Maaf ya episode sebelumnya di perbaiki dan di setor Kembali, banyak typo nya. Dan lupa koreksi.
*****
Revano pun akhirnya kembali ke ruangan keluarga di mana nenek dan Deni berada. " Loh.. Mana bakwannya nduk.?" Tanya Nenek Sri pada cucunya.
"Ntar lagi di antar nek." Jawaban Revano dan mengambil handphone. Menyibukkan diri agar Deni tidak terlalu curiga. Sebab tatapan matanya dapat di lihat Revano.
"Den. Kamu atur kerjaan Yuhane sebagai asisten pribadiku. agar kerjaan sepele mu. Seperti mengatur waktu kerja dan mengatur makananku dan pekerjaan ringan lainnya, bisa dia yang bandel. Jadi kerjaan kamu lebih banyak ke hal besar saja. seperti menyiapkan dokumen penting, seperti laporan, presentasi, dan sebagainya. Mengurus semua hal yang berkaitan dengan administrasi. Mengorganisir dan merencanakan pertemuan. Membuat notulen rapat." Ujar Revano panjang lebar.
Asisten Pribadi CEO memberikan dukungan administratif yang dipersonalisasi secara profesional, menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan agenda eksekutif, komunikasi, dan operasi harian, memastikan efisiensi dan kerahasiaan.
"Apakah Bos tidak percaya sama saya lagi.?' Tanya Deni salah paham.
Tentu saja Revano kaget dengan pertanyaan Deni yang aneh. " Eh.. Kamu sudah berapa lama bekerja dengan saya. Ah..!" Bentak Revano kesal.
"Sudah 8 Tahun lebih Bos." Jawab Deni gugup.
"Nah. Itu bukan waktu yang singkat. Saya itu membagi tugasmu agar tidak terlalu lelah, dan punya waktu istirahat dan punya privasi lainnya. Umur kita tidak lagi muda. Kamu juga butuh pendamping hidup kan.?" Tanya Revano intens.
Deni pun mengangguk, ia salah paham pada Bosnya. " Baik Bos. Saya akan bagi apa saja yang akan di lakukan Yuhane." Jawab Deni mantap.
Yuhane yang baru datang mengantar bakwan. Merasa kaget namanya di sebut. Ia menatap Pak Bos dan Asisten Bosnya dengan bingung.
Nenek Sri yang dari hanya diam, langsung saja semangat melihat Yuhane bawa bakwan
ke hadapan mereka.
"Wah.. Harum.. pasti enak." Ujarnya berseru mengambil salah satu gorengan namun di halangi Yuhane.
"Maaf Nek. ini agak panas, saya ambilkan buat nenek ya. Nenek mau pakai kuah atau cabe rawit.?" Tanya Yuhane yang cekatan mengambilkan buat nenek Sri.
"Pakai kuah. Kayaknya enak." Seru wanita tersebut tersenyum.
Yuhane menyerahkan Porong kecil yang berisi bakwan pada nenek Sri. Wanita tersebut menikmatinya sambil memejamkan mata.
"Kok rasanya beda ya. Kuahnya juga." Ujar nenek Sri yang menikmati bakwannya. Revano menunggu diambilkan Yuhane juga belum paham.
Revano mencoba batuk kecil agar di perhatikan. "Uhuk-uhuk.." Batuknya. Namun Yuhane yang tidak peka hanya duduk santai melihat nenek Sri yang bahagia menikmati masakannya.
"Yuhane. Pak Bos kok nggak di ambilkan juga seperti Nyonya." Tegur Deni.
Yuhane menoleh cengengesan." Maaf Pak Bos. Pak sama dengan nenek.?" Tanyanya namun Revano hanya diam acuh membalas ke acuhan Yuhane. Tentu saja Nenek Sri dan Denis tersenyum manis melihat kedua orang tersebut. Yang satu ingin di perhatikan sedangkan yang satu tidak paham karena kepolosannya.
Karena tidak ada jawaban, akhirnya Yuhane mengambilkan sperti nenek Sri,namun di tambahkan cabe rawit. Dan menyodorkan pada Bos dan juga Deni.
"Ini buat Pak Bos dan Lak Asisten juga." Ujarnya dan hendak berlalu kembali ke dapur. Karena pekerjaannya belum selesai di belakang.
"Apa kamu mau bunuh aku. Kok di kasih rawit lagi." Tegurnya agak kepedasan termakan rawit yang tersembunyi di bawah bakwan. Bibirnya merah membengkak karena kepedasan.
Bukannya takut,Yuhane malah tertawa melihat bibir Bos nya yang sudah membengkak.
"Bibir pak Bks seksi deh." Pujinya ala kadarnya. Namun ucapannya mampu membuat Revano tersedak.
"Uhuk.......uhuk..." Revano benar-benar tersedak. sampai rasa kuah masuk ke hidungnya. Dengan cekatan Yuhane mengambilkan air minum untuk Bosnya.
"Hati-hati Bos makannya. Nggak usah keburu nggak akan habis sama Bos sendiri. Masih banyak di belakang." Ujarnya menggosok punggung Bosnya meredakan rasa sakit.
Perlakuan Yuhane malah membuat telinganya merah. Bukan hanya bibirnya saja yang merah, tapi telinganya juga karena merasa malu dan juga ada desiran aneh menyerang jantungnya.
Kedua orang yang sedang makanan di sana, cuek Seolah tidak melihat adegan mereka. Tak lama rasa sakit di dadanya hilang.
Ia dengan santai memakan bakwan tersebut kembali tanpa menoleh mereka yang melihat nya heran.
"Oh ya. Saya lanjutkan dulu kerjaan saya." Ujar Yuhane yang baru ingat bakwannya belum selesai.
"Sudah! Kamu duduk. Biar Bik Atun yang selesaikan." perintah Revano tegas.
Yuhane pun pasrah,dan duduk di sebelah nenek Sri yang masih menikmati bakwannya. "Mulai besok kamu jadi asisten pribadi saya." Perintah tegas Revano.
"Loh. Kan sudah ada Pak Deni Asisten Pak Bos." Seru Yuhane bingung.
"Deni akan kerja mengurus yang lain. Dan tugas kamu itu membantu Deni mengingatkan saya jadwal yang akan di kerjakan sejam sebelumnya,. serta mengatur makanan saya selama kerja dan keperluan lain yang mendesak." Jelas Revano tak memperdulikan raut Yuhane yang bingung.
"Itu kan tugas sekretaris anda Pak Bos." Sanggah Yuhane yang masih menolak.
"Kenapa kamu menolak. apakah kamu mau menikah dengan Di Jalil itu. Apa kamu tidak ingin kuliah. kamu kan bisa ambil kuliah hari Sabtu Minggu." Revano sudah tahu data gadis tersebut. Kalau Yuhane adalah siswa berprestasi dari SD sampai SMA. Hanya karena tidak ada dana makanya ia tidak bisa kuliah. padahal ia dapat beasiswa.
Mendengar cerita Revano,air mata Yuhane keluar,ia menangis tersedu-sedu. Tentu saja semuanya heran.
"Eh. Sayang.. Jangan nangis, kalau kamu tidak setuju. Temani nenek saja di rumah." Hibur nenek Sri.
"Uu..uu.. bukan begitu Nek. Dari dulu aku mau kuliah nek. Jadi nangis aku ini bukan sedih dan tidak mau, tapi merasa terharu." Ujarnya di sela tangisnya.
Revano yang tadinya merasa bersalah malah geleng- geleng kepala dibuatnya. " Gadis aneh." Sungutnya yang masih didengar Deni yang duduk di sampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments