Bersanding Bukan Karena Cinta

Bersanding Bukan Karena Cinta

Hujan Turun

Hujan turun di sore hari ini, Yuhane berencana pulang dengan sepeda buntutnya. Namun karena lupa bawa mantelnya. Ia sedikit terhalang untuk pulang dan berhenti di sebuah halte bus. Awalnya di sana banyak orang yang berteduh. Petir menyambar membuat suasana sore itu makin mencekam dan dingin.

Dari kemarin,Yuhane masih kurang sehat setelah kepergian ibunya. Ditambah lagi pikirannya yang terus menghantui. Perjanjian Ayahnya selalu membuatnya tidak fokus kerja hari ini. Ia sering melamun dan menangis tertahan.

Suara hujan yang deras menghilangkan tangis Yuhane. Bus berhenti di depan mereka. Semua orang pun naik, tinggal Yuhane sendiri dengan sepedanya.

Yuhane memandang langit yang kelam, hatinya makin teriris mengingat hidupnya yang kelam lengkap dengan penderita.

"Bu. Kenapa tidak kau bawa saja aku sertamu. Aku tak sanggup Bu. Ayah telah menjual ku Bu. Dengan laki-laki yang tidak aku cintai. Laki-laki yang telah punya tiga istri. Bu... Kenapa Tuhan memberikan aku cobaan begini. Ayah membuat perjanjian dengan orang yang bukan aku cinta Bu. Minggu depan kami akan menikah sesuai perjanjian itu Bu. Apa yang harus aku lakukan.." jerit Yuhane di tengah derasnya hujan.

Ia tidak sadar ada seorang laki-laki yang juga baru datang, berdiri di belakangnya. awalnya ia menatap aneh pada Yuhane, namun setelah mendengar tangisan dan cerita gadis tersebut. Laki-laki tersebut pun kaget. Ia memandang pakaian gadis yang mirip dengan salah satu OB di perusahaannya.

"Ayah. Dimana letak sayang mu dulu. Aku masih anakmu Yah. kenapa ayah jual aku.. Ibu.. Bawa aku besertamu. Dimana arwahmu Bu.. Bawa aku bu....Hi..hi.." Tangis Yuhane mencekam hari yang beranjak malam.

Tiba-tiba datang sebuah mobil mewah, berhenti di depan mereka. Yuhane terdiam, ia seolah sedang berfikir negatif. apakah ia akan di culik.

"Apakah kamu masih mau menangis, atau ikut saya.?" Tanya seseorang yang ada di sampingnya. Yuhane kaget sekali.. Ia tidak sadar kalau ada orang.

"Apakah Tuan dari tadi di sini.?" Tanya Yuhane malu."

Laki-laki itu hanya mengangguk. Yuhane tertunduk sejenak. kemudian ia sadar laki-laki di sampingnya setelah seseorang yang berdiri di depan mereka membawa dua buah payung.

"Tuan.!" Serunya pada laki-laki tersebut.

Yuhane menatap kembali laki-laki yang di sampingnya. matanya melotot. Ternyata Bos tempatnya bekerja. Ia menundukkan wajahnya karena takut bercampur malu.

"Tinggalkan saja sepedamu di sana. Biar nanti ada yang mengambilnya. Sebaiknya kamu ikut saya saja." Perintahnya pada Yuhane yang masih mematung.

Yuhane merasa ragu dengan ucapan bos nya. Karena ia merasa tidak pantas masuk ke mobil mewah tersebut, namun laki-laki yang menyerahkan payung tadi adalah asistennya.

"Sini mbak." Ajak asisten tersebut pada Yuhane. Yuhane pun akhirnya naik dan menatap sepedanya.

"Jika sepedamu hilang. Nanti saya ganti yang lebih bagus. Naiklah cepat." Tegas Bos Yuhane yang bernama Revano Aditama.

Yuhane pasrah, ia naik ke mobil yang belum pernah ia mimpikan. Ia sangat takjub dengan suasana mobil yang mewah tersebut. Yuhane duduk di sebelah bosnya dengan kikuk.

"Terimakasih Tuan. Pak Deni nanti turunkan saya di perempatan jalan besar depan toserba." Ujar Yuhane sungkan.

Deni yang duduk di belakang kemudi menatap Bosnya yang duduk sebelah Yuhane lewat kaca dasbor. Revano pun menggelengkan kepalanya. Tanda ia tidak setuju.

"Baiknya ini kamu ikut saya. Saya takut kamu akan bunuh diri karena kalut. Jadi saya akan repot lagi cari karyawan lagi" Jawaban Revano tersebut mengagetkan Yuhane.

Yuhane mencoba menetralkan pikirannya. " Maaf Tuan.. Saya takut nanti ada yang marah kalau saya ikut ke rumah Tuan. Baiknya saya pulang saja.saya tidak akan bunuh diri Seperti tuduhan Tuan." Yuhane terus saja komentar. Tapa ia sadari kalau tempat ia sebutkan tadi terlewat cukup jauh.

Ia melihat keluar dan kaget." Lok Pak Deni. saya mau turun di sini saja." Namun Revano menggeleng. Deni pun melakukan mobilnya.

"Maaf mbak. Minta izin sama Tuan Revan saja." Jawaban Deni yang tidak mau melanggar perintah bos nya.

Yuhane kembali menatap bosnya. " Tuan.. Izinkan saya turun ya." Mohon Yuhane menangkupkan kedua tangannya.

"Apakah kamu akan di nikahkan hari ini. Hingga kamu memaksa turun, lihat hujan begitu lebatnya. apa kamu yakin akan turun sedangkan rumah kamu sudah jauh terlewat. Jangan bilang kamu akan bunuh diri di jembatan ini.." Sindir Revano.

Mereka baru saja melewati jembatan yang cukup panjang. Yuhane kaget dengan pemikiran bosnya yang aneh menurutnya. Ia tidak sadar.. Karena ucapannya tadi lah makanya Revano berasumsi begitu. Mobil terus menjauh. Yuhane akhirnya pasrah..

"Terserah Tuan saja." Jawabnya pasrah.

Revano pun menatap gadis di sampingnya. Kemudian ia kembali fokus dengan letopnya yang dari tadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!