Deni yang mendengarkan sungut Bos terkekeh." Aneh ya Bos. Tapi tetap suka kan Bos." Bisik Deni yang dapat pelototan dari Bosnya.
Deni menangkupkan kedua tangannya ke depan dada menandakan minta maaf. Ia takut nanti bonusnya akan terancam. Seperti ancaman Bos nya sebelumnya, tapi tidak pernah di potong.he..he.
Sementara Nenek Sri yang mendengarkan jawaban Yuhane tertawa." Kamu itu ya benar gadis unik. Sewaktu-waktu bisa nangis eh gak lama langsung tertawa. bisa ya kamu berubah drastis seperti itu.!" Tanya Nenek Sri tertawa.
Yuhane tersenyum menoleh ke Bosnya. "Makasih ya Bos. Ternyata Bos baik deh. Makasih saya di beri kesempatan kuliah. Saya akan lakukan apa saja untuk menebus biaya kuliah saya." Jawabnya sumringah penuh semangat.
"Benarkah. gimana kalau kita menikah. Sebagai balasannya.!" Tanya Revano santai. Seolah permintaannya hanya sekedarnya saja.
Tentu saja ucapan Revano membuat nenek Sri histeris." Mau aja Hane sayang.." Bujuk nenek Sri pada gadis tersebut.
Yuhane yang mendapatkan berita yang dadakan tersebut melotot, ia tidak menyangka permintaan Bos nya itu. Padahal ia kan menghindari pernikahan dengan pilihan ayahnya karena terlilit hutang. Eh masak lari tetap aja mau nikah. Dia jadi bingung sendiri dengan hidupnya. Umurnya kan baru 19 tahun kurang dikit. Kok banyak yang pengen nikahi dia.
Seorang pria mungkin ingin menikahi gadis berdasarkan berbagai faktor seperti cinta, kecocokan, hubungan emosional, nilai-nilai bersama, kepercayaan, komunikasi, dan keinginan untuk komitmen jangka panjang dengannya sebagai pasangan hidup .
Jadi Revano merasakan itu, ia yang hidupnya monoton merasa cocok dengan gadis yang bar-bar, karena semenjak kehadiran Gadis tersebut hidupnya berwarna dan banyak tersenyum. Walau kadang menjengkelkan.
"Bagaimana?" Tanya Revano yang pindah duduk dekat gadis tersebut.!" Bukannya jawab Yuhane makin bengong seperti kerbau yang di cocok hidungnya.
Nenek Sri yang gemes. Mencubit pipi gadis tersebut yang duduk di sebelahnya lagi.
"Eh. Nenek! Sakit nek." Ujar gadis itu manyun.
"He.he..he. Makanya jawab. Mau nggak kamu kalau jadi istrinya cucunya nenek tuh.!" Tunjuk nenek Sri dengan mulutnya ke Revano.
Yuhane gadis yang bar-bar dan selalu ceria tentu saja ia tertawa."He..he.. Pak Bos. Kalau becanda mah jangan begitu. Nggak enak tuh sama. Nenek dan pak Asisten." Ujarnya cengengesan.
Tentu saja Revano meradang mendengar jawaban gadis tersebut." Siapa yang becanda. Emang terlihat dari wajah saya kalau sedang becanda. Saya akan izinkan kamu kuliah dengan syarat kamu nikah dengan saya. Dan kamu boleh pilih. Mau di antar ke pak Jali-jalil itu. Atau nikah sama saya." Ujarnya dingin. karena merasa harga dirinya terinjak oleh gadis tersebut.
Yuhane ketakutan sekali mendengar di ancam begitu. Nenek Sri menahan tawanya. Karena ia tahu cucunya hanya menggertak agar gadis tersebut mau.
Deni pura-pura pamit ke kamar kecil. Melihat wajah Bosnya yang merah padam karena di tolak gadis kecil tersebut. Padahal sangat banyak gadis cantik dan kaya yang mau jadi pendamping hidupnya. Tapi selalu di tolaknya.
"Eh..kok .. Eh. Jangan Pak Bos. Saya nggak mau di antar ke Jalil itu..." Jawabnya gugup.
Ia baru saja Merasakan kebahagiaan karena terlepas dari orang yang sudah punya istri tiga itu. Udahlah hitam gendut lagi. masak ia mau dengan laki-laki seperti itu. Ia merasa negeri sendiri.
"Berarti kamu mau nikah sama saya.!" Selidik Revano yang merasa senang dalam hati, namun ia sembunyikan.
"Tapi.. Eh.. Saya kan masih kecil Pak Bos. Saya belum ngerti tentang bagaimana jadi istri. Beri saya waktu ya Pak Bos. Lagian Pak Bos kok maunya jadikan saya istri. Jadi asisten bapak saja udah cukup... Nah bapak bisa nikah dengan gadis-gadis cantik dan kaya di luar sana. Pasti banyak yang mau deh. Ya kan Nek.?" Tanya Gadis tersebut yang kembali bersikap konyol.
Nenek Sri pun mengangguk." Banyak yang mau. Tapi selalu di tolaknya. Hingga nggak sadar umurnya sudah tuwir." Ujar nenek Sri mencairkan suasana.
Yuhane dan nenek Sri tertawa. Deni sudah kembali setelah melepaskan tawanya di kamar mandi. walau Tidak lepas. Namun saat ia baru saja merasa baik lagi. Malah kembali tertawa mendengar jawaban nenek Sri. Tawanya memuncak. karena dari tadi di tahan.
"Apakah kamu sudah puas tertawa.!" Sindir Revano menatap Deni.
Deni bagaikan radio yang langsung di matikan tawanya. Ia takut di ancam sama Bosnya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments