Pernikahan Rizki Dan Syifa

Firasat Anya mengatakan kalau ia tidak segera pergi dari sana, maka dirinya akan menjadi bulan-bulanan dua wanita paruh baya itu.

"Saya permisi dulu, Bu. Assalamualaikum!" ucapnya berpamitan.

Bukan menjawab salam, mereka malah menyudutkan Anya. "Syukur banget deh, Mbak Mila enggak kenal sama dia. Kita pikir ini calon mantu kamu, Mbak. Ih, amit-amit ya punya hubungan dengan keluarga kayak gini," ucap ibu tersebut.

"Saya juga enggak mau kalau punya mantu kayak dia, ya walaupun adiknya yang melakukan kesalahan. Namun, tetap aja kan mereka sedarah, pastinya sifatnya juga sama. Bisa jadi pakaian muslimah itu cuma untuk menutupi sifat sebenarnya," sambung yang lainnya.

Yogi yang kebetulan sudah keluar dari masjid dan mendengar Anya dihina oleh mereka, emosinya jadi naik, baru juga hati adem, eh malah dibikin panas dengan omongan orang tua di depannya.

"Permisi Ibu-ibu, bukan saya bermaksud lancang ya. Kalau tidak bisa berkata baik, sebaiknya diam aja, sesama hamba Allah enggak baik menghina. Jangan merasa diri sudah lebih baik daripada pendosa, ingat! Allah lebih dekat dengan pendosa ketimbang seseorang yang merasa dirinya paling mulia," ucap Yogi. Ia mengingatkan dengan begitu bijak, sebenarnya Anya kagum dengan kata-kata Yogi, tapi dia tidak ingin menampakkan rasa kagum itu di sana.

Anya tidak mau menghadapi situasi yang lebih parah lagi, ia berjalan meninggalkan Yogi. Rehan juga sudah menunggu di mobil sejak tadi.

Rizki yang awalnya ingin membela Anya, ia langsung mendapat peringatan keras melalui tatapan tajam sang mama.

Bu Mila pun mengajak Rizki untuk pulang, setelah Anya juga menghilang dari pandangan mereka.

Di tempat lain yang tak jauh dari area masjid, Windi sedang menunggu sahabatnya itu.

Anya masih belum kelihatan, jadi dia memutuskan untuk keluar dari mobilnya dan berjalan menuju ke depan masjid.

"Apa mereka belum kelar ibadahnya ya?" tanya Windi membatin. Gadis cantik dengan rambut sebahu itu memandang pakaiannya dari atas sampai bawah.

"Gue cantik, baju gue juga bagus. Gue mau masuk ke sana, tapi apa gue pantas ke sana dengan baju yang kurang bahan seperti ini? Bukankah ini namanya penghinaan?"

Windi mulai mengoceh tentang pakaiannya sekarang, sampai-sampai dia tidak sadar saat Anya, Yogi, dan Rehan datang menghampirinya lebih dulu.

"Bos udah nyampe sini aja," cicit Rehan seraya menarik sarung yang melingkar di lehernya.

"Pfftt!" Windi menutup mulutnya, ia menahan tawa saat melihat pakaian Yogi dan Rehan.

"Hahaha..." Windi tertawa dengan bahu yang ikut naik turun. "Sampai menangis gue ngeliatin penampilan kalian, idih! Udah insyaf aja anak buah kesayangan gue," ledek Windi. Sedangkan tiga orang di depannya hanya diam dengan kening berkerut heran.

"Bos, emang dari dulu kita kayak gini. Apanya yang insyaf?" tanya Rehan, kini giliran dia yang dibuat bingung.

Anya ikutan tersenyum, ternyata tidak cuma dia, Windi juga berpikir demikian.

Kedua gadis itu memiliki pikiran yang sama tentang Yogi dan Rehan.

.

.

"Nah, ini nih definisi dari don't judge a books by its cover. Jangan menilai sebuah buku dari sampulnya," kata Yogi.

"Pasti Bos sama Mbak Anya selama ini ngira kalau kita kagak pernah sholat ya? Secara kan pakaian kita kayak preman gitu?" tambah Rehan.

Mereka sekarang sedang berada di depan taman kecil yang kebetulan letaknya masih tidak jauh dari masjid tempat mereka sholat Maghrib tadi.

Anya mendesah pelan, yang dikatakan Rehan memang benar.

"Maaf, selama ini aku juga berpikir hal yang sama. Sebenarnya enggak seperti itu juga, cuma pas ngelihat kalian pakai sarung tadi, pikiran terasa aneh gitu." Anya melirik ke arah Yogi dan Rehan, ia lalu tersenyum hangat. "Lanjutkan apa yang kalian lakukan sekarang, pastikan untuk tetap istiqamah! Jangan pikirkan baik dan buruknya pandangan manusia, yang penting Allah tahu isi hati dan niat baik kita," pungkasnya.

"Gue juga salut sama Mbak Anya, meskipun diremehkan tiap hari sama orang sekitar. Diledekin, macam-macamlah, tapi tetap mempertahankan niat baiknya. Nah, si Bos sendiri kapan?" tanya Rehan yang kemudian membuat lamunan Windi buyar.

Kring

Kring!!!

Suara mangkuk yang dipukul dengan sendok membuat ide baru terlintas di otak Windi.

"Wah, aku sudah laper! Ayo pesan mie bakso ayam yang di sana!" ajak Windi seraya menunjuk ke arah gerobak yang berada tidak jauh dari tempat mereka duduk.

"Sengaja banget ngalihin topik pembicaraan," desis Anya. Ia tahu persis bagaimana sifat sahabatnya itu, Windi tentu tidak ingin menjawab pertanyaan Rehan tadi.

"Yogi, lo aja yang pesen buat kita," suruh Rehan."

Yogi mencebikkan bibirnya seraya melirik tajam ke arah Rehan. "Dih, badan aja yang besar. Giliran mau makan malah malas buat gerak."

Meski berkata demikian, tapi Yogi juga yang akhirnya pergi dan memesan empat mangkuk mie bakso itu.

"Bos, Bos Windi enggak ada niat kah untuk mengikuti jejak mbak Anya?" tanya Yogi di sela-sela Windi yang asyik menikmati mie baksonya.

"Uhuk!" Windi terbatuk dan satu butir bakso gagal masuk dalam mulutnya.

"Ups!" Yogi menahan tawa, ia tidak tahu pertanyaannya barusan akan membuat Windi sekaget itu.

Anya mengambil sebotol air mineral yang tadi dibeli Rehan.

"Minum dulu, Windi. Kalau makan hati-hati dong, jangan buru-buru, kita enggak bakal ninggalin kamu juga," kata Anya yang juga ikut menahan tawa.

Windi melotot ke arah tiga orang di depannya, rasanya mereka bertiga ingin dimakan sekalian bersama mie bakso itu.

"Udah deh, gue tahu kalian mau ngetawain gue kan?" ucapnya kemudian.

"Ya, habisnya si Bos cuma dikasih pertanyaan gituan udah keselek aja," ucap Rehan.

"Apa yang tadi ditanyain Yogi, soal itu gue masih belum kepikiran, tapi doain aja yang terbaik buat gue."

Meski berkata belum terpikirkan, tapi kenyataannya Windi selalu memikirkan hal itu. Belum lagi kedua orangtuanya juga terus menanyakan hal yang sama padanya, dia terus setia mengikuti ke mana pun Anya pergi, tapi kenapa tidak terpikirkan untuk mencoba menutup aurat seperti Anya.

"Oh ya, aku sama Rehan pamit duluan ya!" ucap Yogi saat mie dalam mangkuknya sudah habis semua.

"Eh, bayar dulu!" seru Windi mengingatkan.

Baru beberapa langkah mereka bergerak, sekarang malah harus berhenti lagi karena teriakan Windi.

"Yeee, bukannya si Bos yang traktir kita?" tanya Yogi, ia kembali mendekati Windi dan Anya.

"Pergi aja, Gi. Biar mbak yang bayarin," ucap Anya.

Seketika senyum Yogi pun tambah lebar, tapi Windi kembali memudarkan senyuman itu.

"Enggak usah, Nya! Gaji mereka lebih gede dari elu!"

Anya menatap Yogi dan Windi secara bergantian. "Tega amat kamu bayarin aku setengah dari gaji mereka."

"Lo kan sahabat gue, ya beda dong. Sahabat harus berkorban lebih banyak," kata Windi sambil nyengir.

"Termasuk ngorbanin gaji?"

"Ya gitu deh." Windi mengambil botol air dan meminumnya seteguk

Anya kembali melihat Yogi, dilihatin begitu rupa sama Anya, cowok itu cuma bisa garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal, dia tersenyum kecil. Sedangkan Rehan, cowok itu masih menunggu Yogi tepat di ujung taman. Dia sudah tidak tahan digigit oleh nyamuk-nyamuk di sana, menyadari kerisihan Rehan, mereka berdua pun menyuruh Yogi untuk langsung pulang.

Yogi baru menghampiri Rehan kembali setelah membayar semua pesanan mereka.

*

Hari-hari berlalu begitu cepat, Sasha sudah tidak pernah keluar lagi karena keadaan perutnya yang sudah semakin membesar. Kehamilannya sudah memasuki usia tujuh bulan, dan hari ini Anya berniat untuk pergi menemui Windi, ada beberapa hal yang ingin dia bicarakan sama sahabatnya itu.

Anya sudah lama tidak bekerja di tempat Windi, sudah dua bulan lebih, dan itu disebabkan oleh para pelanggan yang terus saja melontarkan kata-kata keji untuknya dan untuk keluarganya.

Saat sudah banyak yang tahu kalau dia adalah kakak dari Sasha, cafe Windi mendadak sepi dari pengunjung. Ada yang bilang itu disebabkan oleh Anya, karena tidak mau membuat masalah semakin besar, Anya pun memilih keluar dari sana.

Sebagai sahabat yang baik, Windi sudah berusaha keras membuat Anya mengubah keputusannya itu. Namun, keputusan Anya sudah bulat, tidak ada yang bisa menghentikannya.

Anya tidak mau bertahan disana, dia tidak mau membuat Windi rugi. Cafe itu mereka bangun sama-sama dari nol, dan Anya mau kalau cafe itu tetap berjalan, dan jangan sampai gulung tikar hanya karena keberadaannya di sana.

"Hari ini pernikahan Rizki dan Syifa, lo enggak mau datang, Anya?" tanya Windi.

"Ngapain? Apa aku harus bertemu dia lagi dan kenangan itu akan kembali muncul?"

Windi mengambil ponselnya, ia memperlihatkan chatingannya beberapa hari yang lalu dengan Rizki. "Dia nyuruh lo datang, kalau lo mau gue bisa nemenin kok."

"Enggak usah, Win. Yang ada malah membuat kacau acara mereka, kamu kan tahu kalau keluarga Rizki enggak suka sama aku. Nanti apa kata mereka? Apa kata keluarga Syifa? Kita sudah sepakat untuk melupakan semuanya."

Anya meletakkan kembali ponsel Windi ke atas meja, dia berada di rumah Windi sekarang.

Anya sadar, tidak semua masa lalu harus dikenang walaupun indah, ada saatnya masa lalu itu harus dilupakan seutuhnya supaya dia bisa lebih tenang

Terpopuler

Comments

P 417 0

P 417 0

/Facepalm//Facepalm//Facepalm/pinter bget cari pengalihan...mna pas ada tukang baso lgi

2025-02-05

1

P 417 0

P 417 0

waowwwww../Sneer//Sneer/super kali ni preman

2025-02-05

1

P 417 0

P 417 0

/Chuckle/perhatiin tu

2025-02-05

1

lihat semua
Episodes
1 Cuma Untuk Dimanfaatkan
2 Kegelisahan Hati Anya
3 Melepas Rindu
4 Mencurigakan
5 Asap Rokok
6 Siapa Dia?
7 Terbongkarnya Rahasia Sasha
8 Kepastian
9 Tiada Restu
10 Mencari Arya
11 Antara Dua Pilihan
12 Ini Takdir Kita
13 Viral
14 Bukan Lagi Putri Kesayangan
15 Tidak Mau Bertanggung Jawab
16 Sasha Dan Deritanya
17 Rencana Sasha Gagal!
18 Dia Dan Kenangan
19 Pernikahan Rizki Dan Syifa
20 Hinaan
21 Maaf Untuk Sasha
22 Toko Lizza
23 Luahan Hati Anya
24 Nyinyiran Tetangga
25 Awal Kebencian Ayah
26 Maaf Untuk Tino
27 Kembali Bersujud
28 Ke Mana Perginya Sasha.
29 Masuk Rumah Sakit
30 Hampir Saja.
31 Arjuna
32 Keseharian Di Kafe
33 Kebenaran Masa Lalu
34 Tuduhan
35 Malam Penuh Haru
36 Nasi Goreng Buatan Ibu
37 Kesibukan Di Kafe
38 Umrah
39 Keributan Di Depan Rumah
40 Tidak Ada Kata Baikan
41 Fatih
42 Mengajak Fatih Jalan-jalan
43 Ungkapan Hati Yogi
44 Menyesal
45 Fatah
46 Kata-kata Ibu
47 Ibu Masuk Rumah Sakit
48 Sebuah Rahasia
49 Sasha Kembali
50 Keputusan.
51 Mencari Tempat Baru
52 Tawaran Tinggal Di Pesantren
53 Rumah Baru
54 Takdir
55 Hampir Ketahuan
56 Bertemu Fatah
57 Perempuan itu Anya
58 Bertemu Lagi
59 Gundah
60 Hanya Ingin Tenang
61 Suami Idaman
62 Sifat Imran Sebenarnya
63 Rahasia Sasha
64 Kejujuran Sasha Tentang Masa Lalu
65 Masih Ada Rasa
66 Kenyataan Tak Terduga
67 Ayah Dari Anak-anak Sasha
68 Calon Suami Untuk Windi
69 Kembali Terluka
70 Keputusan Akhir
71 Balas Dendam Berujung Maut
72 Kabar Meninggalnya Sasha
73 Keputusan Juna
74 Takdir Yang Mempertemukan
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Cuma Untuk Dimanfaatkan
2
Kegelisahan Hati Anya
3
Melepas Rindu
4
Mencurigakan
5
Asap Rokok
6
Siapa Dia?
7
Terbongkarnya Rahasia Sasha
8
Kepastian
9
Tiada Restu
10
Mencari Arya
11
Antara Dua Pilihan
12
Ini Takdir Kita
13
Viral
14
Bukan Lagi Putri Kesayangan
15
Tidak Mau Bertanggung Jawab
16
Sasha Dan Deritanya
17
Rencana Sasha Gagal!
18
Dia Dan Kenangan
19
Pernikahan Rizki Dan Syifa
20
Hinaan
21
Maaf Untuk Sasha
22
Toko Lizza
23
Luahan Hati Anya
24
Nyinyiran Tetangga
25
Awal Kebencian Ayah
26
Maaf Untuk Tino
27
Kembali Bersujud
28
Ke Mana Perginya Sasha.
29
Masuk Rumah Sakit
30
Hampir Saja.
31
Arjuna
32
Keseharian Di Kafe
33
Kebenaran Masa Lalu
34
Tuduhan
35
Malam Penuh Haru
36
Nasi Goreng Buatan Ibu
37
Kesibukan Di Kafe
38
Umrah
39
Keributan Di Depan Rumah
40
Tidak Ada Kata Baikan
41
Fatih
42
Mengajak Fatih Jalan-jalan
43
Ungkapan Hati Yogi
44
Menyesal
45
Fatah
46
Kata-kata Ibu
47
Ibu Masuk Rumah Sakit
48
Sebuah Rahasia
49
Sasha Kembali
50
Keputusan.
51
Mencari Tempat Baru
52
Tawaran Tinggal Di Pesantren
53
Rumah Baru
54
Takdir
55
Hampir Ketahuan
56
Bertemu Fatah
57
Perempuan itu Anya
58
Bertemu Lagi
59
Gundah
60
Hanya Ingin Tenang
61
Suami Idaman
62
Sifat Imran Sebenarnya
63
Rahasia Sasha
64
Kejujuran Sasha Tentang Masa Lalu
65
Masih Ada Rasa
66
Kenyataan Tak Terduga
67
Ayah Dari Anak-anak Sasha
68
Calon Suami Untuk Windi
69
Kembali Terluka
70
Keputusan Akhir
71
Balas Dendam Berujung Maut
72
Kabar Meninggalnya Sasha
73
Keputusan Juna
74
Takdir Yang Mempertemukan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!