ISTALLA SEPULUH

"Waalikumsalam, Abi." Athalla menyambut lelaki itu. Hariman ikut tersenyum menyapa tamu tak diduga-duga.

Athalla mahasiswa semester enam, usianya baru 20 tahun. Athalla Ilyasa Rizky, lahir dari keluarga berada, Gantara nama ayahnya dan Quilla Fasha Miller nama ibunya.

Papa Athalla memang montir, dan Athalla sendiri sudah dipercayakan mengurus beberapa cabang-cabang bengkel besar di beberapa wilayah, Jawa barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Bengkel yang didirikan oleh Gantara sendiri dan Athalla satu-satunya putra Gantara yang akan mewarisi kekayaan ayahnya tersebut.

Tak hanya dari ayahnya, Athalla juga memiliki saham mayor di beberapa perusahaan kakeknya, nama Athalla sudah masuk ke dalam jajaran pewaris pemilik group Millers corpora sejak usianya 17 tahun.

Millers corpora sendiri bergerak di beberapa bidang usaha. Raksasa ritel tersebut mengelola industri hospitality, pembangunan real estate property, dan penyedia pusat perbelanjaan di kota-kota besar.

Millers corpora juga berkecimpung dengan institusi pendidikan. Gedung-gedung kampus dan sekolah internasional di bilangan Jaksel masih berada di bawah naungan MC-group.

Kata lainnya, Athalla bukan keturunan dari orang sembarangan. Athalla lahir dan hidup di lingkungan yang serba mewah.

Athalla memang putra satu-satunya Gantara, akan tetapi, Fasha sang ibu sudah pernah menikah dan memiliki satu orang anak dari suami sebelum Fasha menikahi Gantara.

Tak seperti Athalla yang lebih suka dengan dunia jalanan, Abrar Malik Givara, abang sulungnya justru dinilai lebih penurut dan tidak pernah mengenal dunia luar.

Satu hari sebelum pernikahan, Athalla dan Lucky mengubungi Abi Bachrie. Abi Bachrie sendiri memang hanya mantan suami sang ibunda, tapi, mereka sudah sangat dekat sedari Athalla masih kecil.

Sejujurnya, Athalla masih bingung bagaimana caranya menjelaskan pada Gantara. Maka jalan satu-satunya untuk meyakinkan keluarga Hariman hanya dengan meminta bantuan Abi Bachrie untuk menjadi wali.

Lelaki dengan wibawa tak biasa itu masuk setelah Hariman mempersilahkan. Sungguh, Hariman sendiri tidak menyangka jika akan ada tamu dari pihak Athalla tiba ke rumahnya.

"Saya, Hariman." Keduanya duduk bersama, saling berhadapan satu sama lain.

"Saya, Samsul Bachrie." Dosen yang juga pengusaha kuliner asal Jawa Tengah itu tersenyum. "Saya Abinya Athalla, saya ke sini mewakili keluarga dari Jakarta untuk sekiranya meminta izin, agar Pak Hariman mau mempercayakan putrinya supaya bisa menjalani perawatan di Jakarta."

"Perawatan?" Hariman terlonjak.

Bachrie sempat memindai gadis yang duduk di kursi roda itu. Cantik, tapi memang sedikit menyedihkan kondisi wajah dan kakinya.

"Iya, Athalla sudah menceritakan semua tentang Nak Khadijah. Saya selaku perwakilan dari keluarga besar Athalla, meminta maaf atas tindakan yang dilakukan putra Kami."

Hariman tersanjung. "Semua sudah berlalu, kami juga berterima kasih atas pertanggung jawaban Nak Athalla. Sungguh, saya terharu sekali melihat bagaimana Nak Athalla mau menikahi putri saya."

Bachrie tertawa kecil. "Jodoh sudah Allah atur, Pak Hariman. Tidak ada yang akan tahu bagaimana kehidupan kita di satu menit mendatang ... saya yakin, peristiwa naas yang menimpa putri Pak Hariman, bagian dari skenario Tuhan untuk mempertemukan kita di tempat ini ... bukan begitu, Pak Hariman?"

Hariman tertawa. "Benar, Masya Allah."

"Jadi, apa siang ini juga Khadijah?" Dewi masih berharap, kepergian Khadijah ditunda satu hari lagi setidaknya.

Athalla menyela. "Tiketnya memang hari ini, Buk. Tapi, kami masih bisa refund, dan ambil penerbangan di hari berikutnya."

"Terima kasih kalau bisa ditunda." Senyum Dewi mekar seketika. "Kalau begitu, saya akan siapkan makanan yang enak untuk kalian."

Khadijah masih hanya bergeming saja, entah bagaimana cara dia menunjukkan ekspresi wajahnya, kini. Yang jelas, Khadijah masih bingung dengan apa-apa tentang Athalla.

Banyak pertanyaan yang berjubel. Salah satunya, siapa gerangan Athalla Ilyasa Rizky ini? Kenapa, saat pemuda itu membelanya di hadapan Andre, terlihat meyakinkan?

Ngomong-ngomong, dari percekcokan antara Andre dan Athalla sebelumnya, Khadijah menjadi menyadari sesuatu; tindakan di mana Athalla tidak pernah menganggapnya lumpuh.

Hal yang tidak dimiliki Andre; Athalla yakin bahwasannya Khadijah akan sembuh dan bisa cepat sembuh. Athalla selalu bicara seolah-olah dia tidak sakit permanen dan masih memiliki kesempatan masa depan.

Tuhan ... entah rasa apa ini. Tapi, Khadijah merasakan sentuhan yang benar-benar dalam dari segala tindak-tanduk manis suaminya.

Ah, jadi apakah benar getar-getar cinta bisa datang secepat ini? Atau, rasa aneh itu hanya sebatas kagum karena perilaku Athalla tidak pernah dijumpai dalam diri Andre? Entah!

Khadijah lantas menoleh ketika Athalla meraih jemari-jemarinya. "Kamu siap aku boyong ke Jakarta kan, Dijah?"

Senyum kian dipoles di wajahnya, seraya Khadijah mengangguk. "Dijah siap, apa pun itu, Dijah akan ikut ke mana Mas pergi."

..."**"--__--"**"...

...Hehe, maaf kalo Athalla mirip bgt sama Rayyan, emang beberapa bulan terakhir Story musik Pasha juga tentang Rayyan mulu. Sebenarnya bukan mirip Rayyan, tapi lebih ke King Miller. Dan Pasha emang sengaja bikin Rayyan jilid ke-dua. Semoga suka. Yg mau baca cerita King Miller yg sampul biru, ya, MENIKAHI CEWEK PESANTREN. Yg sudah baca kalo baca lagi pasti ngakak lagi, hihi....

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***