Kepastian

"Itu bukan milik Sasha, Yah, Bu. Percaya sama Sasha!" raut wajahnya begitu memelas.

"Ayah, jika Ayah dan Ibu ingin tahu kebenarannya, kenapa enggak suruh aja Sasha buat ngebuktiin sama kita sekarang," ucap Anya menantang.

Sasha menatap kakaknya dengan emosi yang sudah meluap. Dengan penuh amarah, Sasha mendorong Anya dengan kuat hingga terjatuh dan kepalanya terkena sisi meja yang terletak di tengah-tengah sofa, Sasha marah dan sudah tidak tahan karena Anya terus saja ikut campur dalam segala urusan pribadinya.

"Argh!" Anya meringis, ia menyentuh kepalanya yang telah mengeluarkan sedikit darah.

"Sasha! Apa yang kamu lakukan?" bentak pak Faisal.

"Sasha, kamu mau ngebunuh kakak kamu?" bu Aila mendekati Anya dan membantunya untuk bangun.

"Dia yang lebih dulu cari ribut sama aku, Bu. Ini salah dia sendiri, bukan salah Sasha!" teriak Sasha.

Karena sudah terlalu geram dengan tingkah anaknya, pak Faisal pun menarik tangan Sasha menuju kamar mandi yang tidak jauh dari dapur.

Beliau memberikan test pack itu pada Sasha, menyuruhnya untuk membuktikan bahwa itu semua bohong. Jadi, mereka juga tidak akan menaruh rasa curiga lagi padanya.

"Jadi ayah juga enggak percaya lagi sama Sasha?"

Sasha mengulur waktu, ia tidak ingin kedua orangtuanya tahu akan kebenarannya.

Sasha mencari cara supaya dia tidak perlu menggunakan test pack itu untuk membuktikan bahwa dirinya hamil atau tidak.

"Jangan banyak tanya! Cepat lakukan seperti apa yang ayah katakan!" tegas pak Faisal, beliau mendorong Sasha hingga tubuhnya sepenuhnya masuk ke dalam kamar mandi. Lalu, beliau pun mengunci pintunya dari luar. "Cepat lakukan, Sha! Pintu ini tidak akan ayah buka sebelum kamu membuktikannya!"

Mereka terus menunggu dengan perasaan tak karuan, Sasha sudah berada di dalam sana hampir satu jam lebih.

Sasha seolah takut untuk keluar dari sana, apa memang semuanya benar kalau dia mengandung?

"Anya, kepala kamu diobati dulu sana!" suruh ibunya.

"Enggak apa-apa, Bu. Aku mau nunggu Sasha dulu," ucap Anya menolak.

"Kenapa anak itu lama sekali?" gumam pak Faisal, beliau dengan hati tidak tenang terus mondar mandir di depan kamar mandi.

Jika menunggu dan tidak dipaksa keluar, Sasha sudah pasti tidak akan keluar. Jadi, pak Faisal segera membuka pintu kamar mandi itu.

Tampak Sasha yang sedang menangis sesenggukan di dekat bak mandi.

Di tangannya menggenggam test pack, ia menangis dengan menelungkupkan kepalanya di atas kedua lututnya.

"Sasha," gumam Anya begitu mengambil test pack dan melihat hasilnya yang positif.

Rasanya ini seperti mimpi, tidak hanya Sasha, tapi seluruh keluarganya akan ikut menanggung malu.

"Hiks!" terdengar suara tangis Sasha yang semakin keras.

Pak Faisal melotot marah mendapati kenyataan pahit itu. Bu Aila memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sesak, bagaimana mungkin itu bisa terjadi, mereka masih tidak bisa percaya.

"Sasha, dasar kamu anak kurang ajar! Kamu benar-benar tidak tahu diri! Kamu sudah buat malu ayah sama ibu, ini sama saja seperti melempar kotoran ke wajah kami!" sentak pak Faisal.

"Ibu tidak menyangka kamu berani melangkah sejauh ini, Sha." Bu Aila menangis dan sangat menyesal telah meremehkan omongan Anya selama ini.

Anya yang sudah lelah mentalnya, beranjak pergi dari sana dengan langkah tertatih.

Ia sudah tidak sanggup lagi mendengar kemarahan orangtuanya, dia biarkan ayah dan ibunya mencaci maki Sasha sampai mereka puas. Terdengar tangis Sasha dan ungkapan kekecewaan ibunya, Anya menutup telinganya dengan bantal. Ia bersembunyi di balik selimut tebalnya.

"Di mana lelaki itu!? Katakan sama ayah! Biar ayah cari dia dan suruh dia untuk bertanggung jawab!"

Suara ayahnya tetap saja tak bisa datar, suaranya begitu keras karena amarah yang sudah mencapai ubun-ubun.

"Sasha tidak tahu, Yah." Sasha menggelengkan kepalanya. Dia masih terisak, berkali-kali menghapus air matanya, tapi tetap saja air mata itu bergulir jatuh.

"Katakan di mana dia!?" bentak pak Faisal.

Sasha tetap saja tidak mau mengatakannya, dia takut ayahnya akan membuat keributan dan semua orang akan tahu tentang kehamilannya.

Anya membuka kembali selimutnya saat ponselnya yang sudah lama tidak berbunyi tiba-tiba malam itu kembali berbunyi nyaring.

Yang dia harapkan adalah kabar dari Rizki, dan Yach .... Benar saja, orang yang barusan mengirimkannya pesan adalah Rizki.

Rizki bilang minggu ini ia dan keluarganya akan datang untuk melamar.

Kabar yang membuatnya begitu senang, namun kesenangan itu lenyap begitu dia teringat akan apa yang sedang terjadi pada keluarganya.

Keributan di luar terus terdengar sampai ke kamarnya, dia sudah berkali-kali mengingatkan adiknya, namun Sasha tidak pernah mau mendengarkannya. Sedangkan orangtuanya, mereka juga bukan mengingatkan dan mendidik Sasha dengan benar, malah membenarkan setiap kesalahan yang dilakukan Sasha.

Membenarkan setiap kesalahan kecil yang Sasha lakukan, hingga akhirnya Sasha tidak takut mengambil risiko untuk melakukan kesalahan fatal, karena mungkin dia berpikir pasti ada orangtuanya yang akan setia membela setiap saat.

Dia yang melakukan kesalahan, dan mereka yang akan membereskannya.

"Aku sudah muak dengan kalian semua!" pekik Anya, entah kenapa dia kehilangan kontrolnya malam itu.

Anya membanting setiap barang yang ada dalam kamarnya, mengacak-acak tempat tidurnya hingga kamarnya nyaris terlihat seperti kapal pecah.

Saat Anya ribut seorang diri di kamarnya, suara keributan di luar mulai hilang perlahan-lahan, senyap hingga tidak terdengar suara apa pun lagi.

"Kenapa ini harus terjadi lagi, hiks!" dia menangis di sudut kamarnya.

"Kenapa, Sha? Tidak cuma masa depan kamu, tapi masa depan aku juga akan hancur karena ulah kamu." Anya menangis tersedu-sedu.

Dia kembali teringat akan kakak lelakinya yang pernah menghamili anak orang, dan sekarang kejadian seperti itu terulang lagi, sekarang Sasha yang hamil.

Ini seperti sebuah hukuman, Anya menggigit bibirnya kuat-kuat, mencoba menahan tangisnya yang semakin keras.

Tubuhnya bergetar hebat, ketakutan itu kembali menggelayut di hatinya. Beban itu semakin menindih tubuhnya, bahagia dan menderita.

Malam ini dia mendapatkan kabar bahagia dan kabar duka dalam waktu bersamaan. Bagaimana meresponnya, dia begitu frustasi.

Pak Faisal dan bu Aila harus menerima kenyataan ini dengan lapang dada, mereka sendiri yang telah memanjakan Sasha, hingga dia tumbuh menjadi pribadi yang bertindak sesuka hati.

****

Anya memperhatikan keadaan di sekitar rumahnya yang tampak sepi.

Suasana begitu sunyi, samar-samar terdengar suara tangisan bayi.

"Bayi siapa itu?" Anya bergumam pelan, kakinya juga mulai berjalan menuju ke depan gerbang. Di sana, ia menemukan bayi mungil yang tertidur dalam keranjang bayi. Ia terlihat begitu kecil dan mungil, Anya membelai wajah halus bayi itu, dia tersenyum senang melihat bulu mata si bayi yang bergerak-gerak.

Mata bayi itu perlahan terbuka, satu kata keluar dari mulut mungilnya. "Ma-ma."

"Tidakkk!!!"

Anya berteriak dalam mimpinya, spontan ia terbangun. Keringat membasahi wajah dan keningnya, panas dingin yang dia rasakan saat ini.

"Astaghfirullah!" berkali-kali Anya beristighfar dengan mengusap dadanya yang terasa sesak.

"Kenapa mimpi ini sangat mengerikan? Anak bayi itu memanggil aku mama." Anya menyingkirkan selimut tebalnya, ia menurunkan kakinya hingga menyentuh lantai.

Anya duduk di tepi ranjang dengan kepala menunduk ke bawah. "Sasha yang hamil, tapi kenapa aku yang memimpikan bayi itu? Aku seperti diteror, aku capek," keluh Anya.

"Mama? Anak itu manggil aku mama? Apa maksud mimpi tadi?"

Berbagai macam pertanyaan terus bermain dan berputar di otaknya.

"Semoga masalah ini enggak bakal mengganggu proses lamaran aku," batin Anya.

Melihat jam yang sudah menunjukkan waktu subuh tiba, Anya memutuskan untuk masuk ke kamar mandi.

Ia berjalan pelan menuju tempat di mana handuknya diletakkan, lalu masuk ke kamar mandi. Selesai mandi, ia segera berwudhu untuk menunaikan ibadah sholat subuhnya.

*****

Terpopuler

Comments

P 417 0

P 417 0

udah bgus/Hey/

2025-01-14

1

lihat semua
Episodes
1 Cuma Untuk Dimanfaatkan
2 Kegelisahan Hati Anya
3 Melepas Rindu
4 Mencurigakan
5 Asap Rokok
6 Siapa Dia?
7 Terbongkarnya Rahasia Sasha
8 Kepastian
9 Tiada Restu
10 Mencari Arya
11 Antara Dua Pilihan
12 Ini Takdir Kita
13 Viral
14 Bukan Lagi Putri Kesayangan
15 Tidak Mau Bertanggung Jawab
16 Sasha Dan Deritanya
17 Rencana Sasha Gagal!
18 Dia Dan Kenangan
19 Pernikahan Rizki Dan Syifa
20 Hinaan
21 Maaf Untuk Sasha
22 Toko Lizza
23 Luahan Hati Anya
24 Nyinyiran Tetangga
25 Awal Kebencian Ayah
26 Maaf Untuk Tino
27 Kembali Bersujud
28 Ke Mana Perginya Sasha.
29 Masuk Rumah Sakit
30 Hampir Saja.
31 Arjuna
32 Keseharian Di Kafe
33 Kebenaran Masa Lalu
34 Tuduhan
35 Malam Penuh Haru
36 Nasi Goreng Buatan Ibu
37 Kesibukan Di Kafe
38 Umrah
39 Keributan Di Depan Rumah
40 Tidak Ada Kata Baikan
41 Fatih
42 Mengajak Fatih Jalan-jalan
43 Ungkapan Hati Yogi
44 Menyesal
45 Fatah
46 Kata-kata Ibu
47 Ibu Masuk Rumah Sakit
48 Sebuah Rahasia
49 Sasha Kembali
50 Keputusan.
51 Mencari Tempat Baru
52 Tawaran Tinggal Di Pesantren
53 Rumah Baru
54 Takdir
55 Hampir Ketahuan
56 Bertemu Fatah
57 Perempuan itu Anya
58 Bertemu Lagi
59 Gundah
60 Hanya Ingin Tenang
61 Suami Idaman
62 Sifat Imran Sebenarnya
63 Rahasia Sasha
64 Kejujuran Sasha Tentang Masa Lalu
65 Masih Ada Rasa
66 Kenyataan Tak Terduga
67 Ayah Dari Anak-anak Sasha
68 Calon Suami Untuk Windi
69 Kembali Terluka
70 Keputusan Akhir
71 Balas Dendam Berujung Maut
72 Kabar Meninggalnya Sasha
73 Keputusan Juna
74 Takdir Yang Mempertemukan
Episodes

Updated 74 Episodes

1
Cuma Untuk Dimanfaatkan
2
Kegelisahan Hati Anya
3
Melepas Rindu
4
Mencurigakan
5
Asap Rokok
6
Siapa Dia?
7
Terbongkarnya Rahasia Sasha
8
Kepastian
9
Tiada Restu
10
Mencari Arya
11
Antara Dua Pilihan
12
Ini Takdir Kita
13
Viral
14
Bukan Lagi Putri Kesayangan
15
Tidak Mau Bertanggung Jawab
16
Sasha Dan Deritanya
17
Rencana Sasha Gagal!
18
Dia Dan Kenangan
19
Pernikahan Rizki Dan Syifa
20
Hinaan
21
Maaf Untuk Sasha
22
Toko Lizza
23
Luahan Hati Anya
24
Nyinyiran Tetangga
25
Awal Kebencian Ayah
26
Maaf Untuk Tino
27
Kembali Bersujud
28
Ke Mana Perginya Sasha.
29
Masuk Rumah Sakit
30
Hampir Saja.
31
Arjuna
32
Keseharian Di Kafe
33
Kebenaran Masa Lalu
34
Tuduhan
35
Malam Penuh Haru
36
Nasi Goreng Buatan Ibu
37
Kesibukan Di Kafe
38
Umrah
39
Keributan Di Depan Rumah
40
Tidak Ada Kata Baikan
41
Fatih
42
Mengajak Fatih Jalan-jalan
43
Ungkapan Hati Yogi
44
Menyesal
45
Fatah
46
Kata-kata Ibu
47
Ibu Masuk Rumah Sakit
48
Sebuah Rahasia
49
Sasha Kembali
50
Keputusan.
51
Mencari Tempat Baru
52
Tawaran Tinggal Di Pesantren
53
Rumah Baru
54
Takdir
55
Hampir Ketahuan
56
Bertemu Fatah
57
Perempuan itu Anya
58
Bertemu Lagi
59
Gundah
60
Hanya Ingin Tenang
61
Suami Idaman
62
Sifat Imran Sebenarnya
63
Rahasia Sasha
64
Kejujuran Sasha Tentang Masa Lalu
65
Masih Ada Rasa
66
Kenyataan Tak Terduga
67
Ayah Dari Anak-anak Sasha
68
Calon Suami Untuk Windi
69
Kembali Terluka
70
Keputusan Akhir
71
Balas Dendam Berujung Maut
72
Kabar Meninggalnya Sasha
73
Keputusan Juna
74
Takdir Yang Mempertemukan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!