Takdir Cinta Lyra, Antara Cinta Dan Hidayah
"Bunda Cantik ...." Tampak seorang gadis kecil berlari menghampiri dan seketika merangkul bahuku.
"Kamu mengenal gadis kecil ini kah, Ly?" Kak Fida yang sedang duduk di hadapanku tampak keheranan.
Terik mentari menggenggam semesta, bias panasnya menelisik hingga pori terdalam. Terjangan panas yang syukurnya berakhir saat kami memasuki Rumah Makan Lesehan dengan pemandangan alam yang memanjakan mata kami.
Sebuah kolam ikan dipenuhi koki cantik berwarna-warni, batu-batu bulat tersusun rapi melingkar menjadi penjaga, gemericik air terjatuh manja memberi kesejukan dan penghidupan puluhan koki yang membuka dan mengatupkan mulutnya menggemaskan.
Di dalam rumah makan tampak bunga dalam kreasi botol-botol bekas yang tersusun indah di setiap sisi dinding semakin memanjakan netra kami yang saat ini sedang duduk menanti sosok yang dinanti.
Aku seorang buruh pabrik di daerah Bekasi. Aku duduk beralas anyaman bambu yang halus dan nyaman tak sendiri, seorang sahabat sedang menemaniku. Fida Alifia, sahabatku sejak 6 tahun silam bersamaku kini.
Kedatangan kami saat ini bukan tanpa alasan. Kak Fida hendak mempertemukanku dengan seseorang, men-ta'arufi kami tepatnya. Usiaku 25 tahun, usia yang sebetulnya sudah cukup untuk menikah, namun kegagalan masa lalu serta hidayah yang menghampiri membentengiku untuk tidak berhubungan dengan non muhrimku.
Entah mengapa sejak dua minggu lalu Kak Fida selalu mendesakku agar setuju dikenalkan oleh seorang pria, sahabat suaminya. Setelah beberapa kali pertemuan kami gagal, akhirnya Kak Fida merencanakan pertemuan kami kembali hari ini.
____________
Flashback ...
"Ayolah Lyra, mau sampai kapan kamu sendiri? Tidakkah kamu ingin ada yang menjaga dan melindungimu? Memiliki keluarga kecil, menjadi ibu, mengurus rumah. Itu sangat menyenangkan Ly …."
Entah sudah berapa kali Kak Fida kerap melontar harap yang sama. Bahkan aku takut berpikir ke sana, menjalin hubungan … dan terluka. Rasa yang menjadi momok menyeramkan, rasa sakit yang masih membekas dan sulit terhapus walau bertahun terlewati.
"Bukan begitu Kak, tapi memang sulit untukku membuka hati kembali," ujarku dengan jawaban yang sama. Aku menunduk hingga seketika bayang orang-orang masa lalu seketika melintas. Cinta pertamaku kandas karena ia telah dijodohkan orang tuanya, hingga cinta kedua hadir menjadi pelipur namun nyatanya harus berakhir pula saat hidayah menyapaku. Aku meninggalkan ia yang begitu tulus hanya untuk satu alasan. Tuhanku akan membenci kedekatan kami.
"Lyra ... Tidakkah kamu ingin menjalankan perintah Rasulmu? Menikah itu suatu sunnah Ly. Yakin cinta itu akan sangat indah di bawah naungan cinta-Nya. Belajar dan meraih surga bersama dengan seseorang yang telah menjadi pasangan halalmu ...." Kak Fida begitu bersemangat setiap kali membahas masalah ini, ia sedang merayuku.
Aku terdiam, entah alasan apalagi yang harus kulontarkan. Karena sesungguhnya hati kecilku membenarkan semua ucapan sahabatku.
"Heii, gimana? Kamu mau kan? Aku yakin kamu pasti suka dengan pria ini! Ia teman mas Fahmi suamiku, orangnya sholeh Ly ...."
"Kak Fid .... Maaf! Belum saat ini!" ujarku masih kokoh dengan keputusanku.
"Kenapa Ly? Apa kamu masih belum bisa melupakan Firgie? Ingat Lyra, ia tidak berani menikahimu. Keputusanmu sangat benar, kamu memilih cinta Robb-Mu dibanding Firgie yang hanya cinta duniamu. Kalau kamu memang di hatinya, ia pasti memperjuangkanmu tapi ia bahkan tidak datang di hari pertemuan kalian," ujar Kak Fida membuka cerita kelamku.
"Bukan! Bukan itu, Kak!" lirihku.
"Lalu apa? Atau Mas Dimas? Cinta pertama yang telah menikah dengan tunangannya itu? Ya ... Mas Dimas memang sosok spesial untukmu kan? Ingat dulu bagaimana begitu rapuhnya kamu berpisah dengannya."
Kak Fida benar-benar membuka lukaku, bukan lagi menggoresnya melainkan mencongkel seluruh lukaku tak tersisa. Kisah kelam dua sosok yang pernah hadir dan hingga kini tak bisa dienyahkan. Mereka tetap duduk manis di sudut hatiku. Bodoh memang! Setelah luka yang ditoreh bahkan aku masih membiarkan mereka menempati ruang itu.
"Stop! Sudah Kak!!" Tak terbendung kini air mata yang selalu menjadi teman malamku. Teringat kepingan cerita yang hilang karena takdir belum memihaknya. Aku sibuk kini dengan aktivitas sebagai leader di PT, serta menyempatkan membantu mengajar baca tulis AlQuran di waktu soreku. Menyibukkan waktu untuk mengabdi. Melupakan cinta manusia dan berfokus pada cinta Sang Kholiq.
"Baik. Aku setuju Kak ...," ujarku akhirnya karena letih dengan pembahasan ini.
Aku akan membuka hatiku, monolog batinku.
Kak Fida terlihat tersenyum padaku. Ada sesuatu di matanya yang tak mampu kubaca.
"Lyra, aku yakin kamu pasti akan cocok dengan pilihanku," gumam Kak Fida yang kutanggapi dengan anggukanku.
"Tapi aku memiliki syarat untuk ta'aruf ini!" ujarku setelahnya.
"Apa itu? katakanlah?"
"Aku tidak ingin mengetahui tentang pria itu. Aku percayakan semua padamu! Aku yakin dengan pilihanmu. Kamu tau aku tidak mencari yang aneh-aneh. Cukup ia baik dan mampu menjadi imam untukku kelak," lugasku. Kak Fida terdiam menatapku.
"Ly, apa ka-mu masalah jika pria itu te-lah me-miliki a-nak?" ujar kak Fida dengan hati-hati berucap padaku.
"Maksudmu?" bingungku.
"Ia seorang duda, Ly. Berpisah dengan istrinya karena istrinya selingkuh dengan rekan kerjanya," jelas kak Fida.
Deg.. rasa apa ini? Bahkan aku belum tau siapa calon yang akan berta'aruf denganku tapi hatiku sakit membayangkan sosok yang kita cinta berkhianat. Mungkin aku terbawa kisah masa laluku. Entah bagaimana perasaan lelaki itu mengetahuinya. Duhh, kenala aku jadi memikirkan lelaki itu? monologku kembali.
"Lalu bagaimana sikapnya mengetahui sang istri menduakannya?" tanyaku penasaran dengan kisah lelaki itu.
"Karena alasan putrinya yang masih kecil awalnya ia memberi kesempatan istrinya, namun istrinya tetap bermain dengan pria lain di belakangnya. Ia dengan berat hati akhirnya melayangkan surat perpisahan kepada istrinya tersebut."
"Lelaki yang malang, tak ubahnya seperti aku," gumamku.
"Oya, berapa usia anaknya? Laki-laki atau perempuan?"
"Anaknya perempuan Ly, sekitar 5 tahun usianya. Dia sangat manis dan menggemaskan, kamu pasti akan langsung menyukainya jika bertemu."
"Ada lagi yang ingin kamu ketahui, Ly?" Kak Fida bertanya seakan menggodaku.
"Untuk saat ini cukup!"
"Tidakkah kamu ingin tahu bagaimana rupa calon imammu?" Kak Fida mulai memancingku.
"Rupa tidak menjadi prioritasku kini, Kak." Ya … untukku yang pernah berkali gagal agaknya kebaikan akhlak cukup untukku memilih imamku.
"Okelah ...."
___________
"Bunda, kok bengong sih?" Seorang gadis yang merasa nyaman merangkul bahuku berujar menyadarkan lamunku.
Kembali teringat awal pertemuanku dengan gadis menggemaskan ini beberapa waktu lalu. Kami bertemu sekitar 1 bulan yang lalu di Gramedia Central Mall. Gadis kecil dengan mata bulat yang sangat menarik hatiku, wajahnya cantik dan menggemaskan. Gemulai geraknya membuatku tersihir terus menatapnya. Ternyata takdir mempertemukan kami lagi di sini.
"Hai Bunda cantik, Mayla senang sekali beltemu Bunda di sini," ujar sang gadis kecil sambil terus menatap wajahku.
"Bunda juga senang bertemu Mayra lagi."
"Oh ya, apa yang Mayra lakukan di sini dan dengan siapa Mayra ke mari?" tanyaku lagi sambil mencium gemas pipi chubby miliknya.
"Dengan Ayah, itu ayah Mayla." Sang gadis kecil menjawab sambil menunjuk 2 lelaki yang sedang berjalan ke arah mereka, jarak yang jauh membuatku tak mampu menangkap sosok mereka.
"Pria yang menggunakan kemeja coklat adalah suamiku Fahmi, Ly!" seketika Kak Fida melontarkan kata-kata yang membuatku terkesiap.
Bukankah tadi Mas Fahmi bilang akan menjemput calon suamiku? Jika pria di sebelah mas Fahmi adalah ayah Mayra, maka Mayra akan menjadi putriku, kah? monologku.
Kuajak Mayra berkeliling sampai ke sebuah taman dengan air mancur yang sangat indah. Kulihat Mayra menyukainya. Kami beberapa kali melakukan selfie di sana. Hingga tiba-tiba Mayra membalik badan dan tampak berbinar matanya.
"Yeaa … Ayah Mayla datang! A-yah ...," Jantungku tiba-tiba berdetak tak karuan, di balik sana calon suamiku tiba, calon imamku ... orang yang akan mengarungi bahtera bersamaku. Sembari mengucap Bismillah aku pun berbalik. Dan ….
Ohhh ... Bu-kankah i-tu …?
Seketika pandanganku gelap, bayangan orang-orang di sekitar semakin lama tak terlihat. Tetesan air telah memaksa keluar dari sudut mataku. Hanya sayup-sayup suara yang masih kudengar.
"Lyra ...."
"Bunda kenapa A-yah?"
Terasa seseorang merengkuh tubuhku.
Sayup masih kudengar …
"Ba-ngun Lyra-ku...."
Dan aku tak mengingatnya lagi ...
______________
🌻Thor sengaja kasih bocoran cerita dipertengahan yaa❤..
Siapakah pria yang ditemui Lyra?
*Bab selanjutnya Slowdown dulu kita ikuti kisah awal mula pertemuan setiap tokoh di novel Thor😊
_______________
🌻Mohon dukungan untuk karya pertama Thor..
🌻Mohon maaf PUEBI nya masih berantakan
🌻Happy reading❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Uli Purwanti
ini Mayra yang ketemu Cakra di rumah bandung gak sih?
2023-05-17
1
Bundanya Pandu Pharamadina
aku favorit dulu👍❤
2023-04-12
0
EndRu
harusnya ku baca karya pertama ini dulu yak Kak. langsung ke cerita Fura Syafiq lanjut Dimas Shofi
2023-04-05
0