Tidak Mau Bertanggung Jawab

Anya menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur, pikirannya sudah lelah, begitu juga dengan tubuhnya. Dia sendiri bahkan tidak kepikiran lagi untuk mengguyur tubuhnya dengan air sebelum tidur.

Sudah pulang kemaleman, saat pulang juga disuguhkan dengan pertengkaran antara ayah dan adiknya, sungguh kejutan yang luar biasa.

Untuk sejenak, Anya menepikan masalah keluarganya, ia menatap kalender yang di tempel tepat di sebelah kiri ranjang tidurnya.

17 Oktober, ini adalah hari ulang tahunnya. Seharusnya ia bisa merayakan hari itu bersama Windi malam ini, dia dan Windi biasanya selalu memasak bersama, lalu membagi-bagikan makanan itu pada orang-orang kurang mampu atau anak jalanan yang mereka temui. Tidak hanya itu, Anya juga membagikan makanan-makanan tersebut kepada tetangganya, hubungan ibunya dengan tetangga sekitar memang kurang baik, tapi Anya selalu mencoba menjalin hubungan yang baik dengan mereka.

Rasanya dia sudah malas untuk melakukan semua itu, malam ini ia ingin tiduran saja di kamarnya.

Baru saja memejamkan mata hendak tidur, ponselnya seketika berbunyi. Memaksa matanya untuk kembali dibuka. Anya menarik ponsel dalam tas sampingnya, ia menghela napas berat saat melihat nama penelpon itu.

Windi, sang sahabat menghubunginya, sudah pasti ada masalah penting. Anya sudah dapat menebak bahwa itu menyangkut tentang video pertengkaran Sasha dan Arya yang sudah beredar di medsos.

Anya termenung cukup lama, antara menjawab atau tidak. Entah sudah berapa kali telponnya berbunyi, hingga tidak terasa sudah sepuluh panggilan terlewatkan.

Windi pun yang tak kunjung mendapat jawaban, merasa semakin khawatir akan keadaan Anya, ia tetap menelpon hingga Anya pun menjawab panggilan darinya.

"Waalaikumsalam, ada apa, Win?"

Terdengar suara Windi yang mencemaskannya di seberang sana.

"Aku baik-baik aja, kamu jangan terlalu khawatir. Soal video itu, kita bahas besok aja ya. Aku capek, rasanya pengen langsung tidur aja."

Setelah mengucap salam, Anya pun mematikan ponselnya.

Kini benar-benar tidak bisa tidur, ia hanya berbaring dengan pandangan kosong menatap langit-langit kamarnya.

"Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran anak itu? Sulit sekali mengajak dia ke jalan yang lebih baik," gumam Anya bertanya pada diri sendiri.

Tidak tahan dengan pikiran yang terus mengganggunya, ia pun memutuskan untuk pergi ke kamar Sasha dan mencari jawaban dari adiknya.

Mungkin Sasha tidak mau bicara dengannya saat ini, tapi dia harus tetap mencoba. Anya memantapkan hatinya untuk bertemu Sasha, tidak peduli akan bagaimana respon sang adik nanti, yang pasti dia harus ke sana.

"Ngapain kamu ke sini?" tanya Sasha terdengar ketus.

"Kamu belum makan malam kan? Ayo kita makan bersama-sama!"

Sasha membuang pandangannya ke arah pintu. "Aku enggak lapar!" jawabnya dingin.

Bicara dengan Sasha memang membutuhkan kesabaran extra, ditambah lagi dengan keadaan seperti sekarang ini.

Ayah dan ibunya mungkin sudah lelah dengan sikap adiknya, dan mereka sudah angkat tangan. Pasrah dan mungkin tidak akan peduli lagi, tapi Anya tidak begitu.

Anya sangat menyayangi adiknya, ia tidak bisa mengabaikan Sasha dengan kondisinya saat ini.

"Sha," panggil Anya dengan lembut. Di sentuhnya pelan bahu Sasha, berharap Sasha memberi respon yang baik.

Sasha tak bergeming, tidak juga ditepisnya tangan Anya. Ia hanya diam dengan tatapan sendu, kesedihan itu merangkulnya dengan erat, mungkin tak akan pergi dengan mudah, Sasha dibalut rasa kecewa dan putus asa.

Dalam hati kecilnya, gadis itu sadar bahwa semua yang terjadi adalah karena kebodohannya sendiri, namun dia terlalu gengsi untuk mengakuinya.

"Sasha, kita adik kakak. Dari kecil kamu selalu sama aku, kamu baik, lembut, penurut, dan semua hal tentang kamu selalu baik di mata aku. Waktu terus berjalan hingga kamu dewasa, aku pun melihat semakin banyak perubahan, kebaikan itu, sifat penurut kamu, itu semua adalah kenangan masa kecil. Lalu, di mana Sasha yang dulu? Di mana adik aku yang tidak pernah membantah setiap hal baik yang diajarkan? Aku rindu Sasha yang dulu, bisakah aku melihat Sasha seperti dulu?" Anya merangkul adiknya, membawa tubuh ringkih itu dalam pelukannya.

Sasha tak bisa menahannya lagi, sekeras apa pun dia mencoba untuk tidak menumpahkan tangisnya, tetap saja ia tak mampu.

Berat badannya turun beberapa kilo sejak hari-harinya menjadi suram, sejak hidupnya yang selalu penuh warna berubah menjadi mimpi buruk yang sangat mengerikan.

Hiks!

"A-aku benci ini semua, Kak! Aku tahu, ibu dan ayah enggak pernah sayang sama aku. Kasih sayang mereka palsu!" tangisnya terdengar pilu.

Anya terdiam mendengar omongan adiknya, palsu? Kasih sayang siapa yang palsu? Hanya saja Sasha tidak pernah merasa puas dengan kasih sayang sepenuhnya yang mereka berikan.

"Sha, dengerin aku! Ibu sama ayah tulus sayang sama kamu, enggak boleh kamu ngomong kayak gitu," tegur Anya.

"Tulus? Kak, yang mereka berikan selama ini bukan kasih sayang, mana ada orangtua yang sayang sama anaknya, tapi ngebiarin anaknya berbuat sesuka hati? Kamu pasti bingung, kenapa aku suka berontak, bertindak sesuka hati. Itu semua karena aku nunggu teguran mereka, tapi apa? Mereka malah ngebiarin aku berbuat seenaknya, mereka enggak peduli sama aku. Berdalih dengan alasan sayang, mana ada sayang seperti itu?" Sasha semakin erat mendekap Anya.

Anya paham sekarang, ini alasan kenapa Sasha menjadi keras kepala seperti itu. Ternyata dia merasa tidak dipedulikan, dia ingin ditegur jika memang berbuat salah.

"Lalu, kenapa kamu benci sama aku?" tanya kakaknya dengan sudut mata berair.

"Karena cuma kamu yang peduli, aku benci akan hal itu, Kak. Yang aku tunggu perhatian ibu sama ayah, aku ingin mereka khawatir saat aku pulang kemaleman, saat aku jalan berduaan sama pacar aku, tapi nyatanya enggak. Selama ini yang peduli sama aku cuma kamu," ungkap Sasha.

Bu Aila yang diam-diam mengintip obrolan kedua anaknya di balik pintu, membuat tubuh beliau mendadak merosot hingga terduduk lemah di atas lantai.

Semuanya sudah terlambat, beliau mengakui akan kebenaran ucapan Sasha. Seharusnya mereka lebih memperhatikan anak bungsunya itu, bukannya memberikan kebebasan dan lepas dari pengawasan mereka.

Siapa yang berhak disalahkan? Apa keadaan? Tentunya mereka semua ikut bersalah dalam hal ini, Sasha juga.

Anya melepaskan pelukannya, ia menyeka air mata adiknya. "Sasha, aku cuma mau bilang satu hal sama kamu. Ibu dan ayah, mereka sayang sama kamu, ingat itu! Dan kamu, kamu juga bersalah karena telah merusak kepercayaan mereka, kakak bukan enggak mau membela kamu. Menurut kakak, apa yang kamu katakan tadi, itu semua enggak bisa dijadikan sebagai alasan untuk kamu melangkah sejauh ini, kamu telah merusak sesuatu yang sangat berharga dari diri kamu sendiri."

Sasha mulai menegakkan tubuhnya, ia menatap Anya dengan mata yang masih sembab. "Aku tahu, Kak. Ini kesalahan aku juga, aku enggak bisa ngelewatin ini semua! Aku enggak mau anak ini ada, aku benci dia!" ucap Sasha.

Sasha memukul-mukul perutnya dengan kuat, ia berharap janin dalam perutnya itu tidak selamat supaya dia tidak menanggung malu itu seorang diri.

"Sasha! Hentikan, Sha!" Anya menarik tangan Sasha, berusaha membuat Sasha tidak berbuat kesalahan lagi

"Aku enggak mau anak ini, Kak? Aku enggak mau dia!" teriak Sasha.

Bu Aila hanya bisa menangis sambil membekap mulutnya, supaya tangisnya tidak terdengar oleh mereka.

Malam ini mungkin masih bisa terlihat baik-baik saja, tapi bagaimana dengan esok? Bagaimana mereka menjalani hari-harinya? Semua orang pasti akan memandang hina keluarganya, kesalahan yang dilakukan Tino dulu, kini juga terjadi pada anak bungsunya.

Mengulang kembali sejarah penuh luka itu, dan sekarang malah lebih parah.

Terpopuler

Comments

P 417 0

P 417 0

di bab ini nggk ada koreksi.ada pesan di dlmnya😊mnrt aku sih ini bgus krna di zmn sekarng ank2 muda lbh mngikuti egonya .nggk pnh berpikir apa yg terjdi kmudian.dan bila sdah trjdi yg ada cmn pnyesalan. dri itu peran orang tua izu sangat pnting

2025-01-11

0

lihat semua
Episodes
1 Cuma Untuk Dimanfaatkan
2 Kegelisahan Hati Anya
3 Melepas Rindu
4 Mencurigakan
5 Asap Rokok
6 Siapa Dia?
7 Terbongkarnya Rahasia Sasha
8 Kepastian
9 Tiada Restu
10 Mencari Arya
11 Antara Dua Pilihan
12 Ini Takdir Kita
13 Viral
14 Bukan Lagi Putri Kesayangan
15 Tidak Mau Bertanggung Jawab
16 Sasha Dan Deritanya
17 Rencana Sasha Gagal!
18 Dia Dan Kenangan
19 Pernikahan Rizki Dan Syifa
20 Hinaan
21 Maaf Untuk Sasha
22 Toko Lizza
23 Luahan Hati Anya
24 Nyinyiran Tetangga
25 Awal Kebencian Ayah
26 Maaf Untuk Tino
27 Kembali Bersujud
28 Ke Mana Perginya Sasha.
29 Masuk Rumah Sakit
30 Hampir Saja.
31 Arjuna
32 Keseharian Di Kafe
33 Kebenaran Masa Lalu
34 Tuduhan
35 Malam Penuh Haru
36 Nasi Goreng Buatan Ibu
37 Kesibukan Di Kafe
38 Umrah
39 Keributan Di Depan Rumah
40 Tidak Ada Kata Baikan
41 Fatih
42 Mengajak Fatih Jalan-jalan
43 Ungkapan Hati Yogi
44 Menyesal
45 Fatah
46 Kata-kata Ibu
47 Ibu Masuk Rumah Sakit
48 Sebuah Rahasia
49 Sasha Kembali
50 Keputusan.
51 Mencari Tempat Baru
52 Tawaran Tinggal Di Pesantren
53 Rumah Baru
54 Takdir
55 Hampir Ketahuan
56 Bertemu Fatah
57 Perempuan itu Anya
58 Bertemu Lagi
59 Gundah
60 Hanya Ingin Tenang
61 Suami Idaman
62 Sifat Imran Sebenarnya
63 Rahasia Sasha
64 Kejujuran Sasha Tentang Masa Lalu
65 Masih Ada Rasa
66 Kenyataan Tak Terduga
67 Ayah Dari Anak-anak Sasha
68 Calon Suami Untuk Windi
69 Kembali Terluka
70 Keputusan Akhir
71 Balas Dendam Berujung Maut
72 Kabar Meninggalnya Sasha
73 Keputusan Juna
74 Takdir Yang Mempertemukan
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Cuma Untuk Dimanfaatkan
2
Kegelisahan Hati Anya
3
Melepas Rindu
4
Mencurigakan
5
Asap Rokok
6
Siapa Dia?
7
Terbongkarnya Rahasia Sasha
8
Kepastian
9
Tiada Restu
10
Mencari Arya
11
Antara Dua Pilihan
12
Ini Takdir Kita
13
Viral
14
Bukan Lagi Putri Kesayangan
15
Tidak Mau Bertanggung Jawab
16
Sasha Dan Deritanya
17
Rencana Sasha Gagal!
18
Dia Dan Kenangan
19
Pernikahan Rizki Dan Syifa
20
Hinaan
21
Maaf Untuk Sasha
22
Toko Lizza
23
Luahan Hati Anya
24
Nyinyiran Tetangga
25
Awal Kebencian Ayah
26
Maaf Untuk Tino
27
Kembali Bersujud
28
Ke Mana Perginya Sasha.
29
Masuk Rumah Sakit
30
Hampir Saja.
31
Arjuna
32
Keseharian Di Kafe
33
Kebenaran Masa Lalu
34
Tuduhan
35
Malam Penuh Haru
36
Nasi Goreng Buatan Ibu
37
Kesibukan Di Kafe
38
Umrah
39
Keributan Di Depan Rumah
40
Tidak Ada Kata Baikan
41
Fatih
42
Mengajak Fatih Jalan-jalan
43
Ungkapan Hati Yogi
44
Menyesal
45
Fatah
46
Kata-kata Ibu
47
Ibu Masuk Rumah Sakit
48
Sebuah Rahasia
49
Sasha Kembali
50
Keputusan.
51
Mencari Tempat Baru
52
Tawaran Tinggal Di Pesantren
53
Rumah Baru
54
Takdir
55
Hampir Ketahuan
56
Bertemu Fatah
57
Perempuan itu Anya
58
Bertemu Lagi
59
Gundah
60
Hanya Ingin Tenang
61
Suami Idaman
62
Sifat Imran Sebenarnya
63
Rahasia Sasha
64
Kejujuran Sasha Tentang Masa Lalu
65
Masih Ada Rasa
66
Kenyataan Tak Terduga
67
Ayah Dari Anak-anak Sasha
68
Calon Suami Untuk Windi
69
Kembali Terluka
70
Keputusan Akhir
71
Balas Dendam Berujung Maut
72
Kabar Meninggalnya Sasha
73
Keputusan Juna
74
Takdir Yang Mempertemukan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!