Gadis aneh

Mereka sampai di sebuah apartemen mewah. Yuhane kagum melihat apartemen mewah yang biasanya ia lihat dari jauh. Sekarang ia memasukinya.

Revano pun memerintahkan Deni untuk menginap juga di rumahnya. Takutnya nanti timbulnya fitnah. Dengan pasrah Deni pun mengikuti bosnya menaiki life.

Mereka memasuki apartemen mewah tersebut, Yuhane terpaku di depan pintu. Revano yang melihat memerintahkan Deni menutup pintu.

"Mbak. Yuk masuk. Kita nginap di sini dulu." Ajak Deni. Dengan ragu Yuhane masuk. Ia menarik nafas dalam-dalam.

"Di sini ada kamar satu lagi. Terserah. Apakah kalian tidur sekamar atau bagaimana, kalian saja buat kesepakatan." Acuh Revano dan berlalu meninggalkan keduanya yang bengong mendengarkan ucapan bosnya barusan.

Mereka berdua pun saling pandang." He..eh.. Maaf Pak Deni. bapak silahkan tidur di dalam, biar saya di sofa ini saja. Ini sudah lebih cukup bagi saya." Ujar Yuhane dan meraba sofa yang empuk dan besar itu.

Deni pun menggelengkan kepalanya." Sebaiknya mbak saja yang di kamar. Biar saya saja yang di sofa. Saya laki-laki, jadi tidak apa saya tidur di luar, tapi izinkan saya untuk bersihkan diri dulu sebentar. Dan mbak tunggu di sini dulu." Yuhane pun akhirnya setuju. Deni pun masuk ke kamar yang biasa ia tempati saat Bosnya ajak lembur.

Yuhane memasuki kamar setelah Deni bersih-bersih dan mengganti baju kerjanya dengan pakaian santai. Ia melihat kamar yang mewah penuh kagum.

"Orang kaya mah emang edan. Kita aja untuk makan saja susah. Untuk berobat saja sampai menjual anaknya. Oh sungguh miris hidupku." Desah Yuhane.

"Kenapa kamu mau di jual.!" Seru orang yang ada di belakangnya. Yuhane kaget sekali.. Ia mantap bosnya yang sudah rapi dengan piyamanya.

Yuhane tersenyum kikuk. Bosnya tersebut seperti hantu baginya, datang tiba-tiba saja. Di saat ia bicara sendiri. Tiba-tiba saja sudah ada di sampingnya.

"Eh.. Tuan.. Mau gimana lagi Tuan.. Nggak ada yang mau di jual lagi, makanya di jual saja anaknya. Biar bisa ganti rugi mungkin." Jawab Yuhane asal.

Ia tidak mungkin cerita masalah hidupnya kada Bosnya tersebut. Revano mengerutkan keningnya.

"Ha..ha. Kamu lucu juga. Mandilah dulu.. nanti kita makan. Ini baju piyama gantilah." Revano menyerahkan.

Yuhane menerima piyama cewek warna pink. "Wah..Tidak apa ya Tuan saya pakai baju kekasihnya.?" Tanya Yuhane cengengesan.

Revano menatap gadis yang ada di depannya tertawa. Berkelebat wajah yang tak asing baginya. Di saat gadis tersebut tertawa.

Ia pun berlalu meninggalkan gadis tersebut yang masih tertawa. Deni yang melihatnya hanya tersenyum saja.

"Mirip non Gendis ya Bos." Ujar Deni yang masih sibuk dengan kerjaan masak Makana yang cepat saji. .

Namun tidak lama. Bunyi bel apartemen mewah tersebut berbunyi. "Baiknya kamu terima saja, dan susun di meja." Perintah Revano dan duduk di sofa menonton televisi.

Deni pun mematikan kompor. Ia pun membukakan pintu. Yang ternyata pesanan dadi Bosnya.

Deni pun menyusunnya di meja makan. Yuhane pun keluar dari kamar tamu. Kedua laki-laki tersebut terpaku melihat wajah cantik yang sudah segar setelah mandi dengan balutan piyama pink.

"Cantik.." Ujar keduanya bersamaan tanpa sadar.

"Makasih Tuan Bos. Bajunya bagus. walau agak kegedean dikit.he.he.." Ujar gadis tersebut yang tidak sadar dengan tatapan dia laki-laki matang tersebut.

"Oh.. Nggak apa. Ya udah kita makan dulu. Baru istirahat." Seru Revano cepat menyadari dirinya yang sempat terpesona tadi.

Deni pun membuka kursi buat Bosnya. Untuk menghilangkan rasa gugupnya. Namun ia tidak berani menatap, karena ia melihat Bosnya yang perhatian pada gadis tersebut.

Mereka pun menikmati makanan tersebut,Yuhane terus saja bercerita apa saja yang membuat Deni yang kadang tertawa lepas. Revano hanya tersenyum menikmati makan sambil memandang gadis tersebut.

"Jadi.. Kalian kira saya sudah setua itu.?" Tanya Revano sinis.

"Eh. Bukan begitu Tuan Bos. Kami kan tidak pernah bertemu, wajar kan kalau kami berekspektasi demikian. makanya Tuan Bos sekali-kali adakan pertemuan. Biar semua karyawan baik tinggi maupun rendahan seperti saya ini. saya saja bagai mimpi ketemu dan nginap di apartemen Tuan Bos yang mewah ini." Ucap Yuhane kagum.

Revano dan Deni pun mengangguk. " Baiklah Deni. Kamu atur waktunya." Perintah Revano pada asistennya.

"Apakah kita perlu adakan acara Bos.?" Tanya Deni yang bingung.

"Wah. Ide bagus Pak Deni. Mungkin bisa adakan Iven apa gitu. Seperti acara bebas yang mana diadakan di sebuah tempat dan nanti di adakan berbagai acara ringan untuk kekompakan karyawan serta di beri suprise, seperti hadiah kecil- kecilan gitu Tuan Bos." Usul Yuhane semangat.

Kedua laki-laki tersebut mengangguk kepala. "Ide bagus. Pas kebetulan sekali Minggu depan ulang tahun perusahaan. Jadi kita bisa adakan ini Bos." Seru Deni yang baru ingat.

"Baiklah. Kamu atur saja berdua. Pilih tempat dan temanya. serta hadiah macam apa yang di butuhkan karyawan. Kamu bantu ya." Tunjuk Revano pada Yuhane. .

Yuhane menunjuk dirinya. " Saya Tuan Bos. Eh.. Tuan Bos kan banyak karyawan yang lebih kompeten. Saya ini hanya OB, takutnya nanti malah banyak yang marah." Ujar Yuhane sungkan.

Revano tidak suka penolakan. Deni yang tahu itu menendang kaki Yuhane." Aduh..! Kenapa kaki saya bapak tendang. Sakit loh pak." kesal Yuhane meringis. memegang kakinya yang sedikit nyeri di tendang laki-laki yang ada di sampingnya.

"Eh. Jangan bergelut di depanku. Oh ya. Kamu kan yang punya ide. Dan saya ingin kamu bukan hanya berikan ide tapi juga berikan solusinya dan mengaturnya juga sampai selesai. Titik..!" Perintah Revano dan pindah ke sofa melanjutkan kerjaannya yang tadi masih terbengkalai.

Yuhane merosot kan tubuhnya ke lantai. Deni yang melihatnya terkekeh. " Gadis lucu dan unik. Pantas saja Bos tertarik " Lirihnya.

Ia pun pindah ke tempat Bos nya duduk. Ia pun mengambil letopnya dan mengetik sesuatu. Tak lama menyerahkan pada Bosnya yang juga sibuk kerja.

Sedangkan Yuhane membersihkan meja bekas makan mereka. Masih banyak sisanya bahkan ada makanan yang masih utuh dan belum tersentuh.

"Maaf Tuan Bos. makanan ini saya taruh di mana.?" Tanya Yuhane agak berseru.

Deni dan Revano menoleh. Deni beranjak berdiri mendekati gadis tersebut." Kamu tarik di kulkas ini dulu. Besok pagi biar bisa di hangatkan lagi." Ujar Deni membuka sebuah dinding yang ternyata kulkas.

Yuhane melongo. Mulutnya sampai kebuka begitu." Nanti lalat masuk." Ledek Dani mengetuk kening gadis tersebut.

Yuhane menggosok keningnya yang terasa perih. " Perasaan Pak Deni dari tadi KDRT pada saya. Nanti saya ajukan ke Komnas HAM." Seru Yuhane.

Revano geleng-geleng kepala melihat kedua anak buahnya yang dari tadi selalu heboh. Dia bukannya melerai malah menikmatinya keseruan tersebut.

Hidupnya yang selama ini yang selalu monoton. Kerja dan kerja tanpa ada candaan. Namun saat kehadiran gadis tersebut di depannya. malah jadi berwarna.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!