Act of service-nya seorang Devan

Suara gemericik air hujan semakin membuat Monic merapatkan selimutnya. Bahkan tubuhnya kini sudah tergulung seperti seekor kepompong. Ia sudah tidak perduli lagi dengan suara alarm yang sejak tadi terus berbunyi.

Setelah bunyi alarm berhasil di hentikan oleh Monic, kini malah ponselnya yang kembali mengusik pendengarannya.

"Duh.. Siapa sih, ganggu aja," gerutu Monic. Masih dengan mata terpejam, gadis itu meraba mencari keberadaan ponselnya.

"Haloo.." sapa Monic usai menempelkan ponselnya ke telinga.

"Monic ini tante.. Bisa kita ketemu sekarang."

Monic sudah mengerutkan dahinya, 'siapa sih ini, udah ganggu waktu tidur gue.. sekarang malah ngajakin ketemu,' gerutu Monic dalam hati.

Samar-samar Monic membuka matanya lalu menatap layar ponselnya.

'Tante Margaret'

Begitu membaca nama itu, Monic semakin malas untuk melanjutkan obrolan mereka.

"Uhuk.. Uhuk.. Maaf tante Monic lagi nggak enak badan," ucap Monic berpura-pura.

Tiba-tiba saja terlintas ide untuk membohongi Margaret. Jika tidak begitu maka Monic tidak punya alasan untuk menolak.

"Kamu sakit.. Mau tante panggilin dokter?" tanya Margaret panik.

"Nggak tante, tadi udah ada dokter yang kesini kok."

"Ya udah deh, buat istirahat aja ya. Nanti kalau tante ada waktu, tante akan kesana."

'Nggak usah, nggak perlu,' jawab Monic dalam hati. Seandainya ia bisa mengatakan itu, maka sudah dari dulu ia akan bersikap tegas pada Margaret.

"Iya tante."

Monic langsung memutus panggilan itu dan kembali merebahkan tubuhnya di kasur. Saat matanya akan terpejam, tiba-tiba ingatan tentang kejadian semalam muncul begitu saja.

Monic tidak bisa mengingat jelas sosok pria yang membawanya, namun ia ingat betul bahwa ada seorang pria yang membawanya pergi dari club.

Sontak Monic segera bangkit dan mencoba memeriksa bajunya.

"Kenapa gue udah ganti baju?" gumamnya.

Lalu Monic mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Begitu tahu ia berada di kamarnya, Monic sedikit merasa lega.

Tapi pikiran Monic tak bisa berhenti sampai disitu, pasalnya hal ini jarang terjadi ketika ia pergi seorang diri ke club malam.

Biasanya Monic akan berakhir di kamar hotel dengan seorang pria asing. Namun kali ini kenapa pria itu justru mengantarnya pulang.

"Bi..." Monic berteriak memanggil pelayannya.

"Iya Non," jawab seorang wanita berusia 40an, suaranya masih yang terdengar jauh.

Begitu sampai di kamar Monic, bibi langsung diinterogasi ole Monic.

"Bibi tau nggak siapa yang nganterin aku, terus ini baju siapa yang gantiin?"

"Itu Non Tuan Tara," jawab bibi ragu-ragu.

"Tara?" Monic sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya kembali membuka suara. "Terus sekarang Taranya mana?"

Belum sempat bibi itu menjawab pertanyaan Monic, suara berat khas seorang pria tiba-tiba menyapa pendengaran Monic.

"Gue disini," jawab Tara santai sambil menyandarkan tubuhnya di pintu.

Sementara bibi segera keluar meninggalkan mereka.

Monic memutar bola matanya dengan malas lalu melempar sebuah guling ke arah Tara. "Loe lagi, kok loe bisa tau gue ada di club?"

"Emang dimana lagi gue bisa nyari lo selain di club sama hotel," jawab Tara sambil berjalan masuk membawa guling yang tadi di lempar Monic. "Mau sampai kapan lo kaya gini, haa?!"

"Sampai gue bosen. Udah ah sana, gue mau lanjut tidur." Monic sudah kembali membaringkan tubuhnya.

"Loe tau nggak kalau Devan mau nikah sama cewek lain?" Tara sudah mendaratkan bokongnya di tepi ranjang Monic.

"Cewek lain, siapa?" Monic mengangkat kepalanya lalu menatap Tara lekat-lekat.

"Itu yang gue juga nggak tau."

"Ya baguslah, itu lebih baik daripada harus nikah sama gue," jawab Monic kemudian sambil menarik selimutnya.

"Terus nyokap lo gimana?"

"Bodo!!!"

Kedua orang tua Monic kini tengah tinggal di luar negeri. Mereka jarang pulang ke rumah, sekalinya pulang mereka tidak pernah sekalipun menanyakan kabar putrinya. Yang mereka tahu, Monic tidak pernah kehabisan uang.

Mungkin itulah kenapa Monic menjadi liar seperti sekarang. Gadis itu sebenarnya hanya butuh diperhatikan.

Tara sudah keluar dari kamar Monic, dan kini sedang berjalan menuju pintu keluar. Namun Tara menghentikan langkahnya ketika melihat bibi.

"Bi nanti kalau Monic pergi lagi, bibi kasih tau aku ya?"

"Baik Tuan."

Rupanya bibi yang sudah memberitahu Tara tentang keberadaan Monic, wanita itu mungkin merasa cemas sama seperti Tara.

***

Di rumah Devan.

Delia yang sedang menuangkan air minum tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah tepukan tangan di pundaknya.

"Astaga, Anna!!" seru Delia begitu menoleh dan mendapati Anna tengah nyengir kuda.

"Kamu harus ikut aku," ajak Anna sebelum Delia sempat meneguk minumannya.

"Kemana?"

"Udah ikut aja." Anna sudah menarik Delia dengan paksa.

Mereka berjalan menuju sebuah ruangan besar yang di dalamnya berisi seluruh koleksi fashion Devan. Mulai dari kemeja, setelan jas, sepatu, sampai koleksi jam-jam tangah mewah.

Tapi sesampainya di sana, Delia malah dikejutkan dengan sebuah gaun pengantin yang terpajang di maneken. Gaun itu tepat berada di depannya sehingga mata Delia langsung tertuju pada benda itu.

Delia mendekat, mengamati gaun itu dengan seksama. Seorang Delia pasti terkagum-kagum begitu melihat gaun itu. Gaun yang biasanya hanya pakai oleh aktris-aktris besar, kini ada di depan matanya.

"Bagaimana, bagus kan?" tanya Anna yang sudah penasaran.

Delia mengangguk dengan penuh semangat, "ini gaun siapa?"

"Ya gaun kamu lah, ini juga Tuan Devan sendiri yang memilih."

"Ini gaun yang nanti akan aku pakai? Serius? Kamu nggak bercanda kan?"

Binar kekaguman dan kebahagiaan terlihat jelas di mata Delia. Ia bahkan terus mengamati dan menyentuh setiap detail baju itu.

"Emang kamu pernah liat Tuan Devan bercanda?" Anna bertanya balik.

Sedangkan Delia yang mendengar itu hanya bisa terkekeh.

"Aku bahkan tidak berani bermimpi mengenakan gaun seperti ini," celetuk Delia.

"Kenapa tidak, besuk bukan hanya mimpi tapi kamu akan memakainya langsung di depan Devan. Gimana perasaan kamu?" Anna sudah mencondongkan wajahnya, ingin melihat dari dekat bagaimana ekspresi Delia.

Delia tersenyum haru, matanya bahkan sudah berkaca-kaca.

"Aku ikut senang atas kebahagiaan kamu Delia. Semoga Tuan Devan benar-benar bisa menjaga kamu," ucap Anna sambil mendekap tubuh Delia.

Tok.. Tok.. Tok..

Suara ketukan pintu membuat Anna segera melepas pelukannya.

Seorang wanita yang tak asing bagi Delia tiba-tiba sudah berdiri di depannya. Delia beberapa kali mengerjapkan matanya seolah tak percaya dengan apa yang ia lihat. Tapi bayangan wanita itu tidak bisa hilang dari penglihatannya.

"Dia sahabat kamu kan.. Sekaligus asisten pribadimu mulai sekarang," ucap Anna tiba-tiba.

Keyla, gadis itu mendekat. Ia berniat untuk membungkukkan badannya, namun belum sempat Keyla melakukannya Delia sudah lebih dulu menarik tubuh gadis itu kedalam pelukannya. Delia meluapkan rasa rindunya yang selama ini belum sempat ia sampaikan.

"Kamu kenapa bisa ada disini?" tanya Delia penasaran.

"Berkat Tuan Devan aku bisa ada disini Del. Dan mulai sekarang aku akan selalu menempel sama kamu, kemana pun kamu pergi."

Mereka lalu terkekeh, begitu pun dengan Anna yang ikut larut dalam candaan itu.

Kejutan demi kejutan yang diberikan oleh Devan selalu sukses membuat Delia menangis haru. Entah akan ada kejutan apa lagi setelah ini, seolah tak habis hanya dengan memberikan satu kebahagiaan, Devan bahkan mampu memberikan apapun yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh Delia.

BERSAMBUNG...

Gaun pengantin Delia

Terpopuler

Comments

Alia

Alia

kayanya Devan itu udah suka sama Delia sejak awal ketemu deh

2024-12-10

1

lihat semua
Episodes
1 Kabur dari rumah
2 Pria misterius
3 Ancaman Santi
4 Ide cerdik Delia
5 Kekaguman Delia
6 Salting brutal
7 Seorang teman
8 Perseteruan Devan dan Margaret
9 Perhatian kecil Devan
10 Act of service-nya seorang Devan
11 Apa yang dibisikkan Margaret?
12 Sebatas pernikahan kontrak
13 Semakin menjadi
14 Rencana yang gagal
15 Dia lebih segalanya
16 Malu-malu tapi mau
17 Terkurung seperti sandera
18 Penuh rahasia
19 Menjadi pusat perhatian
20 Sebuah pelukan hangat
21 Pertarungan sengit
22 Kecurigaan Anna
23 Kesaltingan yang hakiki
24 Rencana Anna
25 Kedatangan tamu
26 Daripada mati sia-sia
27 Rahasia besar
28 Kenangan 4 tahun silam
29 Mimpi buruk
30 Keceplosan
31 Sadar akan perasaan itu
32 Ketahuan
33 Perasaan itu semakin tak terkendali
34 Ini yang pertama
35 Sama-sama gengsi
36 Ibu kandung vs ibu tiri
37 Aku menginginkanmu
38 Kebiasaan baru
39 Menemui Devan
40 Tanda kepemilikan
41 Benarkah itu kamu?
42 Dia kekasihku
43 Permintaan maaf
44 Suami istri sungguhan
45 Belum tuntas
46 Melibatkan polisi
47 Ketegangan antara Devan dan Kafa
48 Cemburu, benarkah?
49 Teka-teki
50 Masih belum percaya
51 Dia milikku
52 Tunggu pembalasanku
53 Aksi kejar-kejaran
54 Bukan lawan yang mudah
55 Tak sia-sia
56 Menyerahlah
57 Orang misterius
58 Hanya pura-pura
59 Senasib
60 Siapa yang menyuruhmu?
61 Delia hilang
62 Kamu kemana?
63 Ketakutan
64 De-javu
65 Dia anakku
66 Papa pun tahu
67 Hadiah terakhir
68 Rasanya kehilangan
69 Dipertemukan
70 Saling menerima
71 Pelukan seorang ibu
72 Janji kelingking
73 Istri orang
74 Belum terbiasa
75 Tidak sempat bertemu
76 Amarah Smith
77 Kali pertama (21+)
78 Menerima apa adanya (21+)
79 Pengakuan seorang ibu
80 Tak percaya
81 Kecanggungan antara ibu dan anak
82 Kesempatan kedua
83 Situasi mencekam
84 Terimakasih putriku
85 Kita impas
86 Dikejar umur
87 Kedua kalinya
88 Bakti seorang anak
89 Ibu-ibu sosialita
90 Tertangkap basah.
91 Saling mengandalkan
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Kabur dari rumah
2
Pria misterius
3
Ancaman Santi
4
Ide cerdik Delia
5
Kekaguman Delia
6
Salting brutal
7
Seorang teman
8
Perseteruan Devan dan Margaret
9
Perhatian kecil Devan
10
Act of service-nya seorang Devan
11
Apa yang dibisikkan Margaret?
12
Sebatas pernikahan kontrak
13
Semakin menjadi
14
Rencana yang gagal
15
Dia lebih segalanya
16
Malu-malu tapi mau
17
Terkurung seperti sandera
18
Penuh rahasia
19
Menjadi pusat perhatian
20
Sebuah pelukan hangat
21
Pertarungan sengit
22
Kecurigaan Anna
23
Kesaltingan yang hakiki
24
Rencana Anna
25
Kedatangan tamu
26
Daripada mati sia-sia
27
Rahasia besar
28
Kenangan 4 tahun silam
29
Mimpi buruk
30
Keceplosan
31
Sadar akan perasaan itu
32
Ketahuan
33
Perasaan itu semakin tak terkendali
34
Ini yang pertama
35
Sama-sama gengsi
36
Ibu kandung vs ibu tiri
37
Aku menginginkanmu
38
Kebiasaan baru
39
Menemui Devan
40
Tanda kepemilikan
41
Benarkah itu kamu?
42
Dia kekasihku
43
Permintaan maaf
44
Suami istri sungguhan
45
Belum tuntas
46
Melibatkan polisi
47
Ketegangan antara Devan dan Kafa
48
Cemburu, benarkah?
49
Teka-teki
50
Masih belum percaya
51
Dia milikku
52
Tunggu pembalasanku
53
Aksi kejar-kejaran
54
Bukan lawan yang mudah
55
Tak sia-sia
56
Menyerahlah
57
Orang misterius
58
Hanya pura-pura
59
Senasib
60
Siapa yang menyuruhmu?
61
Delia hilang
62
Kamu kemana?
63
Ketakutan
64
De-javu
65
Dia anakku
66
Papa pun tahu
67
Hadiah terakhir
68
Rasanya kehilangan
69
Dipertemukan
70
Saling menerima
71
Pelukan seorang ibu
72
Janji kelingking
73
Istri orang
74
Belum terbiasa
75
Tidak sempat bertemu
76
Amarah Smith
77
Kali pertama (21+)
78
Menerima apa adanya (21+)
79
Pengakuan seorang ibu
80
Tak percaya
81
Kecanggungan antara ibu dan anak
82
Kesempatan kedua
83
Situasi mencekam
84
Terimakasih putriku
85
Kita impas
86
Dikejar umur
87
Kedua kalinya
88
Bakti seorang anak
89
Ibu-ibu sosialita
90
Tertangkap basah.
91
Saling mengandalkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!