Memastikan

Revano terus menatap gadis yang telah menolaknya untuk di pinang. Ama ini banyak sekali wanita yang antri untuk bisa hidup dengannya. Tapi gadis ini malah menolaknya.

"Jadi kamu benar-benar menolak ku.?" Tanya Revano memiringkan wajahnya, agar bisa melihat wajah Yuhane yang tertunduk memakan ketoprak tapi yang Revano lihat hanya mengaduk-aduk nya saja.

"Eh.. Bukan begitu Pak Bos. Kan tadi Pak Bos tawarkan saja kerja dan sambil kuliah, apakah nggak bisa itu saja. Kalau untuk nikahan...." Yuhane terasa takut untuk menjawabnya.

"Kenapa!" Hardik Revano dengan suara meninggi.

Yuhane terlonjak kaget dan spontan berdiri. "Ditunda." Jawabnya dengan meletakkan salah satu tangannya di jidat seperti seorang yang sedang hormat pada komandannya.

Kening Revano mengkerut menatap gadis tersebut lemas dan duduk kembali. Seolah siap maraton.

"Kenapa di tunda." Tanya Revano lembut. "Apa kamu ingin aku makin tua bersanding denganmu. Dan aku tidak mau adanya penolakan lagi. Besok kita menikah?" suaranya terdengar lembut berbisik pada gadis tersebut.

Yuhane mengangkat wajahnya dan kaget sekali, karena wajah mereka tidak berjarak sama sekali. Darahnya berdesir hebat sekali, nafas mereka beradu.

Revano menelisik wajah gadis di depannya yang terlihat gugup sekali,Ia terus memindainya seakan mengulitinya. Tubuh Yuhane meremang di tatap begitu.

"Be...Be.besok.?" Tanya Gadis tersebut dengan gugup.

Anggukan mantap dari Revano tidak bisa ditolaknya." Atau aku serahkan pada laki-laki bejat tersebut sekarang juga.!" Ancam Revano lirih, namun mampu membuat bulu kuduk Yuhane berdiri.

"Ba...baik Bos." Jawabnya tak berdaya. Ia tidak ingin menjadi istri dari laki-laki tua yang sudah punya tiga istri. Masih mendingan jadi istri pertama dari laki-laki ganas di depannya.

"Baik apa. Baik akan ku antar atau ku nikahi.?" Selidik Revano lembut. Namun mampu membuat gadis yang periang itu tak berkutik.

Namun bukan Yuhane namanya Jiak ia tidak punya cara untuk membuat dirinya tidak terpojok.

"He..eh. Saya pilih yang kedua aja deh pak Bos." Cengengesan Yuhane menutupi kegugupannya.

Ia sudah pasrah dengan nasibnya. Karena sepertinya menikah itu jalan yang ada di depannya. Kemana pun ia menolak dan menghindar, tetap saja di depannya jalannya menikah. Seperi di depannya ada tulisan kamu harus menikah sekarang.

Revano yang sudah paham maksud dari gadis tersebut. Namun ia tetap ingin memperjelas nya dari pertanyaan nya.

"Jadi. Besok kita akan menikah. Pastikan kamu tidak akan berniat akan melarikan diri menjelang pernikahan kita besok. Sekarang istirahatlah calon istri..." Ujarnya dari melangkah masuk kamarnya meninggalkan gadis tersebut yang melongo.

Tubuh Yuhane merosot ke lantai. Ia terduduk di lantai dengan memeluk kedua kakinya. kepalanya di sandarkan di lututnya.

"Bu.. sepertinya jalanku buntu. Kemana pun aku lari. Tetap saja menikah jalannya. apakah ini namanya nasib. Aku harus gimana Bu, aku bingung,sedih kecewa pada nasibku." Lirih gadis tersebut menangis sesenggukan.

Yuhane tidak menyadari, ada sorot mata yang tajam memperhatikannya dari sela kamarnya. Revano belum menutup pintu kamarnya sempurna. Ia mendengar tangisan Yuhane yang terasa pilu.

"Aku bukan kejam sayang. Hanya saja, kita tidak ada hubungan apapun. Aku takut nanti khilaf karena sering berinteraksi denganmu. Dan tubuhku selalu beraksi saat berdekatan denganmu. Dan aku tidak kuat begini terus,makanya aku memaksa ingin menikahi mu." lirih Revano yang kemudian menutup pintunya rapat. Ia akan ke kamar mandi lagi, menidurkan sesuatu yang bergejolak saat ia mendekati gadis tersebut.

Nenek Sri keluar setelah cucunya benar-benar menutup pintu kamarnya. " Hai cantik. kok duduknya di lantai.?" Tanya Nenek Sri seakan tidak tahu apa-apa.

Yuhane menengadahkan kepalanya menatap ke arah suara yang di depannya. "Eh nenek." Ujar nya lembut menghapus cepat air matanya.

Nenek Sri mengambil tangan gadis tersebut dan menariknya untuk berdiri. " Ikutlah dengan nenek.! Setelah ini kamu bisa ambil keputusan.Ada yang harus kamu ketahui sebelumnya." Nenek Sri pun melangkahkan kakinya yang juga di ikuti Yuhane ke kamar nenek tersebut..

Nenek Sri mengambil sesuatu di sebuah laci mejanya. Dan mengajak Yuhane duduk.

"Duduklah.ada kisah yang nenek ceritakan." Yuhane pun menurut menyelidik sebuah album yang di pegang nenek Sri.

Ada nafas berat yang keluar dari kerongkongan wanita yang sudah di makan usia dan lekang dengan bermacam kehidupan dan persoalannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!