Ulah Nenek Sri

Nenek Sri pun memesan motor metik tanpa sepengetahuan Yuhane. Saat gadis tersebut menerima telpon dari seseorang.

"Ya Ayah. Nanti sore saya akan pulang." Jawabnya akhirnya setelah mendengar Omelan ayahnya yang panjang lebar.

Nenek Sri melihat perubahan wajah gadis tersebut yang tadinya ceria langsung berubah sedih setelah menerima telpon.

"Kok sedih. apa yang terjadi.?" Tanya Nenek Sri lembut.

Yuhane terdiam. Matanya berembun, Nenek Sri tidak tahu apa yang terjadi pada gadis tersebut. Ia pun memeluknya.

"Cerita lah. Mana tahu nenek bisa bantu." Ujar Nenek Sri lembut.

Walau awalnya terasa sungkan namun akhirnya ia menceritakan kehidupannya akhir-akhir ini. sampai Ayahnya membuat perjanjian setahu yang lalu untuk menikah dengan orang yang bukan ia cintai. Untuk menebus hutang Ayahnya operasi ibu nya.

Nenek Sri pun membelai wajah gadis tersebut. "Nenek tidak tahu bagaimana penderitaan mu. Dan nenek tidak punya anak atau pun cucu perempuan. Mulai sekarang kamu tinggal rumah nenek ya. nenek kesepian sendiri di rumah. Kalau masalah hutang ayah mu biar nanti Revano yang urus." Ujar Nenek Sri yang merasa tidak tega dengan gadis cantik tersebut. Ia tidak habis pikir ada seorang ayah yang menjual anaknya demi uang, Walau pun itu untuk mengobati istrinya. tapi setidaknya ia harus berbicara dulu dengan anaknya,agar tidak merasa di jual oleh ayahnya.

Yuhane pun mengangguk pasrah. Ia memang benar takut pulang. takut nanti di pingit sampai hari pernikahan yang telah di sepakati ayah dengan laki-laki yang sudah berumur dengan tiga istri.

Setelah berbelanja ini itu, nenek Sri pun mengajak Yuhane untuk pulang ke rumahnya. Ia hendak menghubungi cucunya. Namun handphone Yuhane berbunyi yang panggilan dari Deni. Nenek Sri meminta Handphone tersebut.

"Halo Pak Asisten ganteng..he.he.." Ledek Nenek Sri. Deni yang mendengarkan suara Nenek Sri merasa malu.

"Eh. Nyonya. Apakah Nyonya sudah selesai. Bis bertanya." Ucap Deni malu.

"Sudah. Bilang sama Vano. Kalau kami langsung pulang ke rumah. Jika Dia mau boleh nyusul." Ujar nenek Sri dan memutuskan hubungan.

Deni yang merasa tersindir pun merasa tidak enak. Maksud hatinya hanya untuk bercanda dengan gadis tersebut. Tapi siapa sangka di ketahui nyonya besarnya.

"Baik nyonya." Deni pun menyampaikan pada Bosnya. Revano pun sudah menduga, kalau begini akhirnya. Neneknya kalau sudah menyukai pasti akan di ajak ke rumahnya nginap dn melihat karakter gadis tersebut.

"Ya udah. nanti siap meeting saya langsung pulang ke rumah nenek." Ujar Revano yang di anggukan Deni.

Sorenya, setelah meeting Revano un ung di antar Deni ke rumah utama.

Sementara Yuhane baru saja selesai mandi. Wajahnya tambah cantik dengan pakaian piyama karakter tersebut. Terlihat masih imut dan menggemaskan.

"Wah. cantiknya. Sni duduk dekat nenek." Ajak Nenek Sri. Yuhane pun duduk di sebelah Nenek Sri yang sedang menikmati kripik sambil menonton acara sore itu.

"Gimana? Kamu betah nggak tinggal di sini.?" Tanya Nenek Sri ingin tahu.

Yuhane terdiam, ia tampak berpikir. " Senang sih nek. namun bagaimana dengan ayah ya. Apakah Abang dan kakak iparku mau mengurus ayah." Ujarnya sedih.

"Ya udah. Untuk sementara kamu di sini aja dulu. Sampai waktu pernikahan kamu terlewat jauh. Baru kita ke sana melihat situasi." Tawar nenen Sri dan dia anggukkan Yuhane.

Rencana yang baru masuk bersama Deni tentu saja tidak terima." Kenapa nenek sampai menahan dia tinggal di sini. Kan ia mau menikah dengan orang kaya di kampungnya. Tapi jadi istri ke empat sih." Sindir Revano.

Yuhane hendak menjawab." Ya udah. Kalau begitu. Deni. Kamu antar Yuhane pulang ke rumahnya." Perintah Nenek Sri menguji cucunya.

Yuhane melototkan matanya. Revano tampak panik. mulutnya berkata begitu, tapi hatinya tidak terima. Ia baru saja merasa bahagia dengan kehadiran gadis yang aneh menurutnya.

"Eh. kenapa nenek suruh Deni yang antar,Deni ada perlu dengan saya, biar saja sopir saja." Ujar Revano menutupi perasaannya.

Deni yang merasa di kambing hitamkan merasa delema. Nyonya besarnya menyuruhnya sedangkan Bosnya melarang.

Ia garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

" Ya udah. Nenek minta Sopir yang antar." Seru nenek Sri yang masih bersikeras.

Yuhane yang tidak nyaman melihat situasi yang canggung ini. Ia pun menjawab. " Maaf Nek. Bos.. biar saya pulang sendiri saja. Saya masih ingat kok jalan pulang." Ujar gadis tersebut beranjak mengambil tas kecilnya ke kamar yang di sediakan nenek Sri tadi.

Revano mengejarnya dan menyusul ke kamar. "Baiknya kamu tinggal saja di sini dulu sesuai maunya nenek. Dan kamu boleh ambil cuti, temani nenek dulu di rumah." Revano pun hendak keluar. Ia sudah mencoba membukanya namun tidak bisa. .

Ia hendak menelpon, tapi handphone Deni tinggal di meja. Akhirnya ia menggendong pintu namun tidak ada jawaban. Yuhane duduk termangu dengan semuanya.

"Apakah kita sekamar malam ini Bos.?" Tanya Yuhane polos.

"Ini mau kamu kan.!" Sindir Revano.

Yuhane menunduk dan menggelengkan kepalanya. Ia saja Tidak tahu kalau akhirnya terkunci berdua dengan bosnya yang kayak beruang kutub, dingin kayak es.

Malam itu akhirnya mereka tidur sekamar. tapi tidak satu ranjang. Yuhane tidur di sofa dan Revano yang tidur di ranjang.

Paginya Nenek Sri membuka pintu tersebut pelan. Alangkah kagetnya dia melihat mereka tidur terpisah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!