Seorang teman

Delia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ruangan itu nampak besar, bahkan terlalu besar untuk ukuran ruangan di rumah sakit. Desain dan interiornya pun lebih terlihat seperti hotel dibanding rumah sakit.

"Disini nyaman ya pak, bahkan kamar kita pun nggak ada apa-apanya.." Delia tersenyum, senyumnya sangat tulus. Mungkin karena sedikit beban di benaknya sudah sedikit berkurang.

Suara pintu yang terbuka membuat Delia segera mengalihkan pandangannya. Kini ia sudah menatap Devan dengan tatapan bangga.

Delia membungkukkan badannya lalu menunjukkan senyum terbaiknya. "Terimakasih ya, karena kamu.. bapak sudah bisa menjalani pengobatan."

Devan berjalan ke arah sofa lalu mendaratkan bokongnya di sana. "Kamu tidak perlu lagi mencemaskan bapakmu, karena disini.. bapakmu akan mendapatkan perawatan yang terbaik."

Bibir Delia keluh, ia tidak bisa lagi berkata-kata. Selain ucapan terimakasih, ucapan apalagi yang pantas untuk mengungkap rasa syukurnya atas pertolongan Devan.

"Karena ini sudah malam, sebaiknya kita pulang." Devan sudah bangkit usai menatap jarum jam di dinding ruangan itu.

Delia mengerutkan dahinya. "Pulang? Pulang kemana?"

Tanpa menjawab pertanyaan Delia, Devan sudah bangkit meninggalkan ruangan itu.

Sebelum Delia mengejarnya, Delia menyempatkan diri untuk berpamitan dengan bapaknya. "Pak Delia pulang dulu ya, besuk Delia kesini lagi. Bapak istirahat ya," ucap Delia sambil mengusap-usap lengan bapaknya.

Delia berhasil mengejar mereka, dan kini posisinya sudah sejajar dengan Anna yang berjalan di posisi belakang.

"Kita mau pulang kemana?" bisik Delia, ia sudah menoleh kearah Anna meminta jawaban darinya.

"Ke rumah Tuan, memang mau kemana lagi?"

"Haaa.. Aku?" ucap Delia dengan wajah bengong nya. Selama ini ia tidak pernah sekalipun menginap di rumah seorang pria. Meskipun sebentar lagi mereka akan menikah, tapi tetap saja itu tidak dibenarkan.

Anna hanya tersenyum menahan tawa.

"Tapi kan-"

Ucapan Delia terhenti bersamaan dengan langkah Devan yang tiba-tiba berhenti tepat di depan Delia. Andai saja Delia tidak sempat menoleh, mungkin ia akan menabrak tubuh Devan.

"Apa kamu sudah memberitahu pelayan disana jika kita akan datang?" tanya Devan pada Anna.

"Sudah Tuan, semua sudah siap," jawab Anna.

Devan hanya mengangguk lalu ia kembali fokus dengan langkah kakinya.

Melihat interaksi mereka, Delia hanya bisa menggerutu dalam hati. 'Nggak Tuan-nya, nggak sekretarisnya, mereka sama aja. Sama-sama pelit ngomong. Emang apa susahnya sih jelasin dulu.'

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, akhirnya mereka tiba di sebuah rumah megah dengan bangunan modern khas eropa. Halaman yang luas serta pagar rumah yang menjulang tinggi membuat Delia berdecak kagum.

Dulu Delia sering bersholawat setiap kali melewati rumah mewah, namun diantara rumah-rumah itu tidak ada yang lebih mewah dari ini.

Delia semakin terkejut ketika ia sudah memasuki rumah itu. Bukan hanya bangunannya, namun deretan para pelayan yang sudah berjejer rapi untuk menyambut kedatangan sang pemilik rumah juga membuat Delia semakin terheran-heran.

'Apa ini hotel?' tiba-tiba tercetus pikiran seperti itu di benak Delia.

Mereka kompak membungkukkan badan begitu melihat kemunculan Devan. Delia yang polos dan sederhana pun ikut menundukkan kepalanya sebagai tanda untuk saling menghormati.

Namun hal itu justru mengundang suara cekikikan Anna. Dia bahkan dengan susah payah menahannya agar tidak terdengar ke telinga Devan. Lalu Anna mencoba mengatur napasnya, bagaimana pun Anna harus tetap menjaga sikapnya saat sedang bersama Devan.

Langkah Anna dan Delia berhenti usai Devan sudah terduduk dengan nyaman di sofa ruang tamu.

Melihat Anna yang masih tetap berdiri membuat Delia tak berani untuk ikut duduk, ia hanya bisa mengekor di belakang Anna seperti itik ayam yang berlindung pada induknya.

"Kenapa kamu masih berdiri di situ, duduk," ucap Devan yang kini sudah menatap Delia.

Dengan hati-hati Delia duduk di hadapan Devan. Setiap kali berhadapan dengan pria itu, Delia tak bisa bergerak leluasa seolah ada tembok besar di antara mereka yang akan sulit untuk di tembus Delia.

"Untuk sementara kamu tinggal disini," lalu tatapan Devan beralih ke Anna yang masih berdiri di sampingnya. "Kamu juga disini jagain dia. Kalau ada apa-apa segera hubungi saya."

"Baik Tuan," jawab Anna patuh.

Disisi lain Delia tidak memberikan jawaban, ia masih sibuk dengan teka-tekinya sendiri.

Satu kalimat itu sekaligus menjadi akhir dari percakapan mereka malam itu, karena kini Devan sudah bangkit keluar meninggalkan rumah.

Setelah kepergian Devan, barulah Delia berani membuka suara. Ia segera meminta Anna untuk menjelaskan semuanya.

"Kenapa dia pergi, apa mungkin ini hotel? Tapi... aku tidak melihat ada papan nama yang besar di depan," ucap Delia sambil mencoba menggali ingatannya.

"Kamu itu bener-bener nggak tau apa-apa ya." Setelahnya Anna terkekeh.

"Maksud kamu?"

"Delia... Orang yang sebentar lagi akan menikahimu itu Devan.. Seorang Devanta Adijaya. Kamu nggak tau dia sekaya apa?" Anna begitu antusias saat menyebutkan nama Tuan-nya.

"Rumahnya Tuan itu ada dimana-mana, bahkan hotel, villa, itu nggak kehitung berapa jumlahnya."

"Anna.. Jangan bercanda deh?" jawab Delia seakan menolak keras pernyataan dari Anna.

"Kamu akan tau seiring berjalannya waktu. Kalau gitu.. Ayo sekarang kita tidur," Anna sudah menarik Delia, membawa gadis itu naik ke lantai dua.

Ditengah-tengah perjalanan mereka, Delia nampak menatap wajah Anna lekat-lekat. "Kamu kenapa baik banget sama aku, padahal aku cuma orang biasa."

Anna yang semula masih menggandeng lengan Delia, tiba-tiba melepaskannya begitu mendengar pertanyaan itu. "Karena itu memang sudah tugasku."

Lalu Anna berjalan lebih dulu, meninggalkan Delia yang masih mematung.

"Tapi kamu beda, kamu nggak kaya Devan."

"Sudah Delia, kita sebaiknya segera istirahat," jawab Anna tanpa menoleh ke belakang.

"Aku mau kita jadi teman, lebih tepatnya kamu sudah aku anggap seperti seorang kakak. Disini aku hanya kenal kamu. Dan yang mau ngobrol sama aku ya cuma kamu. Jadi... Kita temenan ya?" Anna sudah merangkul bahu Anna, membuat wanita itu sedikit tak nyaman.

"Tapi sebentar lagi kamu akan jadi istrinya Tuan Devan, aku harus..."

Delia sudah mengangkat jari telunjuknya sambil menggerakkannya di depan wajah Anna, sebagai penolakan atas ucapan wanita itu.

"Nggak.. Aku kan bukan Devan. Aku juga butuh teman, aku nggak mau mati kesepian disini?!" sanggah Delia.

Anna menarik nafas panjang lalu menyunggingkan senyumnya. "Baiklah, di belakang Tuan aku akan bersikap layaknya seorang teman. Puas kamu?!"

"Yee.." Delia bersorak, lalu spontan tangannya sudah mendekap Anna membuat wanita itu malu dan meminta Delia untuk melepaskannya.

"Delia lepasin, kamu nggak liat mereka semua liatin kita," ucap Anna sambil mengedarkan pandangannya kearah para pelayan.

Delia hanya terkekeh lalu mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju ke kamar tidur.

BERSAMBUNG...

Ditunggu like, subscribe dan komen-nya. Terimakasih

Episodes
1 Kabur dari rumah
2 Pria misterius
3 Ancaman Santi
4 Ide cerdik Delia
5 Kekaguman Delia
6 Salting brutal
7 Seorang teman
8 Perseteruan Devan dan Margaret
9 Perhatian kecil Devan
10 Act of service-nya seorang Devan
11 Apa yang dibisikkan Margaret?
12 Sebatas pernikahan kontrak
13 Semakin menjadi
14 Rencana yang gagal
15 Dia lebih segalanya
16 Malu-malu tapi mau
17 Terkurung seperti sandera
18 Penuh rahasia
19 Menjadi pusat perhatian
20 Sebuah pelukan hangat
21 Pertarungan sengit
22 Kecurigaan Anna
23 Kesaltingan yang hakiki
24 Rencana Anna
25 Kedatangan tamu
26 Daripada mati sia-sia
27 Rahasia besar
28 Kenangan 4 tahun silam
29 Mimpi buruk
30 Keceplosan
31 Sadar akan perasaan itu
32 Ketahuan
33 Perasaan itu semakin tak terkendali
34 Ini yang pertama
35 Sama-sama gengsi
36 Ibu kandung vs ibu tiri
37 Aku menginginkanmu
38 Kebiasaan baru
39 Menemui Devan
40 Tanda kepemilikan
41 Benarkah itu kamu?
42 Dia kekasihku
43 Permintaan maaf
44 Suami istri sungguhan
45 Belum tuntas
46 Melibatkan polisi
47 Ketegangan antara Devan dan Kafa
48 Cemburu, benarkah?
49 Teka-teki
50 Masih belum percaya
51 Dia milikku
52 Tunggu pembalasanku
53 Aksi kejar-kejaran
54 Bukan lawan yang mudah
55 Tak sia-sia
56 Menyerahlah
57 Orang misterius
58 Hanya pura-pura
59 Senasib
60 Siapa yang menyuruhmu?
61 Delia hilang
62 Kamu kemana?
63 Ketakutan
64 De-javu
65 Dia anakku
66 Papa pun tahu
67 Hadiah terakhir
68 Rasanya kehilangan
69 Dipertemukan
70 Saling menerima
71 Pelukan seorang ibu
72 Janji kelingking
73 Istri orang
74 Belum terbiasa
75 Tidak sempat bertemu
76 Amarah Smith
77 Kali pertama (21+)
78 Menerima apa adanya (21+)
79 Pengakuan seorang ibu
80 Tak percaya
81 Kecanggungan antara ibu dan anak
82 Kesempatan kedua
83 Situasi mencekam
84 Terimakasih putriku
85 Kita impas
86 Dikejar umur
87 Kedua kalinya
88 Bakti seorang anak
89 Ibu-ibu sosialita
90 Tertangkap basah.
91 Saling mengandalkan
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Kabur dari rumah
2
Pria misterius
3
Ancaman Santi
4
Ide cerdik Delia
5
Kekaguman Delia
6
Salting brutal
7
Seorang teman
8
Perseteruan Devan dan Margaret
9
Perhatian kecil Devan
10
Act of service-nya seorang Devan
11
Apa yang dibisikkan Margaret?
12
Sebatas pernikahan kontrak
13
Semakin menjadi
14
Rencana yang gagal
15
Dia lebih segalanya
16
Malu-malu tapi mau
17
Terkurung seperti sandera
18
Penuh rahasia
19
Menjadi pusat perhatian
20
Sebuah pelukan hangat
21
Pertarungan sengit
22
Kecurigaan Anna
23
Kesaltingan yang hakiki
24
Rencana Anna
25
Kedatangan tamu
26
Daripada mati sia-sia
27
Rahasia besar
28
Kenangan 4 tahun silam
29
Mimpi buruk
30
Keceplosan
31
Sadar akan perasaan itu
32
Ketahuan
33
Perasaan itu semakin tak terkendali
34
Ini yang pertama
35
Sama-sama gengsi
36
Ibu kandung vs ibu tiri
37
Aku menginginkanmu
38
Kebiasaan baru
39
Menemui Devan
40
Tanda kepemilikan
41
Benarkah itu kamu?
42
Dia kekasihku
43
Permintaan maaf
44
Suami istri sungguhan
45
Belum tuntas
46
Melibatkan polisi
47
Ketegangan antara Devan dan Kafa
48
Cemburu, benarkah?
49
Teka-teki
50
Masih belum percaya
51
Dia milikku
52
Tunggu pembalasanku
53
Aksi kejar-kejaran
54
Bukan lawan yang mudah
55
Tak sia-sia
56
Menyerahlah
57
Orang misterius
58
Hanya pura-pura
59
Senasib
60
Siapa yang menyuruhmu?
61
Delia hilang
62
Kamu kemana?
63
Ketakutan
64
De-javu
65
Dia anakku
66
Papa pun tahu
67
Hadiah terakhir
68
Rasanya kehilangan
69
Dipertemukan
70
Saling menerima
71
Pelukan seorang ibu
72
Janji kelingking
73
Istri orang
74
Belum terbiasa
75
Tidak sempat bertemu
76
Amarah Smith
77
Kali pertama (21+)
78
Menerima apa adanya (21+)
79
Pengakuan seorang ibu
80
Tak percaya
81
Kecanggungan antara ibu dan anak
82
Kesempatan kedua
83
Situasi mencekam
84
Terimakasih putriku
85
Kita impas
86
Dikejar umur
87
Kedua kalinya
88
Bakti seorang anak
89
Ibu-ibu sosialita
90
Tertangkap basah.
91
Saling mengandalkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!