Bab 5 - Ibu Mertua Orlene

Dua hari kemudian,

"Apakah kamu membawa dasi berwarna gelap?" tanyaku pada Andrew.

Andrew membuka laci meja kerjanya dan mengambil sebuah dasi hitam yang digulung rapi, lalu menyodorkannya padaku.

"Ganti dasi merahmu itu dengan dasi hitam itu!" tukasku.

"Untuk apa, Pak?" tanya Andrew sambil melirik arloji yang melingkar di tangannya dan bergumam pelan, "Waktu sudah menunjukkan pukul enam malam. Saya akan segera pulang setelah laporan ini selesai diketik, untuk apa berganti dasi? Membuat cucian makin menumpuk saja."

Dasar asisten suka banyak tanya. Tiap diperintah, selalu saja ingin tahu alasan di baliknya, batinku kesal.

"Aku akan mentraktirmu makan jika kau menuruti perintahku," jawabku ingin mengerjai Andrew.

"Ah, benarkah? Makan malam di rumah bapak? Hari ini Bu Monica masak apa, Pak?" tanya Andrew bersemangat hingga air liurnya menetes ke bawah, membasahi selembar kertas dokumen yang ada di mejanya.

"Dasar jorok. Cepat selesaikan pekerjaanmu. Aku menunggumu di mobilku," ucapku sambil berlalu dari hadapan Andrew.

"Asyik, makan enak... makan enak," ucap Andrew senang makin bersemangat menyelesaikan laporannya dengan cepat.

*

*

*

Di dalam mobilku,

"Sepertinya ini bukan jalan menuju ke rumah bapak deh!" ucap Andrew bingung karena aku membelokkan kemudi ke arah kanan, berlawanan arah dengan rumahku.

"Siapa bilang aku mentraktirmu makan malam di rumahku?" tanyaku balik.

"Oh, apakah bapak akan mentraktirku di restaurant? Kalau benar demikian, saya ingin makan masakan Padang, Pak. Paru goreng kering, rendang daging, ayam bumbu kuning, dengan daun singkong dan lombok hijau, sedap," ucap Andrew menelan air liurnya yang hampir menetes membayangkan masakan yang lezat.

"Wait and see," ucapku sambil tersenyum licik.

"Lho, itu Rumah Makan Padang yang saya sukai, Pak. Ayo, Pak. Kita makan di situ saja," ucap Andrew penuh harap aku putar balik dan masuk ke lahan parkir Rumah Makan Padang yang baru saja kulewati.

Aku memutar kemudi ke kiri dan memasuki gerbang utama Pagoda, sebuah tempat persemayaman jenazah sebelum dikebumikan atau dikremasi. Hanya kalangan menengah atas saja yang biasanya menyewa paviliun di Pagoda karena tarif hariannya sangat mahal.

"Untuk apa kita ke sini, Pak? Katanya mau mentraktir saya makan, kenapa pergi ke sini? Apakah ada kerabat atau rekan kerja bapak yang meninggal?" tanya Andrew kecewa.

"Ya, Orlene disemayamkan di sini, temani aku melayat. Setelah itu kamu dapat makan sepuasnya karena aku sudah menyumbang dua ratus porsi soto ayam setiap hari untuk hidangan bagi para tamu pelayat," ucapku sambil tertawa senang karena raut wajah Andrew yang merah, kecewa bercampur marah, seperti gunung berapi yang siap meletus kapan saja.

Aku segera memarkir mobilku di depan sebuah paviliun bertulis nomer tiga. Halaman depan paviliun dipenuhi karangan bunga bertulis ucapan 'turut berduka cita atas meninggalnya Orlene Charlotte'.

Aku bergerak cepat, turun dari mobil, diikuti Andrew. Raut wajahnya terlihat masih kesal, pasti dia sibuk memaki-makiku di dalam hatinya.

Aku mendekati Andrew, memperbaiki posisi dasi hitam yang dikenakan Andrew sambil berbisik di telinganya, "Nasi uduk lengkap dengan semur jengkol, pelayan akan membungkusnya untukmu besok. Malam ini kita berdua makan soto ayam saja, okay?".

"Bapak tidak bohong lagi, kan?" tanya Andrew waspada.

Aku menggelengkan kepala.

"Aku menelepon Monica sore ini karena tidak makan malam di rumah. Jadi makan malam hari ini, nasi uduk dan aneka lauknya pasti masih sisa banyak. Pelayan akan menyimpannya di kulkas dan menghangatkannya untuk bekal sarapan pagimu besok," jawabku.

"Terima kasih, bapak memang baik," ucap Andrew dengan mata berbinar-binar senang.

"Ayo masuk, aku ingin berbicang sedikit dengan Jason," ucapku sambil menarik tangan Andrew. Dia segera mengikuti langkahku.

Suasana di dalam paviliun nomer tiga sangat ramai penuh pelayat. Hampir semua pelayat yang datang mengenakan baju nuansa hitam. Setelah mengantri sesaat untuk menghaturkan doa agar Tuhan memberikan kedamaian pada Orlene, aku dan Andrew mendekati Jason dan ibu mertua Orlene, Nyonya Merry. Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan sehat.

"Jason, turut berduka cita. Jangan bersedih lagi, tabahkan hatimu," ucapku sambil menyalami tangan Jason, kemudian menyalami tangan Nyonya Merry.

Jason dan Nyonya Merry mengangguk hormat padaku tanpa banyak kata-kata.

"Dari hati yang paling dalam, saya turut berduka cita atas meninggalnya almarhum. Semoga Tuhan menempatkannya di tempat yang paling indah bersama orang-orang beriman, dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dalam menerima cobaan ini," ucap Andrew pelan sambil memeluk Jason.

"Terima kasih, Bro. Aku sangat kehilangan dia," ucap Jason mulai menangis dalam pelukan Andrew.

"Sudahlah, jangan terlalu bersedih. Matamu sudah bengkak merah seperti ini, sangat mengerikan," ucap Andrew berusaha menenangkan Jason.

Perlahan isak tangis Jason mereda.

Setelah Jason melepaskan pelukannya, Andrew menyalami Nyonya Merry, kemudian mundur ke belakang menyejajari posisiku. Lalu kami berdua membungkukkan badan, memberi hormat pada mereka berdua, begitu pula sebaliknya.

Setelah itu aku dan Andrew berjalan mundur dan duduk-duduk di bangku yang sudah disediakan. Menikmati hidangan yang disiapkan di atas meja, seperti aneka roti, buah-buahan, permen, kuaci, nasi soto ayam dan minum hangat seperti kopi susu dan teh manis.

Lalu aku mendengar percakapan dua orang wanita cantik dari meja sebelah.

"Menurut rumor yang beredar, Orlene terbunuh secara mengenaskan. Dibakar dan dibuang di taman kota. Siapa orang yang tega membunuh Orlene? Orlene adalah wanita cantik yang baik dan ramah. Kurasa sepanjang hidupnya, Orlene tidak mempunyai musuh yang begitu pendendam sampai berniat membunuhnya," ucap seorang wanita berambut panjang yang duduk di samping Andrew.

"Bagaimana dengan ibu mertuanya? Menurutku Nyonya Merry adalah pembunuhnya," ucap wanita berambut pendek dengan suara pelan agar tidak ada orang yang mendengarnya.

Aku tersenyum menahan tawa.

Percuma saja kalian memperkecil volume suara saat bercakap-cakap, karena aku sudah mendengar pembicaraan menarik kalian dan sekarang aku mulai menajamkan pendengaranku ingin memperoleh informasi lebih dalam tentang Orlene.

"Benar, kemungkinan besar ibu mertuanya yang membunuh Orlene. Dia sangat membenci Orlene dan menentang habis-habisan saat Orlene dan Jason hendak menikah. Lihat, dia tak nampak sedih sedikitpun walau menantunya meninggal," jawab wanita berambut panjang dengan raut wajah penuh emosi dan kebencian.

"Orlene, hidupmu begitu menderita, mempunyai ibu mertua sangat jahat," ucap wanita rambut pendek.

"Oh iya, beberapa hari sebelum mayat Orlene ditemukan di taman kota, aku mendengar pertengkaran hebat antara Orlene dan Nyonya Merry, saat aku sedang membuat tatto daun mapple di Honey and Bee Tatto," ucap wanita berambut panjang sambil menunjukkan tatto daun mapple di kakinya.

"Bertengkar hebat? Apakah kamu tahu alasan kenapa mereka bertengkar?" tanya wanita berambut pendek setelah melirik sekilas kaki temannya lalu mengacungkan ibu jari tangannya sebagai tanda suka pada tatto daun mapple itu.

"Sepertinya Nyonya Merry sengaja mencari gara-gara karena Orlene tidak kunjung memiliki anak. Selalu saja keguguran. Nyonya Merry terus menekan dan menyalahkan Orlene karena tidak dapat menjaga kehamilannya dengan baik," ucap wanita berambut panjang tersenyum senang karena temannya menyukai tatto barunya.

"Memiliki ibu mertua seperti Nyonya Merry, pasti stress berat dan menyebabkan keguguran. Semua ini salah Nyonya Merry, bukan salah Orlene. By the way, apakah Jason tahu kalau istrinya tidak akur dengan ibunya?" tanya wanita berambut pendek.

Si wanita berambut panjang menggelengkan kepala dan berkata, "Jason tidak pernah tahu kalau mereka bertengkar. Orlene menyimpan semua luka di hatinya sendiri, ia tidak mau Jason tahu kemudian bertengkar dengan ibunya. Dan memilih di antara istri atau ibunya. Sementara itu, Nyonya Merry sangat licik, dia pandai menyembunyikan semuanya. Bahkan Nyonya Merry mengancam para pegawai untuk tidak mengadu kepada Jason jika dia bertengkar dengan Orlene. Jika mereka berani mengadu, mereka akan segera dipecat dengan tidak hormat," jawab wanita berambut panjang.

"Dasar wanita licik!" ucap wanita berambut pendek itu kesal.

Terpopuler

Comments

Ava Eka

Ava Eka

sptnya gambaran cerita dan nama2 orang luar negeri,tp gagal paham ama makanannya

2021-03-06

0

HIATUS

HIATUS

bagus thoor😍😍 kalo sempet mampir juga thor ke karya aku, sma2 suport rating &like❤

2020-12-14

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

mantap..

2020-11-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Telepon Tengah Malam
2 Bab 2 - Wallpaper Ponsel
3 Bab 3 - Honey and Bee Tatto
4 Bab 4 - Orlene
5 Bab 5 - Ibu Mertua Orlene
6 Bab 6 - Mertua dan Menantu
7 Bab 7 - Apakah Kamu Mengenal Edith?
8 Bab 8 - Penyelidikan (Part 1)
9 Bab 9 - Luna
10 Bab 10 - Coffee Maker
11 Bab 11 - Monica (Part 1)
12 Bab 12 - Monica (Part 2)
13 Bab 13 (Monica part 3)
14 Bab 14 (Penyelidikan Part 2)
15 Bab 15 - Ruangan di Bawah Manhole Cover
16 Bab 16 - Bertemu Dia
17 Bab 17 - Pulang ke Rumah
18 Bab 18 - Aksi Monica
19 Bab 19 - Puzzle
20 Bab 20 - To Be With You
21 Bab 21 - Dinner
22 Bab 22 - Telepon Menjengkelkan
23 Bab 23 - E L
24 Bab 24 - Panti Asuhan (Part 1)
25 Bab 25 - Panti Asuhan (Part 2)
26 Bab 26 - Panti Asuhan (Part 3)
27 Bab 27 - Beasiswa
28 Bab 28 - Curiga
29 Bab 29 - Jason dan Emily
30 Bab 30 - Kebetulan yang Tidak Terduga
31 Bab 31 - Penyelidikan (Part 3)
32 Bab 32 - Penyelidikan (Part 4)
33 Bab 33 - Asuransi
34 Bab 34 - Hasil Forensik
35 Bab 35 - HTHC
36 Bab 36 - Penyelidikan (Part 5)
37 Bab 37 - AB Negatif
38 Bab 38 - Maaf
39 Bab 39 - Tuan Hades
40 Bab 40 - Piano
41 Bab 41 - Saat Aku Masih SMA
42 Bab 42 - Asisten Edith
43 Bab 43 - Cinta Pandangan Pertama
44 Bab 44 - Action
45 Bab 45 - Akhir Dari Penjelasan
46 Bab 46 - Perang Dimulai
47 Bab 47 - Kegagalan Pertama
48 Bab 48 - Ruang Rahasia
49 Bab 49 - Ingin Mundur
50 Bab 50 - Ancaman
51 Bab 51 - Rencana B
52 Bab 52 - Hades dan Hera
53 Bab 53 - Hades dan Hera
54 Bab 54 - Hades dan Hera
55 Bab 55 - Hades dan Hera
56 Bab 56 - Hades dan Hera
57 Bab 57 - Hades dan Hera ( End)
58 Bab 58 - Rencana Balas Dendam
59 Bab 59 - Klinik
60 Bab 60 - Taman Kota
61 Bab 61 - Arsenik
62 Bab 62 - Menyamar
63 Bab 63 - Masuk Rumah Henry
64 Bab 64 - Masuk Ruang Kerja Henry
65 Bab 65 - Mencari Edith
66 Bab 66 - Who is he?
67 Bab 67 - He is ...
68 Bab 68 - Surat Untuknya
69 Bab 69 - Sidik Jari
70 Bab 70 - Action
71 Bab 71 - Win or Lose ?
72 Bab 72 - Tertembak
73 Bab 73 - Nona Edith
74 Bab 74 - Go Home
75 Bab 75 - Akal Busuk Henry Terkuak
76 Bab 76 - Berita Bahagia
77 Bab 77 - Reward For All
78 Bab 78 - Too Much
79 Bab 79 - Hera Is Coming
80 Bab 80 - Oh My Hera
81 Bab 81 - Masalah Baru Zeus
82 Bab 82 - Anak Siapa?
83 Bab 83 - Bertemu Kembali
84 Bab 84 - Will You Marry Me?
85 Bab 85 - Ares
86 Can't Wait To Read New Novel
87 Novel
88 RIMBA SI ANAK GENIUS
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 - Telepon Tengah Malam
2
Bab 2 - Wallpaper Ponsel
3
Bab 3 - Honey and Bee Tatto
4
Bab 4 - Orlene
5
Bab 5 - Ibu Mertua Orlene
6
Bab 6 - Mertua dan Menantu
7
Bab 7 - Apakah Kamu Mengenal Edith?
8
Bab 8 - Penyelidikan (Part 1)
9
Bab 9 - Luna
10
Bab 10 - Coffee Maker
11
Bab 11 - Monica (Part 1)
12
Bab 12 - Monica (Part 2)
13
Bab 13 (Monica part 3)
14
Bab 14 (Penyelidikan Part 2)
15
Bab 15 - Ruangan di Bawah Manhole Cover
16
Bab 16 - Bertemu Dia
17
Bab 17 - Pulang ke Rumah
18
Bab 18 - Aksi Monica
19
Bab 19 - Puzzle
20
Bab 20 - To Be With You
21
Bab 21 - Dinner
22
Bab 22 - Telepon Menjengkelkan
23
Bab 23 - E L
24
Bab 24 - Panti Asuhan (Part 1)
25
Bab 25 - Panti Asuhan (Part 2)
26
Bab 26 - Panti Asuhan (Part 3)
27
Bab 27 - Beasiswa
28
Bab 28 - Curiga
29
Bab 29 - Jason dan Emily
30
Bab 30 - Kebetulan yang Tidak Terduga
31
Bab 31 - Penyelidikan (Part 3)
32
Bab 32 - Penyelidikan (Part 4)
33
Bab 33 - Asuransi
34
Bab 34 - Hasil Forensik
35
Bab 35 - HTHC
36
Bab 36 - Penyelidikan (Part 5)
37
Bab 37 - AB Negatif
38
Bab 38 - Maaf
39
Bab 39 - Tuan Hades
40
Bab 40 - Piano
41
Bab 41 - Saat Aku Masih SMA
42
Bab 42 - Asisten Edith
43
Bab 43 - Cinta Pandangan Pertama
44
Bab 44 - Action
45
Bab 45 - Akhir Dari Penjelasan
46
Bab 46 - Perang Dimulai
47
Bab 47 - Kegagalan Pertama
48
Bab 48 - Ruang Rahasia
49
Bab 49 - Ingin Mundur
50
Bab 50 - Ancaman
51
Bab 51 - Rencana B
52
Bab 52 - Hades dan Hera
53
Bab 53 - Hades dan Hera
54
Bab 54 - Hades dan Hera
55
Bab 55 - Hades dan Hera
56
Bab 56 - Hades dan Hera
57
Bab 57 - Hades dan Hera ( End)
58
Bab 58 - Rencana Balas Dendam
59
Bab 59 - Klinik
60
Bab 60 - Taman Kota
61
Bab 61 - Arsenik
62
Bab 62 - Menyamar
63
Bab 63 - Masuk Rumah Henry
64
Bab 64 - Masuk Ruang Kerja Henry
65
Bab 65 - Mencari Edith
66
Bab 66 - Who is he?
67
Bab 67 - He is ...
68
Bab 68 - Surat Untuknya
69
Bab 69 - Sidik Jari
70
Bab 70 - Action
71
Bab 71 - Win or Lose ?
72
Bab 72 - Tertembak
73
Bab 73 - Nona Edith
74
Bab 74 - Go Home
75
Bab 75 - Akal Busuk Henry Terkuak
76
Bab 76 - Berita Bahagia
77
Bab 77 - Reward For All
78
Bab 78 - Too Much
79
Bab 79 - Hera Is Coming
80
Bab 80 - Oh My Hera
81
Bab 81 - Masalah Baru Zeus
82
Bab 82 - Anak Siapa?
83
Bab 83 - Bertemu Kembali
84
Bab 84 - Will You Marry Me?
85
Bab 85 - Ares
86
Can't Wait To Read New Novel
87
Novel
88
RIMBA SI ANAK GENIUS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!