Malu-malu tapi mau

"Key, menurutmu apakah Devan mengikuti kita ke rumah sakit. Tapi rasanya tidak mungkin. Atau dia menyuruh pengawalnya.. Ini bisa jadi sih ya," ucap Delia sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

Entah Delia bertanya pada Keyla atau pada dirinya sendiri tapi pertanyaan itu langsung dijawab sendiri hingga membuat Keyla bingung harus menanggapi seperti apa.

"Tapi kalau pun tidak, darimana Devan bisa tau?" lanjut Delia sambil menerka-nerka jawabannya. "Atau..."

"Mending kamu tanya deh sama Anna, dia pasti bisa ngasih kamu jawaban," tukas Keyla yang merasa lelah melihat sikap Delia.

Delia menjentikkan jari telunjuk dan jempolnya pertanda bahwa ide Keyla sangatlah bagus. "kamu benar, kenapa juga nggak dari tadi."

Tanpa menunggu lama Delia langsung mengambil ponselnya untuk menghubungi Anna.

"Ada apa Del?" tanya Anna.

"Kamu tau nggak kenapa Devan bisa tau kalau Nyonya Margaret datang ke rumah sakit."

"Emang Tuan Devan nggak bilang apa-apa?" tanya Anna balik.

"Nggak."

"Tuan Devan itu punya akses CCTV di ruangan Bapakmu, makanya dia langsung tau."

"Hah.. Kamu nggak bercanda kan?"

"Serius, kenapa juga aku bercanda."

Delia terdiam sejenak, ia masih tidak habis pikir jika Devan akan bertindak sampai sejauh ini untuk melindungi ia dan juga bapaknya.

"Del?" tanya Anna karena ia tidak lagi mendengar suara gadis itu.

"Iya.. Ya udah aku tutup ya, aku cuma mau tau itu aja. Makasih untuk informasinya."

"Oke, sama-sama."

"Gimana?" tanya Keyla yang sudah penasaran dengan jawaban Anna.

"Tebakanku salah semua. Ternyata Devan lebih perhatian dari yang aku kira," jawab Delia dengan senyum malu-malu.

Untuk sesaat Delia kembali tersipu malu dengan tindakan yang dilakukan Devan.

Sementara Keyla hanya bisa menggelengkan kepala melihat mood Delia yang dengan mudahnya berganti. Lalu ia memilih untuk beranjak pergi menuju ke kamar.

Delia pun ikut beranjak, namun ia pergi ke dapur. Dengan keahlian seadanya ia ingin mencoba membuat sesuatu untuk Devan sebagai ucapan terimakasih.

Delia mulai mencari-cari bahan makanan. Dulu Delia pernah bekerja di sebuah cafe, meski bukan sebagai chef tapi ia sedikit paham tentang pembuatan makanan terutama menu dessert.

Delia teringat ucapan bibi kalau Devan hanya menyukai buah anggur, apel dan pir. Dipikirannya langsung tercetus ide untuk membuat Apple tart, proses pembuatannya yang sederhana juga menjadi pertimbangan untuk Delia.

Delia mulai sibuk mempersiapkan bahan-bahannya. Tak terasa 45 menit sudah berlalu, itu artinya Apple Tart sudah siap dikeluarkan dari oven.

Dengan perasaan senang dan was-was, Delia mencoba mengeluarkannya sambil menyipitkan matanya. Delia takut jika hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.

Tapi...

Senyum Delia mengembang usai melihat Apple Tart yang ada di genggamannya. Perlahan Delia meletakkannya di meja lalu mencium aromanya.

"Sempurna," gumamnya memuji makanannya sendiri.

Saat Delia berniat ingin membersihkan dirinya, tiba-tiba ia mendengar suara pelayan yang seperti sedang menyapa Devan.

Delia yang gugup segera melepas celemek yang menggantung di lehernya lalu mendatangi Devan sambil membawa dessert buatannya.

"Tara..." seru Delia yang tiba-tiba saja muncul dari balik tembok, membuat Devan terkejut.

"Apa ini?" tanya Devan saat matanya menatap Apple Tart yang ada di tangan Delia.

"Aku buatin spesial buat kamu sebagai ucapan terimakasih," kata Delia dengan pipi yang sudah merona.

Devan mendekat. Delia pikir Devan akan mencicipi makanannya namun ternyata pria itu justru mencolek pipinya sambil memperlihatkan sisa tepung yang menempel disana.

"Aaa... Aku belum sempat bersih-bersih," jawab Delia gugup, 'bisa-bisanya mukaku belepotan dengan tepung,' rutuknya dalam hati.

Devan justru melenggang pergi tanpa mencicipi kue itu sedikit pun.

Delia pun kecewa, ia sudah berbalik menatap punggung Devan, ingin rasanya Delia melempar tart itu ke punggungnya. "Aku udah susah-susah buat ini kenapa kamu pergi gitu aja," ucap Delia usai memberanikan diri untuk berbicara.

Devan menoleh, "taruh saja disitu, aku sudah kenyang."

Delia beranjak dari tempatnya sambil menghentak-hentakkan langkah, Delia ingin Devan tau bahwa ia sedang marah. Namun tetap saja pria itu tidak menoleh sedikit pun.

Delia meletakkan tart itu dengan keras sambil mencoba mengatur napasnya yang memburu. 'Dasar nggak peka, nggak bisa menghargai orang lain. Aku udah susah-susah bikin ini, butuh effort yang luar biasa. Bisa-bisanya dia pergi tanpa mau mencicipi sedikitpun.' Delia memaki Devan dalam hati.

Saat Delia sibuk dengan pikirannya sendiri, Bibi yang biasanya menyiapkan makanan tiba-tiba muncul.

"Ada apa Non?" tanyanya saat melihat Delia melamun dengan tatapan dingin.

"Bi ini ada apple tart, bibi bisa makan atau kalau nggak suka bibi buang juga nggakpapa."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Delia langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari bibi.

Delia sudah tidak perduli dengan tart sialan itu. Lebih baik ia kembali ke kamar, menonton serial drama china kesukaannya.

Begitu Delia sudah menutup pintu kamar, Devan keluar sambil mengendap-endap. Ia seperti sedang berusaha menghindari Delia. Sebenarnya sejak tadi Devan mengamati Delia, ia terlalu gengsi untuk mencoba makanan itu dihadapan Delia langsung. Namun sekarang setelah Delia pergi, Devan sangat menginginkan apple tart itu.

Devan menuruni tangga dengan cepat, takut jika tart itu sudah dibuang atau dimakan oleh bibi.

Sesampainya di bawah, Devan melihat bibi itu sudah memegang garpu kecil dengan potongan tart di atasnya.

Begitu melihat Devan, buru-buru bibi menyeka mulutnya lalu meletakkan garpu itu.

Belum sempat Bibi berbicaranya, Devan sudah lebih dulu mengambil tart itu dan membawanya ke meja makan.

"Maaf Tuan bibi sudah lancang, tadi Non Delia meminta saya makan itu atau kalau nggak suka-"

"Suruh buang?" Devan memotong ucapan bibi lalu melanjutkannya.

"Maaf Tuan," ucap bibi ketakutan.

"Jangan bilang ke Delia kalau saya yang memakan kue ini."

Bibi mengangguk dengan patuh. Lalu Devan menggerakkan tangannya, meminta bibi untuk segera pergi dari tempatnya sekarang.

Kini di ruangan itu hanya ada Devan, ia mengamati tart itu dengan seksama. Meski bentuknya sudah tidak sempurna lagi tapi tart itu terlihat lucu, apa karena Delia yang membuatnya, entahlah.

Devan mulai memotong kecil lalu menyuapkannya ke mulut. Devan mengunyahnya dengan penuh penghayatan.

"Lumayan, rupanya dia bisa memasak juga," gumam Devan sambil senyum-senyum sendiri.

Tak terasa suap demi suapan sudah masuk ke mulut Devan hingga tanpa sadar kue itu sudah habis tak tersisa. Devan sendiri pun heran, ia tidak terlalu menyukai makanan manis, namun kali ini berbeda bahkan ia menghabiskan kue itu dalam sekali makan.

BERSAMBUNG...

Haii haii salam jumpa, mana ni like, komen dan subscribe-nya. Othor tunggu loh..

Terimakasih banyak untuk kalian yang tetep setia sama othor disini. 🩷🩷🩷

Episodes
1 Kabur dari rumah
2 Pria misterius
3 Ancaman Santi
4 Ide cerdik Delia
5 Kekaguman Delia
6 Salting brutal
7 Seorang teman
8 Perseteruan Devan dan Margaret
9 Perhatian kecil Devan
10 Act of service-nya seorang Devan
11 Apa yang dibisikkan Margaret?
12 Sebatas pernikahan kontrak
13 Semakin menjadi
14 Rencana yang gagal
15 Dia lebih segalanya
16 Malu-malu tapi mau
17 Terkurung seperti sandera
18 Penuh rahasia
19 Menjadi pusat perhatian
20 Sebuah pelukan hangat
21 Pertarungan sengit
22 Kecurigaan Anna
23 Kesaltingan yang hakiki
24 Rencana Anna
25 Kedatangan tamu
26 Daripada mati sia-sia
27 Rahasia besar
28 Kenangan 4 tahun silam
29 Mimpi buruk
30 Keceplosan
31 Sadar akan perasaan itu
32 Ketahuan
33 Perasaan itu semakin tak terkendali
34 Ini yang pertama
35 Sama-sama gengsi
36 Ibu kandung vs ibu tiri
37 Aku menginginkanmu
38 Kebiasaan baru
39 Menemui Devan
40 Tanda kepemilikan
41 Benarkah itu kamu?
42 Dia kekasihku
43 Permintaan maaf
44 Suami istri sungguhan
45 Belum tuntas
46 Melibatkan polisi
47 Ketegangan antara Devan dan Kafa
48 Cemburu, benarkah?
49 Teka-teki
50 Masih belum percaya
51 Dia milikku
52 Tunggu pembalasanku
53 Aksi kejar-kejaran
54 Bukan lawan yang mudah
55 Tak sia-sia
56 Menyerahlah
57 Orang misterius
58 Hanya pura-pura
59 Senasib
60 Siapa yang menyuruhmu?
61 Delia hilang
62 Kamu kemana?
63 Ketakutan
64 De-javu
65 Dia anakku
66 Papa pun tahu
67 Hadiah terakhir
68 Rasanya kehilangan
69 Dipertemukan
70 Saling menerima
71 Pelukan seorang ibu
72 Janji kelingking
73 Istri orang
74 Belum terbiasa
75 Tidak sempat bertemu
76 Amarah Smith
77 Kali pertama (21+)
78 Menerima apa adanya (21+)
79 Pengakuan seorang ibu
80 Tak percaya
81 Kecanggungan antara ibu dan anak
82 Kesempatan kedua
83 Situasi mencekam
84 Terimakasih putriku
85 Kita impas
86 Dikejar umur
87 Kedua kalinya
88 Bakti seorang anak
89 Ibu-ibu sosialita
90 Tertangkap basah.
91 Saling mengandalkan
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Kabur dari rumah
2
Pria misterius
3
Ancaman Santi
4
Ide cerdik Delia
5
Kekaguman Delia
6
Salting brutal
7
Seorang teman
8
Perseteruan Devan dan Margaret
9
Perhatian kecil Devan
10
Act of service-nya seorang Devan
11
Apa yang dibisikkan Margaret?
12
Sebatas pernikahan kontrak
13
Semakin menjadi
14
Rencana yang gagal
15
Dia lebih segalanya
16
Malu-malu tapi mau
17
Terkurung seperti sandera
18
Penuh rahasia
19
Menjadi pusat perhatian
20
Sebuah pelukan hangat
21
Pertarungan sengit
22
Kecurigaan Anna
23
Kesaltingan yang hakiki
24
Rencana Anna
25
Kedatangan tamu
26
Daripada mati sia-sia
27
Rahasia besar
28
Kenangan 4 tahun silam
29
Mimpi buruk
30
Keceplosan
31
Sadar akan perasaan itu
32
Ketahuan
33
Perasaan itu semakin tak terkendali
34
Ini yang pertama
35
Sama-sama gengsi
36
Ibu kandung vs ibu tiri
37
Aku menginginkanmu
38
Kebiasaan baru
39
Menemui Devan
40
Tanda kepemilikan
41
Benarkah itu kamu?
42
Dia kekasihku
43
Permintaan maaf
44
Suami istri sungguhan
45
Belum tuntas
46
Melibatkan polisi
47
Ketegangan antara Devan dan Kafa
48
Cemburu, benarkah?
49
Teka-teki
50
Masih belum percaya
51
Dia milikku
52
Tunggu pembalasanku
53
Aksi kejar-kejaran
54
Bukan lawan yang mudah
55
Tak sia-sia
56
Menyerahlah
57
Orang misterius
58
Hanya pura-pura
59
Senasib
60
Siapa yang menyuruhmu?
61
Delia hilang
62
Kamu kemana?
63
Ketakutan
64
De-javu
65
Dia anakku
66
Papa pun tahu
67
Hadiah terakhir
68
Rasanya kehilangan
69
Dipertemukan
70
Saling menerima
71
Pelukan seorang ibu
72
Janji kelingking
73
Istri orang
74
Belum terbiasa
75
Tidak sempat bertemu
76
Amarah Smith
77
Kali pertama (21+)
78
Menerima apa adanya (21+)
79
Pengakuan seorang ibu
80
Tak percaya
81
Kecanggungan antara ibu dan anak
82
Kesempatan kedua
83
Situasi mencekam
84
Terimakasih putriku
85
Kita impas
86
Dikejar umur
87
Kedua kalinya
88
Bakti seorang anak
89
Ibu-ibu sosialita
90
Tertangkap basah.
91
Saling mengandalkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!