Menjadi pusat perhatian

Mobil yang membawa Devan dan Delia sudah sampai di depan sebuah rumah mewah. Begitu Delia turun, ia nampak takjub dengan bangunan rumah itu. Pikirnya rumah Devan adalah yang paling mewah, tapi rumah di depannya sekarang bahkan jauh lebih mewah. Entah bagaimana menggambarkannya.

"Ayo," ucap Devan sambil melirik ke arah tangannya yang sudah siap menyambut tangan Delia.

"Apa?" tanya Delia yang tidak tahu dengan maksud Devan, padahal pria itu jelas-jelas sudah melipat satu tangannya di pinggang.

"Apa mungkin aku membiarkanmu masuk sendiri di rumah orang yang kamu nggak kenal," jawab Devan.

Dengan terpaksa Delia melingkarkan tangannya di lengan Devan. Ada perasaan gugup yang menyerang Delia, apalagi ia harus berbicara di depan banyak orang yang tidak ia kenal.

Begitu mereka masuk, sudah banyak tamu undangan yang datang. Diantara mereka bahkan ada beberapa tamu yang tampak berasal dari luar negeri.

Dengan percaya diri Devan tampak menyapa para tamu dengan senyum manisnya sambil menggandeng tangan Delia.

Untuk sesaat kedatangan Devan sudah menjadi pusat perhatian, tapi perhatian mereka sebenarnya lebih tertuju pada Delia. Apalagi setelah isu pernikahannya, mereka mulai berpikir jika Delia adalah istrinya.

"Apakah itu istrinya Devan? Aku rasa mereka sangatlah serasi," ucap salah satu tamu wanita.

"Bukankah istrinya adalah Monic. Bahkan kabar pernikahan mereka sudah tersebar di seluruh berita," sahut yang lain dengan suara pelan.

Delia yang sadar sedang dibicarakan mulai gelisah. Ia terus menunduk untuk menyembunyikan wajahnya.

"Van mereka ngomongin kita," bisik Delia memberanikan diri untuk mengadu pada Devan.

"Tidak perlu mendengarkan ucapan mereka, cukup jalan lurus ke depan dan jangan lupa untuk selalu tersenyum."

Devan menghentikan langkahnya begitu ia sudah berdiri di hadapan Liliana dan juga Thomas. Delia yang terkejut pun segera mendongak menatap sepasangan suami istri yang juga sedang menatapnya.

"Kamu pasti Delia, cantik sekali. Perkenalkan saya Liliana, kamu bisa panggil saya tante dan ini Om Thomas," sapa Liliana yang sejak awal tatapannya langsung tertuju ke arah Delia.

"Delia tante.. Om," Delia menyunggingkan senyumnya sambil menjabat tangan mereka.

"Selamat ulang taun tante, ini ada hadiah kecil dari Devan dan Delia, semoga tante suka," ucap Devan sambil menyerahkan bingkisan sedang.

"Karena kalian sudah datang bagaimana kalau acaranya kita mulai sekarang," ucap Thomas usai melirik jam tangannya.

Waktu sudah semakin malam dan para tamu undangan juga sudah hadir, kini waktunya Delia untuk mengambil alih acara itu.

Setelah mengumpulkan keberaniannya, kini Delia sudah melangkah ke depan. Bahkan sebelum ia sempat membuka suara, penampilannya yang cukup memukau sudah mencuri perhatian seluruh orang yang hadir disana.

"Selamat malam para hadirin yang terhormat. Senang sekali saya Adelia bisa berdiri disini menyapa kalian yang sudah hadir untuk merayakan ulang tahun Ibu Liliana yang ke 52 tahun."

Saat Delia mulai berbicara, tentu tak luput dari pandangan Devan. Pria itu memilih menepi sendirian agar fokus terhadap Delia, namun tiba-tiba Tara menghampirinya.

"Istri lo cakep juga ya, boleh lah buat gue kalau lo udah nggak butuh," goda Tara.

Ucapan Tara yang sembarangan itu langsung mendapat lirikan tajam dari Devan. "Mulutmu ya Tar, kalau sampai orang denger gimana?!"

"Gue udah pelan ini bro."

Rupanya orang disekeliling Devan nampak setuju dengan pendapat Tara, mereka terus memuji Delia.

"Kira-kira itu cewek udah punya pacar belum ya, kalau dilihat-lihat cantik juga," ucap seorang pria yang berdiri di belakang Devan.

"Kamu benar, ini pertama kalinya aku liat dia dan aku langsung jatuh hati sama dia."

Devan yang mendengar itu pun semakin geram. Ia bahkan sudah meminum habis wine-nya hanya dalam sekali tegukan.

"Santai bro. Lo denger sendiri kan, yang mau sama Delia rupanya bukan cuma gue, tapi mereka-mereka juga sadar akan kecantikan istri lo."

Ucapan Tara yang semakin membuat telinga Devan panas, membuatnya memilih untuk meninggalkan acara itu. Meski Devan sudah minum beberapa gelas wine, tapi ia masih bisa berjalan tegak.

Kini Devan sudah sampai di rooftop, perlahan ia mengeluarkan rokok berserta korek api lalu menyalakannya. Devan memilih untuk menepi sejenak meskipun udara disana cukup dingin. Setidaknya disana tenang, tidak seperti didalam yang terasa sesak dan menjengkelkan.

"Aku cari-cari rupanya kamu disini."

Ucapan seorang wanita itu membuat Devan menoleh.

Wanita yang tak lain adalah Monic itu mendekat, dan tanpa diduga ia merogoh sendiri kantong celana Devan untuk mengambil rokok pria itu. Rupanya Monic juga terbiasa menghisap rokok.

Monic menyesap rokok itu lalu mengembuskannya dengan cukup handal. "Kenapa disini, cemburu sama orang-orang itu?"

"Kamu sendiri ngapain disini?"

"Kan tadi udah bilang, lagian istrinya lagi tampil tapi suaminya malah ngilang. Dimana lagi coba kalau bukan disini."

Rupanya Monic juga mendengar ucapan dari beberapa orang itu.

"Kemarin aku ketemu Delia," celetuk Monic tiba-tiba.

"Dimana?" tanya Devan yang langsung menoleh ke arah Monic.

"Di restoran tempat aku lagi makan sama Tante Margaret" jawab Monic.

"Terus Delia ketemu sama mami, apa yang terjadi?"

Begitu mendengar nama Margaret, mimik muka Devan langsung menegang.

"Beruntung aku sempet liat dia sebelum dia masuk, dan akhirnya aku minta dia buat pergi dari restoran itu."

Penjelasan Monic membuat Devan bisa menarik napas lega, ia pikir Margaret sudah berbuat buruk terhadap Delia.

"Tapi aneh bukan, saat kita menginginkan untuk tidak bertemu, Tuhan selalu punya cara untuk mempertemukan. Giliran orang yang pengen banget kita temuin malah susah ketemunya. Kaya nyokap dan bokap gue. Mereka bener-bener udah lupa sama gue." ucap Monic sambil tertawa, namun dibalik tawanya ia menyimpan luka yang cukup besar.

"Mereka sama sekali nggak menghubungi kamu?" tanya Devan.

"Telfon dari aku aja di matiin Dev," ucap Monic yang sudah meninggikan suaranya.

"Di waktu pernikahan kamu aja, mereka sama sekali nggak nelfon. Padahal itu sebenarnya hari pernikahan aku, putrinya. Apa segitu tidak berharganya aku di mata mereka," lanjut Monic.

Mata Monic mulai menggenang, diikuti oleh tarikan napas berat. Siapa sangka Monic yang diluar terlihat bar-bar dan hanya tahu bersenang-senang saja, rupanya di dalam hati ia sangatlah rapuh.

Monic hanya ingin mencari kebahagiaan di luar, namun nyatanya ketika ia sendiri pikirannya pun kembali kacau.

Tanpa diduga, Devan sudah menarik badan Monic ke dalam dekapannya.

Monic pun terkejut karena ini pertama kalinya Devan memiliki rasa empati pada dirinya. Biasanya meski Monic sudah menangis meraung-raung maka Devan akan tetap membiarkannya, bahkan lebih parahnya Devan akan pergi meninggalkannya.

BERSAMBUNG...

Episodes
1 Kabur dari rumah
2 Pria misterius
3 Ancaman Santi
4 Ide cerdik Delia
5 Kekaguman Delia
6 Salting brutal
7 Seorang teman
8 Perseteruan Devan dan Margaret
9 Perhatian kecil Devan
10 Act of service-nya seorang Devan
11 Apa yang dibisikkan Margaret?
12 Sebatas pernikahan kontrak
13 Semakin menjadi
14 Rencana yang gagal
15 Dia lebih segalanya
16 Malu-malu tapi mau
17 Terkurung seperti sandera
18 Penuh rahasia
19 Menjadi pusat perhatian
20 Sebuah pelukan hangat
21 Pertarungan sengit
22 Kecurigaan Anna
23 Kesaltingan yang hakiki
24 Rencana Anna
25 Kedatangan tamu
26 Daripada mati sia-sia
27 Rahasia besar
28 Kenangan 4 tahun silam
29 Mimpi buruk
30 Keceplosan
31 Sadar akan perasaan itu
32 Ketahuan
33 Perasaan itu semakin tak terkendali
34 Ini yang pertama
35 Sama-sama gengsi
36 Ibu kandung vs ibu tiri
37 Aku menginginkanmu
38 Kebiasaan baru
39 Menemui Devan
40 Tanda kepemilikan
41 Benarkah itu kamu?
42 Dia kekasihku
43 Permintaan maaf
44 Suami istri sungguhan
45 Belum tuntas
46 Melibatkan polisi
47 Ketegangan antara Devan dan Kafa
48 Cemburu, benarkah?
49 Teka-teki
50 Masih belum percaya
51 Dia milikku
52 Tunggu pembalasanku
53 Aksi kejar-kejaran
54 Bukan lawan yang mudah
55 Tak sia-sia
56 Menyerahlah
57 Orang misterius
58 Hanya pura-pura
59 Senasib
60 Siapa yang menyuruhmu?
61 Delia hilang
62 Kamu kemana?
63 Ketakutan
64 De-javu
65 Dia anakku
66 Papa pun tahu
67 Hadiah terakhir
68 Rasanya kehilangan
69 Dipertemukan
70 Saling menerima
71 Pelukan seorang ibu
72 Janji kelingking
73 Istri orang
74 Belum terbiasa
75 Tidak sempat bertemu
76 Amarah Smith
77 Kali pertama (21+)
78 Menerima apa adanya (21+)
79 Pengakuan seorang ibu
80 Tak percaya
81 Kecanggungan antara ibu dan anak
82 Kesempatan kedua
83 Situasi mencekam
84 Terimakasih putriku
85 Kita impas
86 Dikejar umur
87 Kedua kalinya
88 Bakti seorang anak
89 Ibu-ibu sosialita
90 Tertangkap basah.
91 Saling mengandalkan
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Kabur dari rumah
2
Pria misterius
3
Ancaman Santi
4
Ide cerdik Delia
5
Kekaguman Delia
6
Salting brutal
7
Seorang teman
8
Perseteruan Devan dan Margaret
9
Perhatian kecil Devan
10
Act of service-nya seorang Devan
11
Apa yang dibisikkan Margaret?
12
Sebatas pernikahan kontrak
13
Semakin menjadi
14
Rencana yang gagal
15
Dia lebih segalanya
16
Malu-malu tapi mau
17
Terkurung seperti sandera
18
Penuh rahasia
19
Menjadi pusat perhatian
20
Sebuah pelukan hangat
21
Pertarungan sengit
22
Kecurigaan Anna
23
Kesaltingan yang hakiki
24
Rencana Anna
25
Kedatangan tamu
26
Daripada mati sia-sia
27
Rahasia besar
28
Kenangan 4 tahun silam
29
Mimpi buruk
30
Keceplosan
31
Sadar akan perasaan itu
32
Ketahuan
33
Perasaan itu semakin tak terkendali
34
Ini yang pertama
35
Sama-sama gengsi
36
Ibu kandung vs ibu tiri
37
Aku menginginkanmu
38
Kebiasaan baru
39
Menemui Devan
40
Tanda kepemilikan
41
Benarkah itu kamu?
42
Dia kekasihku
43
Permintaan maaf
44
Suami istri sungguhan
45
Belum tuntas
46
Melibatkan polisi
47
Ketegangan antara Devan dan Kafa
48
Cemburu, benarkah?
49
Teka-teki
50
Masih belum percaya
51
Dia milikku
52
Tunggu pembalasanku
53
Aksi kejar-kejaran
54
Bukan lawan yang mudah
55
Tak sia-sia
56
Menyerahlah
57
Orang misterius
58
Hanya pura-pura
59
Senasib
60
Siapa yang menyuruhmu?
61
Delia hilang
62
Kamu kemana?
63
Ketakutan
64
De-javu
65
Dia anakku
66
Papa pun tahu
67
Hadiah terakhir
68
Rasanya kehilangan
69
Dipertemukan
70
Saling menerima
71
Pelukan seorang ibu
72
Janji kelingking
73
Istri orang
74
Belum terbiasa
75
Tidak sempat bertemu
76
Amarah Smith
77
Kali pertama (21+)
78
Menerima apa adanya (21+)
79
Pengakuan seorang ibu
80
Tak percaya
81
Kecanggungan antara ibu dan anak
82
Kesempatan kedua
83
Situasi mencekam
84
Terimakasih putriku
85
Kita impas
86
Dikejar umur
87
Kedua kalinya
88
Bakti seorang anak
89
Ibu-ibu sosialita
90
Tertangkap basah.
91
Saling mengandalkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!