Semalam suntuk Yuhane tidak bisa tidur, pikiran entah ke mana-mana. Menjelang pagi baru ia terlelap.
Gedoran pintu membangunkannya, dengan mata panda nya ia membuka mata. Memaksa menyeret tubuhnya yang linglung untuk membuka pintu.
"Non. Sebentar lagi orang yang bantu non dandan datang. Jadi non segera mandi ya, pesan Tuan Muda." Ujar mbok Jum tersenyum. Ia sebenarnya ingin bertanya tentang mata gadis tersebut yang terlihat menghitam.
"Baik mbok." Ujarnya lirih, dan kembali masuk dan merebahkan tubuhnya di kasur. Dengkuran halus kembali terdengar pulas.
Revano masuk ke kamar gadis tersebut, karena dari tadi ia lihat gadis tersebut yang tidak membuka matanya saat mbok Jum bicara.
"Eh. Aku yang mandikan atau mandi sendiri.?" Tanya Revano membelai wajah gadis tersebut.
Namun tidak ada gerakkan. Revano tidak hilang akal membangunkan calon istrinya. Yuhane yang masih terlelap tidur tidak menyadari apa yang di lakukan Revano padanya.
Revano naik ke tubuh gadis tersebut dan mendekapnya erat. Mencium lembut bibir gadis tersebut.
"Sayang... Bangun.. Apakah aku yang mandikan kamu.. Atau kita mandi berdua sekalian." Bisik Revano ke telinga gadis tersebut.
Yuhane tersentak kaget. Tubuhnya meremang saat matanya terbuka, ada Bos nya yang sedang mengukung tubuhnya.
"Bos..!" Lirihnya.
Revano tersenyum manis melihat gadis tersebut gugup."Sekarang kamu mandi ya. Atau kamu ingin aku yang mandikan. Atau kita mandi berdua sekalian, aku pilih yang mana.?" Tanya Revano yang nafasnya terdengar oleh Yuhane.
Yuhane berusaha memberontak. Tubuhnya yang kecil, seolah tak mampu menggoyahkan tubuh manusia yang di atas tubuhnya.
"Sa..ya.. Mandi sendiri saja." Jawabnya terbata.
Revano terkekeh." Ok.!! Sebentar lagi perias datang. Dan kamu bersiap-siap cepat. Karena kita mau ke KUA untuk nikah." Revano beranjak keluar kamar.
Yuhane memeluk lututnya. Ia mencoba mencerna perkataan Bos nya tersebut. Ia tersenyum ciut.
"Akhirnya saat itu tiba juga. Sejauh mana aku lari. toh pernikahan tetap aku hadapi, bedanya hanya orang dan tempatnya saja. Sepertinya tak ada jalan lain. Jika aku lari, toh tetap juga ketemu nanti orang yang mau ajak aku nikah. Nasib...." Lirihnya tak mampu mengelak lagi.
Ia pun beranjak ke kamar mandi, di kamar mandi ia sempat was-was kalau mereka sudah nikah. Tidak kemungkinan Bos nya minta jatahnya, Ia bergidik ngeri. Tadi saja tubuhnya meremang.
Dengan cekatan ia menyelesaikan mandinya. Ia tidak mau lagi memikirkan. Yang penting sekarang ia jalani saja dulu.
Pakaian tertata di atas kasur, ia bingung."Kok sudah ada saja pakaian,siapa yang siapkan ya.?" Tanya nya bingung.
Ia pun memakainya. Di atas meja ada sarapan dan susu. Serta kertas kecil. "Sarapan dulu. Aku tidak mau calon istri ku pingsan saat ijab kabul." Notes yang di baca Yuhane pasti dari Bos nya. Pikir gadis tersebut.
Senyum miringnya, tiada tempat mengeluh. Nenek Sri yang dia harapkan satu-satunya orang yang mengerti dirinya. Malah setuju untuk menikah dengan cucunya. Walau terasa berat dengan mata dan pikiran yang buntu, sarapan tersebut habis walau tanpa ada rasa.
Tak lama. Perias datang mendadani dirinya. Satu jam kemudian, ia sudah berubah. disulap oleh orang yang propesional sangat beda ya. Waktu ia akan di nikahkan di kampung ke maren.
Baru saja beberapa hari, ia sudah di hadapkan dua orang yang akan bersedia menikahinya. Ia menertawakan dirinya. Tapi tak mampu lagi bagi dirinya.
"Wah. Mbak cantik sekali. Padahal tidak banyak saya memolesnya. kukira mbak halus dan bersih. Boleh ya mbak saya foto untuk contoh di salon saya.?" Tanya Perias tersebut mengeluarkan handphone bagusnya.
Perias tersebut mengambil beberapa foto. walau terasa aneh dan kesal. Namun ia coba kompromi.
Makasih ya mbak." Ujarnya. Perias tersebut keluar. namun langkahnya terhenti karena Revano sudah berdiri di depan pintu.
"Untuk apa kamu mengambil foto calon istri ku.?" Tanya Revano posesif.
"Eh. Maaf Tuan Muda. Ini untuk model di salon saya." Jawabnya terbata.
Revano mendekati perias tersebut yang berdiri kaku." Coba saya lihat hasilnya." Perias tersebut dengan terpaksa memberikan handphone nya.
Revano melihat dengan seksama." HM! Saya tidak mau wajah calon istri saya kamu jual. Jika kamu mau mengambilnya. Kenapa tidak bersama saya. Karena saya tidak mau orang berpikir gadis ku akan jadi sasaran laki-laki Mata keranjang." ucap tegas Revano.
Yuhane bergidik ngeri. Ia tidak menyangka, hanya dengan foto tersebut,Bos nya semarah itu pada perias. walau ia tidak paham maksud dari Bos nya itu.
"Baik Tuan Muda. Saya akan lakukan."
Revano dengan santai menarik tubuh Yuhane yang masih berdiri bengong. Dan memangku gadis tersebut. Wajah kaget Yuhane malah di manfaatkan Revano untuk mencium bibir gadis tersebut.
Pose tersebut sangat romantis. Perias jadi tersenyum melihat tingkah Tuan Muda yang posesif pada calon istrinya. Dengan berbagai macam pose. Akhirnya selesai.
"Sudahkan. jangan lupa nanti kamu kirim juga hasilnya semua pada saya." Perintah Revano tegas. Dan di anggukannya.
Perias itu pergi keluar,sedangkan Yuhane masih bengong dengan sikap Bosnya yang aneh menurutnya.
"Apakah kamu ingin seperti ini sampai malam. Dan jangan salahkan aku ya, jika nanti aku khilaf." Tegur revano.pada Yuhane yang masih di pangkuan Bosnya.
"Eh. Maaf Bos..." Spontan Yuhane berdiri kikuk. Ia hendak berlari keluar.tangannya di cegat Revano kuat.
"Aku belum selesai bicara. Aku tidak mau calon istri ku panggil Bos. Panggil aku Mas, sayang. Beb. Cinta. Atau yang lainnya." Ujar Revano tersenyum menggoda.
Tubuh Yuhane merinding. Ada apa Bosnya, ia tidak habis pikir dengan pikiran Bosnya tersebut. Tapi ia tidak Bernai membantah, takut akan berakhir tidak menyenangkan baginya.
"Baik. Bos..eh Mas Bos.. Eh.." Ujarnya kalut.
Revano tertawa." Baiklah. Ayok kita keluar. mereka sudah menunggu kita dari tadi." Revano membimbing tangan gadis tersebut, tepatnya menariknya. Karena Yuhane masih dengan wajah cengo nya mengikuti langkah panjang Bos nya yang lebar. Sedangkan langkahnya sedikit berdiri karena gaunnya yang membatasi langkahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments