Bab 17. Dilema

Mata ayah Nia benar-benar sudah seperti mau terlepas dari tempatnya.

Richard ingin membuka helmnya, tapi Nia melarangnya.

"Jangan dibuka, aku akan turun. Kamu cepat pergi!" bisik Nia sambil turun dengan cepat dari motor Richard.

"Aku tidak akan meninggalkan kamu, aku akan jelaskan pada ayahmu..."

"Kalau tidak ingin aku mendapatkan masalah. Cepat pergi! dia ayahku, dia tidak akan memukulku. Cepat pergi!"

Melihat Nia yang malah berbisik-bisik dengan pria yang di yakini Indra adalah seorang berandal. Emosi Indra makin menjadi. Indra bahkan membuka pintu mobilnya, pria paruh baya itu sudah hampir kehabisan kesabarannya.

Nia yang mendengar ayahnya membuka pintu langsung mendorong Richard.

"Cepat pergi!" ucap Nia panik.

"Tapi..."

"Pergilah, cepat!" Nia melambaikan tangannya pada Richard.

Nia meminta Richard supaya cepat pergi. Masalahnya, kalau Nia kan anaknya Indra, jadi Indra tidak akan memukul Nia. Tapi kalau Richard, Nia tahu ayahnya sangat tidak suka pada seorang pria begajulan, berandalann, tidak punya masa depan. Apalagi punya latar belakang sebagai pekerja klub malam. Nia yakin ayahnya pasti akan memberikan setidaknya dua atau tiga pukulan pada Richard sebagai tanpa perkenalan.

Richard yang merasa kalau Nia memang sangat menginginkan dia pergi. Segera melajukan motornya. Dia juga tidak ingin menambah masalah untuk Nia. Dan membuat ayahnya Nia semakin kesal.

"Dasar berandall!" pekik Indra ketika Richard pergi.

Ayah Nia padahal sudah mengepalkan tangannya bersiap untuk memukul Richard. Tapi keburu Richard pergi.

Agnia sudah pucat wajahnya. Dia yakin, ayahnya pasti akan mengamuk di rumah nanti.

"Bagus ya! berani betul kamu melanggar larangan ayah. Boleh pria mana saja Nia, tapi jangan pria berandalann seperti itu. Pria seperti itu adalah pria yang tidak punya masa depan. Kamu ini benar-benar ya!"

Indra terlihat sangat marah pada putrinya. Nia putri semata wayangnya. Tentu saja begitu mengetahui putri semata wayangnya itu terjerumus pergaulan dengan pria semacam itu. Indra marah sekali.

"Masuk ke dalam mobil!" teriaknya lagi.

Sementara Nia buru-buru masuk ke dalam mobil. Dari jauh, dari tempat yang tidak bisa di lihat oleh Indra ataupun Nia. Sebenarnya sejak tadi Richard terus memperhatikan apa yang terjadi pada Nia.

Ayahnya Nia benar-benar marah pada Nia. Sesekali, Richard merasa khawatir pada istrinya itu ketika ayahnya menunjuk Nia atau berkacak pinggang di depan Nia. Nia juga hanya menundukkan kepalanya, dengan sesekali mengangkat bahunya kerena merasa suara ayahnya semakin meninggi.

Setelah Nia masuk ke dalam mobil, dan ayahnya pergi bersamanya. Richard segera pergi dari tempat itu. Dari jauh, dia bahkan mengikuti istrinya itu.

Benar-benar di ikuti sampai di depan gerbang rumah Nia.

Richard baru pergi setelah melihat Nia masuk ke dalam rumah, dengan di iringi oleh ayahnya yang sepertinya masih sangat marah padanya.

Meski sejak masuk ke dalam mobil, ayahnya Nia sudah tidak bicara. Nia masih sangat takut.

Baru saat Nia di sapa oleh Santi, Indra kembali bicara dan langsung dengan nada tinggi.

"Putrimu ini makin keterlaluan! sudahlah! bicarakan saja pertunangan secepatnya dengan keluarga nak Kalvin. Daripada dia salah langkah ke depannya...."

Nia yang mendengar itu lantas menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Ayah, bertunangan dengan dokter Kalvin? itu tidak mungkin ayah, aku..."

"Lalu maumu apa? bertunangan dengan pria berandall yang tadi membonceng mu dengan kebut-kebutan bahkan di kejar polisi itu?" sela Indra membentak Nia.

Santi yang mendengar apa yang di katakan oleh suaminya menjadi sangat terkejut.

"Nia..." lirih Santi tak percaya anaknya bisa bergaul dengan pria semacam itu.

"Bu, Nia dan pria itu..."

"Jangan sebut lagi pria itu. Pria itu tidak punya masa depan. Kerjakan apa pekerjaannya?" tanya Indra yang lagi-lagi membentak Nia.

Nia terdiam, dia tentu saja tidak mungkin mengatakan pada orang tuanya kalau pekerjaan Richard adalah penghibur di klub malam. Bahan mainan tante-tante kesepian, arisan berondong. Semua itu tidak mungkin, Nia katakan pada ayah dan ibunya. Mengetahui Richard berandalann yang suka balap liar saja, ayahnya sudah mengamuk seperti itu. Apalagi, kalau ayah Nia tahu bahwa Richard adalah seorang pria penghibur. Dan uang 900 juta itu juga sebenarnya yang menggunakan bukan Nia. Tapi suaminya yang dia nafkahi itu.

Indra makin kesal melihat Nia terdiam. Indra bahkan mendengus kesal melihat bagaimana anaknya itu tidak bisa menjelaskan, tidak bisa menjawab apa pekerjaan pria itu.

Indra meyakini kalau pria itu pasti tidak punya pekerjaan. Dan hanya akan memanfaatkan Nia saja. Putrinya benar-benar terlalu polos. Mudah sekali di bujuk. Tapi itu memang ada benarnya, kalau tidak mana mungkin dia bisa jatuh cinta pada Vino, si pengkhianat itu.

"Tidak punya pekerjaan kan? Daripada semakin jauh kamu berhubungan dengan pria itu. Lebih baik kamu bertunangan dengan dokter Kalvin. Sudah jelas asal usulnya, pekerjaannya juga. Masa depan kamu akan terjamin!"

Nia meneteskan air matanya. Bagaimana pun dia sudah menikah dengan Richard. Mana bisa dia bertunangan dengan dokter Kalvin. Tapi Nia juga sangat takut pada ayahnya. Dia benar-benar tak bisa mengatakan pada ayahnya kalau sebenarnya dia bahkan sudah menikah dengan Richard.

"Ayah..."

"Kalau kamu tidak mau ayahmu ini terkena serangan jantung! Menurut pada ayah, Nia. Atau kamu keluar saja sekalian dari rumah ini, dari kartu keluarga sekalian! kalau memang tidak mau mendengarkan apa kata ayah lagi! Urus anakmu Santi!"

Indra pergi setelah mengatakan semua itu. Dia benar-benar marah. Sampai melampiaskan kemarahannya pada istrinya juga.

Brakk

Indra bahkan menutup pintu kamarnya dengan sangat keras. Pria paruh baya itu menunjukkan rasa kecewa dan kemarahannya pada Agnia dengan membanting pintu katanya dengan sangat kencang.

"Ibu"

"Ayahmu benar nak. Semua ini demi masa depanmu. Cinta boleh nak, tapi bodohh jangan! Mencari suami itu untuk seumur hidup nak, bukan sehari dua hari, setahun dua tahun. Kalau kamu salah pilih, menyesal pun tak berguna. Kamu pasti lelah kan? istirahat lah. Besok, baru kamu minta maaf pada ayahmu!"

Nia menyeka air matanya. Dia juga tidak mungkin bisa merubah pemikiran ayahnya saat ini.

Sementara Nia berjalan ke arah kamarnya dengan hati yang begitu sedih. Seseorang tengah tersenyum menyeringai melihat perdebatan yang terjadi antara ayah, ibu dan anak itu.

"Cih, akhirnya dia terjerumus juga dalam masalah. Akhirnya dia memang tidak bisa di bandingkan dengan putriku, putriku menikah dengan anak pengusaha kaya. Sementara dia, pilihannya hanya dokter muda yang miskin dan belum punya apa-apa. Atau berandallan yang juga pasti tidak punya apa-apa. Sungguh menyedihkan!" gumam Ineke yang menertawakan nasib Nia yang jelas-jelas kalah jauh di banding Audrey putrinya.

***

Bersambung...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***