Bab 5. Menumpang tapi tidak tahu Diri

"Nia, semalam kamu kemana? tiba-tiba ilang. kamu di jemput ibumu, atau ayahmu?" tanya Karin yang penasaran kemana perginya Nia semalam.

Semalam itu, saat Karin dan yang lain iseng-iseng ikut arisan berondong, mereka kalah. Untung mereka tidak invest terlalu besar. Dan saat mereka kembali ke tempat duduk mereka. Mereka sudah tidak menemukan keberadaan Nia di sana.

Nia yang di tanya temannya seperti itu pun jadi bingung juga untuk menjawabnya. Masa iya dia harus bilang pada teman-temannya, dia sudah menikah. Tiba-tiba saja menikah, dengan pria penghibur di klub malam itu pula. Kan dia bisa di bilang tidak waras, bagaimana seseorang bisa menikah dalam waktu kurang dari 12 jam bertemu. Itu pernikahan paling kilat yang pernah ada kan?

"Nia! are you okey?" Angel yang juga baru datang dari ruangan bosnya langsung menyentuh kedua pipi Nia dengan kedua tangannya.

Angel menatap wajah Nia yang jadi membulat seperti ikan buntal karena di tekan oleh kedua tangannya.

"Ha ha ha lucu muka si Nia" Karin sampai terkekeh melihat kedua temannya di depannya itu.

Nia pun menyingkirkan kedua tangan Angel dari wajahnya.

"Tuh tangan habis megang apa coba?" tanya Nia pada Angel.

"Gak ada! paling pegang mesin fotocopy yang sudah terkontaminasi banyak tangan!" sahut Angel yang langsung duduk di kursi kerjanya di samping Nia.

"Semalam ibu kamu telepon aku. Kamu gak pulang?"

Karin yang mendengar apa yang dikatakan Angel semakin menjadi penasaran.

"Serius? kamu kemana? hayoo, jangan-jangan...."

"Ih, aku gak kemana-mana. Aku menginap di hotel. Mana mungkin aku pulang dalam keadaan setengah mabuk begitu" alasan Nia, "tapi kamu bilang apa sama ibuku?" tanya Nia penasaran.

"Aku bilang mungkin kamu menginap di rumah Karin..."

"Ih kok aku?" tanya Karin.

"Kamu cerita semalam kita kemana?" tangan Nia.

"Aku bilangnya kita lembur. Ya kali, bilang ke klub malam"

"Tapi kok ibunya Nia gak telepon aku? eh... mungkin dia nelepon kali ya. Kan hapeku mati kalau malam"

Nia menghela nafas lega.

"Thank you so much kalian berdua, emang bestie terbaikku" kata Nia tersenyum pada kedua temannya.

**

Sementara itu, di rumah keluarga Nia. Ineke yang masih tinggal di sana meski anaknya sudah pindah ke rumah suaminya tampaknya begitu penasaran dengan bagaimana keadaan Agnia, paska di tinggal menikah Vino dan juga Audrey.

Masalahnya hubungan Vino dan Agnia kan sudah lama juga. Tidak mungkin Nia akan baik-baik saja ketika mantan kekasihnya menikahi sepupunya.

"Mbak Santi, kok dari semalam aku gak lihat Nia ya?" tanya Ineke.

Santi kesal sekali mendengar pertanyaan dari adik iparnya itu. Santi bukan tidak tahu lah, sebenarnya Ineke dan Audrey itu pasti umah merencanakan semua ini.

Sejak dulu, Audrey memang selalu menginginkan apapun yang di miliki oleh Nia. Ketika Nia memiliki pacar yang lebih rendah status keluarganya dari pacar Audrey, mereka kerap kali menghina Nia. Tapi begitu Nia mendapatkan kekasih seperti Vino, yang merupakan pemilik perusahaan Chandra. Dengan segala upaya dan rencana buruk kedua wanita itu, berusaha untuk merebut Vino. Hingga merendahkan diri Audrey sendiri.

Jelas-jelas itu kamar Nia, bagaimana bisa Audrey berada di sana. Saat Audrey sendiri tahu, Nia berada di kamar tamu. Itu pasti sudah di rencanakan oleh mereka.

"Nia punya pekerjaan penting, dia menginap bersama Angel dan Karin. Meski dia anak pengusaha sukses. Dia kan bukan pemalas, yang hanya ingin mengandalkan orang lain untuk hidup enak" kata-kata Santi itu di ucapkan oleh wanita paruh baya itu dengan sangat santai.

Tapi meski di ucapkan dengan santai. Raut wajah Ineke langsung berubah. Yang tadinya sangat sinis dan cenderung berharap lawan bicaranya terlihat sedih dan kecewa. Malah menjadi kesal sendiri. Ucapan Santi itu seolah menyindirnya dan anaknya. Meski sudah lulus kuliah, Audrey memang tidak bekerja.

"Kenapa mbak Santi bilang begitu? menyindir ku?" Ineke langsung panas.

"Aku tidak menyindir siapapun. Tapi kalau ada yang tersindir dengan kebenaran itu, bukankah itu juga bukan salahku?" sahutnya dengan santai.

Ineke tampak kesal. Dia langsung pergi dari tempat itu menuju ke ruangan lain. Di sana, wanita itu mengepalkan tangannya dengan kuat.

"Hehhh, lihat saja. Kalau nanti perusahaan Indra bangkrut, dan pada akhirnya hanya perusahaan Vino yang bisa membantu. Aku tidak akan pernah membiarkan menantuku itu membantu mereka. Biar hidup susah mereka. Enak saja, sudah kalah masih berani bicara sombong padaku" gerutu Ineke kesal.

Mungkin mahkluk seperti Ineke inilah yang bisa di sebut sebagai seseorang yang tidak tahu diri.

Memangnya sebelum mengenal Vino, sebelum anaknya menjerat Vino dan pada akhirnya bisa menikah dengan pria itu. Siapa yang menghidupi mereka.

Ineke sepertinya lupa, kalau selama puluhan tahun dia bergantung hidup pada kakaknya itu. Tinggal di rumah kakaknya, makan dan minum dari kakaknya. Bahkan segala kebutuhannya dan anaknya, juga uang sekolah hingga kuliah anaknya, kakaknya itulah yang membantunya. Membiayai semuanya.

Sekarang, setelah dia punya menantu yang lebih kaya dari kakaknya. Mulutnya langsung bersuara sesuatu yang tidak baik. Bahkan seperti mengharapkan kakaknya akan mengemis bantuan pada dirinya dan anaknya yang sekarang sudah menjadi keluarga Vino yang kaya raya itu.

Mungkin Ineke juga sudah lupa. Di atas langit, itu pasti masih ada langit lagi. Seperti di atas kekayaan Indra masih ada kekayaan yang di miliki oleh Vino. Di atas kekayaan Vino juga pasti masih ada yang lebih kaya lagi. Sayangnya hal seperti itu tidak pernah di sadari oleh Ineke.

Ineke segera menghubungi Audrey, dia sudah bosan tinggal di rumah kakaknya. Rumah Vino lebih besar dari rumah Indra. Dia ingin sekali tinggal disana.

"Halo Audrey, jadi bagaimana? apa kamu sudah bilang pada Vino. Kalau ibu mau tinggal disana dengan kalian?" tanya Audrey.

[Aduh, maaf ya Bu. Tadi pagi aku sudah bilang ke mas Vino. Tapi... mas Vino bilang. Ibunya gak mau kalau ibu tinggal di rumah kami ini. Katanya itu hal yang tidak baik. Ibu mas Vino menolaknya Bu]

"Kenapa begitu? kamu kan bisa bujuk suami mu..."

[Gak bisa bu. Aku baru sehari di sini. Masa iya aku bantah ucapan mertuaku. Ibu tinggal disana saja, yang penting kan kalau ibu mau apa-apa tinggal bilang sama aku. Lagipula aku sama mas Vino mau bulan madu dulu Bu. Sudah ya Bu, kami sudah mau berangkat]

"Audrey..."

Tut Tut Tut

Ineke tampak kesal.

"Gimana sih anak ini? di bantu jadi menantunya orang kaya malah lupa sama ibunya" gerutunya kesal.

Memangnya Audrey akan meniru siapa? memangnya dia akan mencontoh sikap dan perilaku siapa? ibunya adalah orang yang tidak tahu balas budi. Lalu, dia akan seperti apa memangnya?

***

Bersambung...

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***