Terkurung seperti sandera

Hari-hari Delia menjadi membosankan setelah menjadi istri Devan, ia hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan aktivitas karena untuk pekerjaan rumah sudah ada para pelayan yang bahkan memiliki tugasnya masing-masing.

Kini Delia tengah asik memainkan ponselnya dengan posisi telungkup. Beberapa kali ia tampak menghembuskan nafas jengah. Memang benar jika hidup Delia sekarang jauh lebih baik, namun jika setiap hari hanya bermalas-malasan sepertinya Delia juga tidak akan betah.

"Aku bosan Key," gerutu Delia sambil menatap Keyla yang tengah sibuk mengecat kukunya.

"Bosan kenapa?" tanya Keyla tanpa memperhatikan Delia.

"Aku pengen kerja lagi, aku nggak mau di rumah terus." Kini Delia sudah bangun, terduduk diatas ranjang sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Kerja apa sih Key? Kamu lihat aku deh, Devan itu sampai minta aku jadi asisten kamu, padahal kamu tau sendiri kan kalau kamu aja cuma dirumah. Terus fungsinya aku disini apa, ya cuma buat jagain kamu? Ibarat gini lo Del, Devan itu cuma mau menjaga kamu, terus kalau kamu kerja, itu justru akan merepotkan dia. Kamu paham nggak?"

"Aku juga bisa jaga diri aku sendiri Key, aku bukan anak kecil. Emang ada orang lain yang nggak suka sama aku selain Nyonya Margaret, toh nggak akan ada yang tau juga kalau aku istrinya Devan."

Keyla memandang Delia dengan tatapan serius lalu meletakkan kuas yang ada ditangan ke dalam tempatnya. "Kamu ada benernya sih, kenapa ya Tuan Devan sampai se-protektif ini sama kamu?"

"Tapi seharusnya kamu itu bersyukur, kamu nggak perlu susah-susah kerja, mau apa bisa tinggal minta. Kalau kamu mau kegiatan, ayo kita ng-gym atau kita pergi ke mall. Ide bagus kan?" lanjut Keyla sambil menaik turunkan alisnya untuk menggoda Delia.

"Enak aja tinggal minta, kaya kamu nggak tau Devan aja," celetuk Delia dengan bibir yang sudah mengerucut.

"Masa kamu nggak dikasih uang?" tanya Keyla sambil menatap wajah Delia dengan penuh selidik.

Delia menggelengkan kepala dengan wajah memelas.

"Orang kaya nggak pakai uang tunai ya, kartu berarti.. Coba lihat kartumu, pasti itu kartu kredit nggak mungkin seorang Devan pakai kartu debit," oceh Keyla lagi.

Delia hanya terdiam sambil tertunduk lesu. Ucapan Keyla benar-benar menamparnya. Statusnya memang istri orang kaya, tapi sebenarnya ia adalah seorang sandera yang sewaktu-waktu bisa dibuang.

Keyla yang semakin penasaran mulai mendekati Delia, melupakan cat kukunya yang bahkan belum selesai.

"Serius, seorang Devan yang bahkan mampu untuk bayar puluhan atau bahkan ratusan karyawan tapi sama istrinya... Satu kartu pun nggak ada. Keterlaluan." Keyla sudah melotot sambil mengepalkan tangannya.

"Tapi gimanapun juga aku udah banyak hutang budi sama dia Key, terutama soal Bapak. Dia yang udah menanggung semua biaya pengobatan, bahkan sekarang ia sampai menempatkan dua penjaga di ruangan bapak. Itu udah lebih dari cukup. Jika aku bekerja pun, nggak akan mampu untuk ngasih perawatan yang terbaik seperti yang sekarang Devan kasih."

Keyla menganggukkan kepalanya memberikan pembenaran atas ucapan Delia. "Terus kamu mau kerja apa?"

"Apapun.. asalkan aku tidak hanya berdiam diri seperti sekarang."

"Terus aku gimana, nggak mungkin kan aku ngikutin kamu kerja, yang ada malah orang-orang pada curiga?"

"Gimana kalau kamu ikut kerja, kamu kan emang harus ada disisi aku dimana pun aku berada. Iya kan?"

Keyla memutar bola matanya dengan malas, niat hati dulu berhenti bekerja karena tergiur oleh tawaran Devan. Tapi sekarang malah Delia memintanya untuk kembali bekerja.

"Please-lah Del, nggak usah kerja, kerja itu capek. Atau aku mau deh bagi gaji aku sama kamu. Toh gaji dari Tuan Devan juga lebih dari cukup buat aku yang kerjanya cuma malas-malasan kaya gini. "

Delia justru tertawa mendengar ucapan Keyla, bisa-bisanya gadis itu memiliki pemikiran seperti itu.

"Kok malah ketawa?"

"Habis kamu aneh, masa mau kasih gaji kamu ke aku."

"Aku serius Del, lagian aku disini juga nggak ngapa-ngapain kan. Sama aja makan gaji buta, daripada uangnya nggak berkah, kan lebih baik aku bagi sama kamu biar jadi berkah, iya kan?"

Tawa Delia semakin menjadi, bahkan Delia sampai memegang perutnya yang terasa kram karena terlalu lama tertawa.

"Udah Key.. Nggak usah dilanjutin, perut aku udah sakit. Dah lah kita keluar aja yuk, nyari-nyari cilok siapa tau ada."

Delia sudah bangkit dari ranjangnya dan mulai berjalan keluar kamar.

Keyla pun segera menyusul. "Lah tadi katanya nggak punya uang."

"Kan kamu yang bayarin, gimana sih. Nggak jadi nih mau bagi-bagi uang gajian?" goda Delia sambil menahan tawanya.

"Iya iya," ucap Keyla yang kini sudah memanyunkan bibirnya.

"Baru dimintai cilok aja ekspresinya udah kaya gitu, sok-sok an mau ngasih gaji separo," gumam Delia yang sebenarnya masih terdengar di telinga Keyla.

"Apa sih, diungkit terus."

Keyla semakin kesal dengan godaan Delia. Ia bahkan sudah berjalan mendahuluinya.

Tak ingin Keyla semakin marah, Delia mendekatinya dan langsung merangkul bahu sahabatnya itu. "Becanda Key, gitu aja langsung ngambek."

"Siapa yang ngambek ihh sok tau," jawab Keyla membela diri.

Mereka yang hendak keluar tiba-tiba dicegat oleh pengawal di rumah itu.

"Maaf Non Delia di larang keluar rumah oleh Tuan," ucap pengawal itu.

Mereka yang bingung hanya bisa saling memandang. Lalu Keyla mengedikkan bahunya memberitahu bahwa ia tidak tahu apa-apa mengenai hal ini.

"Memangnya kenapa, kita cuma mau keluar sebentar," jawab Delia.

"Maaf Non, ini sudah menjadi perintah dari Tuan, saya hanya mengikuti arahannya."

"Kita bener-bener di kurung ini Del," bisik Keyla.

"Silahkan Nona kembali ke dalam, atau jika ada sesuatu yang di inginkan, Nona bisa bilang ke Bibi atau ke kami," kata pria itu sebelum Delia sempat berbicara.

Delia sudah membalikkan badannya lalu diikuti Keyla sambil membisikkan sesuatu ke telinga Delia. "Mending kamu tanya sama Devan, kenapa kita nggak boleh keluar?"

"Males ah, nanti urusannya jadi panjang."

Delia yang belum sempat untuk berkeliling di rumah itu, tiba-tiba saja menjadi penasaran. Yang ia tahu selama ini hanyalah kamarnya, walk in closet dan dapur, tidak ada ruangan lain yang pernah ia singgahi.

"Key, kita jalan-jalan aja yuk."

"Kemana?"

"Keliling rumah ini."

Delia sudah berlari menuju ke pintu belakang lantai satu. Semakin masuk ke dalam ada beberapa kamar yang Delia lewati, mungkin itu adalah kamar dari pelayan dan juga penjaga disana.

Langkah Delia tiba-tiba menuntun gadis itu untuk berbelok ke kanan, dimana disana ada sebuah lorong kecil dan terdapat sebuah tangga yang menuju ke bawah.

"Ngapain sih Del kita kesini, ini tu ruangan khusus karyawan disini. Ayo keatas aja," seru Keyla yang berdiri di belakang Delia.

"Non Delia kenapa disini, apa ada yang bisa bibi bantu?"

Seorang pelayan tiba-tiba sudah berdiri di belakang mereka, membuat Keyla berjingkat kaget.

"Nggak ada bi, kita cuma mau jalan-jalan aja. Kalau gitu kita permisi ya bi," ucap Keyla sambil menarik tangan Delia untuk segera pergi dari sana.

Delia sempat menoleh ke arah bibi tadi. Tatapan pelayan itu terlihat datar, tidak seperti pelayan lain yang terlihat ramah dan juga baik. Dan rasanya Delia belum pernah melihat wanita itu sebelumnya.

"Key, bibi itu siapa sih kok aku baru liat dia."

"Kayanya dia kepala pelayan disini."

Aneh, kalau dia memang kepala pelayan bukankah seharusnya wanita itu memperkenalkan dirinya saat pertama kali Delia menginap disini. Kenapa dia juga tidak pernah menegur Delia?

BERSAMBUNG...

Episodes
1 Kabur dari rumah
2 Pria misterius
3 Ancaman Santi
4 Ide cerdik Delia
5 Kekaguman Delia
6 Salting brutal
7 Seorang teman
8 Perseteruan Devan dan Margaret
9 Perhatian kecil Devan
10 Act of service-nya seorang Devan
11 Apa yang dibisikkan Margaret?
12 Sebatas pernikahan kontrak
13 Semakin menjadi
14 Rencana yang gagal
15 Dia lebih segalanya
16 Malu-malu tapi mau
17 Terkurung seperti sandera
18 Penuh rahasia
19 Menjadi pusat perhatian
20 Sebuah pelukan hangat
21 Pertarungan sengit
22 Kecurigaan Anna
23 Kesaltingan yang hakiki
24 Rencana Anna
25 Kedatangan tamu
26 Daripada mati sia-sia
27 Rahasia besar
28 Kenangan 4 tahun silam
29 Mimpi buruk
30 Keceplosan
31 Sadar akan perasaan itu
32 Ketahuan
33 Perasaan itu semakin tak terkendali
34 Ini yang pertama
35 Sama-sama gengsi
36 Ibu kandung vs ibu tiri
37 Aku menginginkanmu
38 Kebiasaan baru
39 Menemui Devan
40 Tanda kepemilikan
41 Benarkah itu kamu?
42 Dia kekasihku
43 Permintaan maaf
44 Suami istri sungguhan
45 Belum tuntas
46 Melibatkan polisi
47 Ketegangan antara Devan dan Kafa
48 Cemburu, benarkah?
49 Teka-teki
50 Masih belum percaya
51 Dia milikku
52 Tunggu pembalasanku
53 Aksi kejar-kejaran
54 Bukan lawan yang mudah
55 Tak sia-sia
56 Menyerahlah
57 Orang misterius
58 Hanya pura-pura
59 Senasib
60 Siapa yang menyuruhmu?
61 Delia hilang
62 Kamu kemana?
63 Ketakutan
64 De-javu
65 Dia anakku
66 Papa pun tahu
67 Hadiah terakhir
68 Rasanya kehilangan
69 Dipertemukan
70 Saling menerima
71 Pelukan seorang ibu
72 Janji kelingking
73 Istri orang
74 Belum terbiasa
75 Tidak sempat bertemu
76 Amarah Smith
77 Kali pertama (21+)
78 Menerima apa adanya (21+)
79 Pengakuan seorang ibu
80 Tak percaya
81 Kecanggungan antara ibu dan anak
82 Kesempatan kedua
83 Situasi mencekam
84 Terimakasih putriku
85 Kita impas
86 Dikejar umur
87 Kedua kalinya
88 Bakti seorang anak
89 Ibu-ibu sosialita
90 Tertangkap basah.
91 Saling mengandalkan
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Kabur dari rumah
2
Pria misterius
3
Ancaman Santi
4
Ide cerdik Delia
5
Kekaguman Delia
6
Salting brutal
7
Seorang teman
8
Perseteruan Devan dan Margaret
9
Perhatian kecil Devan
10
Act of service-nya seorang Devan
11
Apa yang dibisikkan Margaret?
12
Sebatas pernikahan kontrak
13
Semakin menjadi
14
Rencana yang gagal
15
Dia lebih segalanya
16
Malu-malu tapi mau
17
Terkurung seperti sandera
18
Penuh rahasia
19
Menjadi pusat perhatian
20
Sebuah pelukan hangat
21
Pertarungan sengit
22
Kecurigaan Anna
23
Kesaltingan yang hakiki
24
Rencana Anna
25
Kedatangan tamu
26
Daripada mati sia-sia
27
Rahasia besar
28
Kenangan 4 tahun silam
29
Mimpi buruk
30
Keceplosan
31
Sadar akan perasaan itu
32
Ketahuan
33
Perasaan itu semakin tak terkendali
34
Ini yang pertama
35
Sama-sama gengsi
36
Ibu kandung vs ibu tiri
37
Aku menginginkanmu
38
Kebiasaan baru
39
Menemui Devan
40
Tanda kepemilikan
41
Benarkah itu kamu?
42
Dia kekasihku
43
Permintaan maaf
44
Suami istri sungguhan
45
Belum tuntas
46
Melibatkan polisi
47
Ketegangan antara Devan dan Kafa
48
Cemburu, benarkah?
49
Teka-teki
50
Masih belum percaya
51
Dia milikku
52
Tunggu pembalasanku
53
Aksi kejar-kejaran
54
Bukan lawan yang mudah
55
Tak sia-sia
56
Menyerahlah
57
Orang misterius
58
Hanya pura-pura
59
Senasib
60
Siapa yang menyuruhmu?
61
Delia hilang
62
Kamu kemana?
63
Ketakutan
64
De-javu
65
Dia anakku
66
Papa pun tahu
67
Hadiah terakhir
68
Rasanya kehilangan
69
Dipertemukan
70
Saling menerima
71
Pelukan seorang ibu
72
Janji kelingking
73
Istri orang
74
Belum terbiasa
75
Tidak sempat bertemu
76
Amarah Smith
77
Kali pertama (21+)
78
Menerima apa adanya (21+)
79
Pengakuan seorang ibu
80
Tak percaya
81
Kecanggungan antara ibu dan anak
82
Kesempatan kedua
83
Situasi mencekam
84
Terimakasih putriku
85
Kita impas
86
Dikejar umur
87
Kedua kalinya
88
Bakti seorang anak
89
Ibu-ibu sosialita
90
Tertangkap basah.
91
Saling mengandalkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!