saat menyembunyikan nenek Sri yang waktu itu sakit. Setelah orang tua dan adik Tuan Mudanya Revan meninggal karena kecelakaan pesawat.
Untung saja. Sampai terminal, mobil yang mengikuti mereka hilang. Namun laki-laki tersebut tetap membeli tiket sesuai pesan Bos nya.
Mbok hanya menunggu di mobil. Cukup lama menunggu. Laki-laki tersebut kembali ke mobil. " Yuk mbok. Mbok naik ke Bus tersebut. Nanti di persimpangan jalan depan mbok turun,dengan alasan barang mbok tinggal di rumah. Nanti ada mobil ini yang bawa mbok ke apartemen." Ujar laki-laki tersebut.
Sesuai perintah, mbok Jum mengikutinya. Hingga akhirnya ia sampai juga di apartemen setelah hari agak sore. Sementara Yuhan telah di beri kabar oleh Deni. Kalau mbok Jum agak telat. Nanti tanya saja sama mbok Jum ceritanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments