Salting brutal

"Pak, kita harus pergi dari sini. Delia akan bawa bapak ke tempat yang lebih baik," ucap Delia lirih. Apapun yang Delia bicarakan pada bapaknya selalu menyisakan rasa pedih di benaknya.

Kali ini tidak ada penolakan dari pria itu, ia sepertinya sudah menyerahkan semua keputusan kepada Delia.

"Delia sebentar lagi mau menikah Pak, bukan dengan Mas Sapto tapi dengan pria tadi. Namanya Devan... Dia pria yang baik. Entah gimana nasib Delia jika tidak bertemu dengan Devan..." Pikiran Delia menerawang jauh, ia teringat masa-masa dimana dia terus didesak untuk menikah dengan Sapto sampai akhirnya Devan muncul menyelamatkannya.

"Delia.. Ayo, Tuan Devan sudah menunggu kita."

Lamunan Delia buyar ketika Anna menegurnya.

Sebelum Delia sempat bangkit, tangan Pak Jaya sudah berusaha untuk menggapai jemari Delia, dan dengan gerakan bibirnya ia seperti sedang mencoba untuk berbicara dengan putrinya.

"Bapak nggak keberatan kan kalau Delia menikah dengan Devan?"

Dengan tangan gemetar, Pak Jaya mencoba menuliskan sesuatu ke tangan Delia. Dari gerakan jemari itu Delia memahaminya.

'iya' itulah kata yang ingin disampaikan oleh Pak Jaya. Bersamaan dengan itu, Pak Jaya juga menganggukkan kepala sambil mengukir senyum di bibirnya.

Delia memeluk tubuh renta bapaknya. Perasaan senang dan haru bercampur menjadi satu. Restu dari Pak Jaya membuat Delia semakin yakin dengan keputusannya.

Lalu Delia mendorong bapaknya menuju ke mobil Devan. Sesampainya di mobil, bodyguard Devan dengan sigap segera mengambil alih Pak Jaya.

Selama perjalanan baik Devan ataupun Delia tidak ada yang mau membuka percakapan, padahal mereka sudah duduk bersebelahan.

Entah apa alasan yang membuat Devan meminta ke Delia untuk duduk disampingnya. Tapi pada akhirnya mereka malah saling canggung.

Devan memilih untuk memainkan ponselnya, sementara Delia sibuk dengan melihat gemerlap lampu kota yang terlihat indah di malam hari.

"Carikan rumah sakit terbaik di kota ini, jika bisa kita akan kesana sekarang," titah Devan setelah ia menghubungi Anna.

Mendengar kata rumah sakit membuat Delia bertanya-tanya. Kenapa Devan ingin ke rumah sakit, siapa yang sakit, apa mungkin dia yang sakit?

Setelah memberi perintah, Devan langsung mematikan telfonnya.

"Kenapa kita harus ke rumah sakit, apa kamu sakit?" tanya Delia sambil mencoba menelisik wajah Devan. Tapi Delia tidak menemukan tanda-tanda yang menunjukkan bahwa Devan sakit. Wajahnya nampak segar, begitu pun dengan tubuhnya.

"Bapakmu membutuhkan perawatan yang intens. Apa kamu akan membiarkannya begitu saja?"

Pertanyaan itu seperti tamparan keras bagi Delia, selama ini ia sudah bersusah payah mengumpulkan uang demi pengobatan bapaknya. Namun apa hasilnya, semua hasil kerja kerasnya justru dirampas oleh Santi. Dan Delia harus pasrah menerima kenyataan bahwa ia tidak bisa membawa bapaknya berobat.

Tapi lihat sekarang, bahkan pria dingin seperti Devan bisa berpikir ke arah sana. Pria yang bukan siapa-siapanya namun sekarang menjadi satu-satunya pria yang akan menjamin hidupnya.

Bagaimana Delia bisa tidak tergila-gila pada pria seperti itu?

Katakan, wanita mana yang bisa menolak pria seperti Devan?

Mata Delia berkaca-kaca, lalu sedetik kemudian ia sudah menangis tersedu-sedu bahkan tangisannya terdengar seperti anak kecil yang sedang merengek meminta sesuatu.

Devan yang melihat itu sebenarnya merasa risih, dalam pikirannya.. bagaimana seorang wanita dewasa bisa menangis seperti itu?

Tak lama Devan mengulurkan sekotak tisu ke arah Delia tanpa mau melihat wajahnya. Bukannya gengsi ataupun apa, namun Devan lebih menjaga perasaan Delia, wanita itu pasti akan merasa sangat malu jika tersadar bahwa dirinya sudah menangis terisak di hadapannya.

Namun bukannya lebih tenang, tangis Delia justru semakin menjadi. Devan kebingungan, ia tidak tahu bagaimana cara menenangkan Delia.

Sopir Devan melirik mereka dari spion dalam, nampaknya ia tahu bahwa Devan sedang kelabakan menghadapi Delia.

"Why, apa yang harus saya lakukan?" tanya Devan pada sopirnya dengan gerakan bibir.

Sopir itu mengusap-usap lengannya sendiri seolah sedang memperagakan sebuah gerakan untuk membantu Devan.

Devan yang tak tahu kembali bertanya, "Apa?"

"Tuan usap-usap lengannya biar dia bisa tenang," ucap sopir itu, masih menggunakan bahasa bibir sambil kembali memperagakannya.

"What!" Tentu saja Devan terkejut, lalu ia menggelengkan kepala tanda bahwa ia tidak setuju dengan ide itu.

Tapi semakin lama tangis Delia tak kunjung reda, bahkan gadis itu sampai berani mengeluarkan ingusnya di depan Devan hingga menimbulkan suara yang begitu menjijikan untuk seorang Devan.

Terpaksa Devan mengikuti saran sopirnya. Tangannya perlahan menggapai lengan Delia lalu mengusapnya dengan canggung. Bersamaan dengan itu Devan berdehem, memberi isyarat pada Delia bahwa ia sedang berusaha untuk menghiburnya.

Seorang Devan bisa menahan egonya yang begitu besar benar-benar sebuah keajaiban. Bahkan sopirnya pun dibuat tak percaya dengan kepolosan tuan-nya.

Sopir itu hanya bisa tersenyum sambil melirik ke arah spion. Ini adalah satu-satunya momen terlucu sepanjang sejarah kariernya sebagai sopir seorang Tuan muda yang dingin dan kaku.

Delia sudah melirik ke arah Devan, ia sama sekali tidak mengerti dengan tindakan Devan sekarang. 'Apa yang sedang kamu lakukan?' tanya Delia dalam hati.

"Kenapa menangis seperti itu, kamu bukan anak kecil," ucap Devan tiba-tiba dengan ekspresi datar dan tentunya tanpa menatap mata Delia.

Cara bicara dan sikap Devan yang seperti robot membuat Delia terheran-heran. Bagaimana bisa seorang Devan tidak tahu cara menghibur wanita yang sedang bersedih?

'Kemana saja pria ini, apa dia sama sekali belum pernah berpacaran, atau aku tidak menarik di matanya?'

Tiba-tiba saja pertanyaan aneh itu muncul di benak Delia. Ia nampak ragu dengan pertanyaannya sendiri. Rasanya tidak mungkin jika seorang pria seperti Devan tidak pernah berpacaran.

Sampai akhirnya Delia menutup mulutnya yang spontan sudah terbuka lebar, diikuti dengan matanya yang sudah terbelalak, menatap Devan dengan tatapan risih.

'Apa dia.. jeruk makan jeruk?'

'Oh tidak tidak.. Itu tidak mungkin'

"Kamu kenapa?" tanya Devan, ia bahkan sudah menunduk untuk mengamati penampilannya sendiri, barangkali Delia terkejut karena melihat ada yang salah dengan penampilannya. Namun Devan tidak menemukan sesuatu yang aneh pada dirinya.

"Nggak.. Aku nggak kenapa-napa," sanggah Delia, ia berusaha tersenyum untuk menghilangkan kecurigaan Devan.

"Aku tidur ya, capek." Sedetik kemudian Delia sudah mencondongkan tubuhnya ke arah jendela berpura-pura mencari posisi tidur yang nyaman.

Padahal itu hanyalah alibinya, Delia hanya tidak ingin pikiran buruknya semakin memperparah situasi. Delia berusaha keras untuk menghilangkan pikiran negatifnya.

"Cewek aneh," gerutu Devan.

BERSAMBUNG...

Devan itu definisi cowok tsundere, kalian setuju nggak??

Yang setuju jangan lupa komen di bawah ya..

Ditunggu like dan subscribe-nya biar aku makin semangat nih..

Terpopuler

Comments

Sunny Eclaire

Sunny Eclaire

awokawok delia enggak peka blas

2025-01-13

1

lihat semua
Episodes
1 Kabur dari rumah
2 Pria misterius
3 Ancaman Santi
4 Ide cerdik Delia
5 Kekaguman Delia
6 Salting brutal
7 Seorang teman
8 Perseteruan Devan dan Margaret
9 Perhatian kecil Devan
10 Act of service-nya seorang Devan
11 Apa yang dibisikkan Margaret?
12 Sebatas pernikahan kontrak
13 Semakin menjadi
14 Rencana yang gagal
15 Dia lebih segalanya
16 Malu-malu tapi mau
17 Terkurung seperti sandera
18 Penuh rahasia
19 Menjadi pusat perhatian
20 Sebuah pelukan hangat
21 Pertarungan sengit
22 Kecurigaan Anna
23 Kesaltingan yang hakiki
24 Rencana Anna
25 Kedatangan tamu
26 Daripada mati sia-sia
27 Rahasia besar
28 Kenangan 4 tahun silam
29 Mimpi buruk
30 Keceplosan
31 Sadar akan perasaan itu
32 Ketahuan
33 Perasaan itu semakin tak terkendali
34 Ini yang pertama
35 Sama-sama gengsi
36 Ibu kandung vs ibu tiri
37 Aku menginginkanmu
38 Kebiasaan baru
39 Menemui Devan
40 Tanda kepemilikan
41 Benarkah itu kamu?
42 Dia kekasihku
43 Permintaan maaf
44 Suami istri sungguhan
45 Belum tuntas
46 Melibatkan polisi
47 Ketegangan antara Devan dan Kafa
48 Cemburu, benarkah?
49 Teka-teki
50 Masih belum percaya
51 Dia milikku
52 Tunggu pembalasanku
53 Aksi kejar-kejaran
54 Bukan lawan yang mudah
55 Tak sia-sia
56 Menyerahlah
57 Orang misterius
58 Hanya pura-pura
59 Senasib
60 Siapa yang menyuruhmu?
61 Delia hilang
62 Kamu kemana?
63 Ketakutan
64 De-javu
65 Dia anakku
66 Papa pun tahu
67 Hadiah terakhir
68 Rasanya kehilangan
69 Dipertemukan
70 Saling menerima
71 Pelukan seorang ibu
72 Janji kelingking
73 Istri orang
74 Belum terbiasa
75 Tidak sempat bertemu
76 Amarah Smith
77 Kali pertama (21+)
78 Menerima apa adanya (21+)
79 Pengakuan seorang ibu
80 Tak percaya
81 Kecanggungan antara ibu dan anak
82 Kesempatan kedua
83 Situasi mencekam
84 Terimakasih putriku
85 Kita impas
86 Dikejar umur
87 Kedua kalinya
88 Bakti seorang anak
89 Ibu-ibu sosialita
90 Tertangkap basah.
91 Saling mengandalkan
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Kabur dari rumah
2
Pria misterius
3
Ancaman Santi
4
Ide cerdik Delia
5
Kekaguman Delia
6
Salting brutal
7
Seorang teman
8
Perseteruan Devan dan Margaret
9
Perhatian kecil Devan
10
Act of service-nya seorang Devan
11
Apa yang dibisikkan Margaret?
12
Sebatas pernikahan kontrak
13
Semakin menjadi
14
Rencana yang gagal
15
Dia lebih segalanya
16
Malu-malu tapi mau
17
Terkurung seperti sandera
18
Penuh rahasia
19
Menjadi pusat perhatian
20
Sebuah pelukan hangat
21
Pertarungan sengit
22
Kecurigaan Anna
23
Kesaltingan yang hakiki
24
Rencana Anna
25
Kedatangan tamu
26
Daripada mati sia-sia
27
Rahasia besar
28
Kenangan 4 tahun silam
29
Mimpi buruk
30
Keceplosan
31
Sadar akan perasaan itu
32
Ketahuan
33
Perasaan itu semakin tak terkendali
34
Ini yang pertama
35
Sama-sama gengsi
36
Ibu kandung vs ibu tiri
37
Aku menginginkanmu
38
Kebiasaan baru
39
Menemui Devan
40
Tanda kepemilikan
41
Benarkah itu kamu?
42
Dia kekasihku
43
Permintaan maaf
44
Suami istri sungguhan
45
Belum tuntas
46
Melibatkan polisi
47
Ketegangan antara Devan dan Kafa
48
Cemburu, benarkah?
49
Teka-teki
50
Masih belum percaya
51
Dia milikku
52
Tunggu pembalasanku
53
Aksi kejar-kejaran
54
Bukan lawan yang mudah
55
Tak sia-sia
56
Menyerahlah
57
Orang misterius
58
Hanya pura-pura
59
Senasib
60
Siapa yang menyuruhmu?
61
Delia hilang
62
Kamu kemana?
63
Ketakutan
64
De-javu
65
Dia anakku
66
Papa pun tahu
67
Hadiah terakhir
68
Rasanya kehilangan
69
Dipertemukan
70
Saling menerima
71
Pelukan seorang ibu
72
Janji kelingking
73
Istri orang
74
Belum terbiasa
75
Tidak sempat bertemu
76
Amarah Smith
77
Kali pertama (21+)
78
Menerima apa adanya (21+)
79
Pengakuan seorang ibu
80
Tak percaya
81
Kecanggungan antara ibu dan anak
82
Kesempatan kedua
83
Situasi mencekam
84
Terimakasih putriku
85
Kita impas
86
Dikejar umur
87
Kedua kalinya
88
Bakti seorang anak
89
Ibu-ibu sosialita
90
Tertangkap basah.
91
Saling mengandalkan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!