Misi Jaksa Tampan

Misi Jaksa Tampan

Bab 1 - Telepon Tengah Malam

Aku benar-benar malas untuk bergerak dan membuka mata, padahal hanya sekedar untuk melihat ponsel milik siapa yang terus bergetar tidak sabar di atas nakas. Suara getarannya yang berisik di tengah kesunyian malam berhasil mengusik tidur nyenyakku bersama istriku, Monica.

"Ponselmu, Lucius," ucap Monica serak sambil menepuk-nepuk halus punggungku, seakan memintaku segera mengangkat ponselku atau mematikan ponselku secepatnya dan kembali tidur.

Ponselku? Benarkah? Betapa bodohnya aku, lupa mematikannya sebelum tidur, batinku kesal.

Kujulurkan tanganku dari balik selimut, menggapai-gapai ponsel yang ada di atas nakas yang ada di sebelahku. Begitu ponselku berhasil kuraih, aku segera membuka mataku untuk membaca nama orang yang berani meneleponku dan mengganggu jam istirahatku.

Sial, ternyata Andrew, asistenku di kejaksaan, yang meneleponku tengah malam begini. Benar-benar tidak sopan. Bukankah aku sudah berpesan kepadanya, agar tidak menggangguku malam ini, karena aku benar-benar butuh istirahat. Aku sudah dua hari tidak tidur gara-gara lembur. Apa dia sudah lupa? Awas kau, Andrew! batinku kesal.

"Andrew menelepon, sayang. Sepertinya ini penting. Maafkan dia, sudah mengganggu tidurmu. Kembalilah tidur. Aku akan menerima panggilan ini di luar," ucapku lembut sambil mengecup kening Monica yang berkerut kesal.

Monica menarik tangan kananku yang menggenggam ponsel mendekat ke wajahnya. Mata bulatnya langsung mengawasi layar ponselku yang memperlihatkan foto Andrew dalam ukuran besar. Ia tersenyum sekilas padaku, karena tahu kalau aku tidak membohonginya.

"Jangan lama-lama teleponnya. Besok masih ada persidangan yang harus kamu hadiri," nasehat Monica sambil merapatkan selimutnya agar lebih hangat dan nyaman.

Aku mengangguk, segera turun dari tempat tidur, berjalan ke arah pintu kamar, membukanya perlahan tanpa suara agar Monica tidak terganggu dan secepatnya keluar dari kamar tidur.

Kugeser tombol hijau yang ada di ponselku begitu kakiku menginjak ke dalam ruang kerja yang ada di samping kamarku.

"Selamat malam, Pak Lucius. Maafkan saya menelepon malam-malam," ucap Andrew sopan.

"Awas kau, kalau bukan hal penting yang ingin kau sampaikan," balasku marah sambil menekan saklar lampu ruang kerjaku. Seketika ruang kerjaku menjadi terang dan aku melangkah menuju sofa empuk yang ada di tengah-tengah ruang kerjaku untuk duduk.

"Maafkan saya, Pak Lucius. Saya tidak bermaksud ingin menganggu bapak. Namun, baru saja Dokter Jenny dari bagian forensik menelepon, mengabarkan bahwa ada mayat seorang wanita muda baru saja ditemukan. Kondisi tubuhnya melepuh terbakar hampir 70%. Wajahnya tidak dapat dikenali lagi, sangat mengerikan. Beliau mendesak saya untuk segera mengabari bapak secepatnya tentang hal ini. Oh iya, beliau juga mengirimkan beberapa foto kepada saya dan berpesan agar saya mengatakan dengan jelas kepada bapak bahwa cincin berlian hijau sudah diketemukan," ucap Andrew cepat khawatir aku makin marah.

"Cincin berlian hijau? Apakah mayat wanita muda itu mengenakan cincin berlian hijau?" tanyaku kaget hingga terlonjak dari sofa empuk.

"Sepertinya begitu, Pak," jawab Andrew singkat.

"Cepat kirimkan foto cincin berlian hijau padaku!" perintahku spontan.

"Sudah saya kirimkan lewat whatsapp, Pak. Lengkap dengan foto-foto mayatnya," ucap Andrew sambil menahan tawa.

Aku segera menekan ikon warna hijau yang ada di layar ponselku, mencari nama Andrew dan mengklik foto-foto yang dikirimkan Andrew.

Dalam hitungan detik, foto-foto itu terdownload. Aku tersenyum kecil saat melihat foto-foto itu. Pantas saja Andrew menahan tawa saat berbincang tadi karena foto-foto yang dikirimkan sangat menggelikan. Dokter forensik wanita yang memiliki paras manis itu bertingkah sangat konyol, ia berselfie ria dengan aneka gaya di samping mayat yang menjijikan dan di samping sebuah jari manis yang melepuh memakai sebuah cincin berlian warna hijau.

Aku segera memperbesar foto cincin itu dan mengamatinya dengan cermat.

"Oh Tuhan, cincin ini benar-benar milik Edith, wanita yang kucari selama ini. Apakah mayat wanita muda itu adalah Edith? Semoga saja bukan. Pria itu akan hancur lebur jika mayat wanita itu benar-benar Edith," gumamku pelan dan sedih.

"Maaf, Pak. Saya tidak mendengar ucapan bapak," ucap Andrew sedikit bingung.

"Lupakan, aku hanya bergumam sendiri. Apakah Dokter Jenny punya pesan lain?" tanyaku.

"Hmm... Dokter Jenny juga meminta maaf karena tidak menghubungi bapak secara langsung, karena beliau tidak ingin terjadi kesalah pahaman antara bapak dan istri bapak. Mungkin beliau sudah mendengar rumor yang berhembus, istri bapak memiliki sikap cemburu yang berlebihan, dan beliau takut istri bapak akan marah besar seperti saat ada polwan yang menelepon bapak malam-malam, beberapa bulan lalu," ucap Andrew sambil menahan tawa.

"Kau sangat menyebalkan, Andrew. Temui aku di ruangan Dokter Jenny setengah jam lagi. Kita harus menyelidiki kasus ini secepatnya," ucapku tegas.

"Aduh, Pak. Ini kan sudah hampir pagi. Apakah tidak bisa ditunda besok siang saja setelah sidang selesai?" tanya Andrew memohon penuh harap agar tidak perlu pergi keluar subuh-subuh.

"Tidak, harus sekarang juga. Ini sangat penting!" jawabku tidak ingin menunda lebih lama lagi.

"Apakah tidak cukup melihat foto-foto kiriman Dokter Jenny? Apakah harus melihat mayat itu secara langsung, Pak?" tanya Andrew memelas.

"Kalau kau terlambat datang, aku akan memberikan penilaian yang jelek karena kamu tidak disiplin dan membantah atasan agar bagian pusat memotong gajimu," hardikku kesal.

"Baiklah, Pak. Saya akan segera meluncur ke sana," ucap Andrew sedih.

"Good boy," ucapku sambil menutup panggilan telepon.

Aku segera mencari nama Dokter Jenny di kontak ponselku dan meneleponnya.

"Selamat pagi, Lucius. Ternyata Andrew sudah menyampaikan pesanku dengan baik," ucap Dokter Jenny senang.

"Pagi, Dokter. Terima kasih banyak untuk semua foto-fotonya. Saya akan segera ke kantor anda, Dok. Tolong dokter jangan pulang dahulu. Tunggu saya datang ya, Dok. Sekarang saya akan mengirimkan beberapa data melalui email, tolong dianalisa, apakah mayat yang ditemukan itu memiliki persamaan dengan data yang saya kirimkan," ucapku cepat.

"Baiklah, kutunggu kedatanganmu," ucap Jenny menggoda.

"Terima kasih banyak, Dok. Maaf sudah merepotkan dokter," ucapku sopan.

"Takperlu sungkan, Lucius. Saya senang dapat membantumu," ucap Dokter Jenny.

Aku segera memutuskan panggilan telepon kemudian melangkah menuju meja kerjaku, membuka laptopku dan mengirimkan beberapa foto wajah, foto tanda lahir, foto dan keterangan posisi tahi lalat, rontgent tulang, foto panoramic gigi, sidik jari dan catatan kesehatan milik Edith lewat email kepada Dokter Jenny.

Setelah itu aku segera mengganti piyama tidurku dengan kemeja dan celana panjang yang tersimpan di lemari ruang kerjaku. Taklupa mengambil sebuah kotak warna perak dari dalam laci meja kerjaku, memasukkannya ke dalam kantong celana panjangku sebelum pergi ke Laboratorium Badan Forensik.

*

*

*

Ketika aku tiba di ruangan Dokter Jenny, kulihat Andrew sudah ada di dalam. Ia sudah mengenakan masker dan sarung tangan. Jemari tangannya yang tertutup sarung tangan membekap erat masker area mulutnya, seakan berusaha menahan diri agar tidak muntah saat berada di samping mayat yang berada di atas meja warna silver yang ada di ujung ruang autopsi jenazah.

"Andrew, apakah kau menemukan sesuatu yang penting?" tanyaku tiba-tiba menepuk punggung Andrew.

Andrew yang kaget langsung terhuyung-huyung tak seimbang maju ke depan, hampir menabrak mayat yang ada di depannya, jika aku tidak sigap menarik lengan tangannya.

"Hati-hati, Andrew. Kau takingin memeluknya kan?" tanya Dokter Jenny sambil tersenyum nakal.

Andrew langsung menggeleng cepat-cepat.

"Apakah data yang saya kirim sudah diterima?" tanyaku pada Dokter Jenny.

"Sudah, terima kasih banyak, Lucius. Datanya sangat lengkap. Saya akan segera memproses dan mengabarimu kalau hasilnya sudah keluar," ucap Dokter Jenny puas.

Aku segera merogoh kantung celanaku dan mengeluarkan kotak warna perak, lalu menyodorkannya pada Dokter Jenny.

"Apa itu?" tanya Andrew penasaran.

"Potongan kuku dan rambut milik seseorang yang diperlukan untuk tes DNA," jelas Dokter Jenny.

"Seseorang? Siapa?" tanya Andrew penasaran.

"Mau tahu aja kamu, Andrew. Lebih sedikit yang kamu tahu lebih baik," ucapku tegas.

"Kalau begitu, untuk apa saya kemari, jika saya tidak diperlukan?" tanya Andrew kesal.

"Untuk membantuku menyelidiki kasus ini," jawabku dengan tatapan kejam ingin menyiksa Andrew.

"Sudahlah, Lucius. Jangan terlalu galak pada Andrew. Kemari, lihatlah ini! Tatto sebuah simbol yang terbakar sebagian, aku baru saja menemukannya, jadi aku akan mengirimkan fotonya padamu setelah ini. Mungkin kau dapat memulai penyelidikan dari tempat tatto ini dibuat," ucap Dokter Jenny sambil menunjuk bagian pinggang mayat wanita muda itu.

Lucius segera mendekati meja autopsi, mencondongkan tubuhnya mengamati simbol tatto tersebut, begitu pula Andrew.

"Honey and Bee Tatto?" tanya Lucius pada Dokter Jenny.

"Tepat sekali," ucap Dokter Jenny senang mendengar tebakan Lucius yang 100% benar.

"Sudah lama kami berdua tidak pergi ke sana, senang bisa bertemu Jason, pemilik tempat itu sekali lagi," ucap Andrew senang.

"Jangan macam-macam lagi, kita ke sana bukan mau minta tatto gratis, tapi untuk menyelidiki kasus," bentakku agak keras.

Andrew tersenyum senang berhasil membuatku marah sekali lagi.

Terpopuler

Comments

MangaToon_Editor

MangaToon_Editor

cool

2021-06-04

10

Hastin Faradilla Hlf

Hastin Faradilla Hlf

aq hadir membawa boomlike kak,,, semangat

2020-12-15

0

yuslina

yuslina

like, semoga lebih seru.lagi

2020-12-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Telepon Tengah Malam
2 Bab 2 - Wallpaper Ponsel
3 Bab 3 - Honey and Bee Tatto
4 Bab 4 - Orlene
5 Bab 5 - Ibu Mertua Orlene
6 Bab 6 - Mertua dan Menantu
7 Bab 7 - Apakah Kamu Mengenal Edith?
8 Bab 8 - Penyelidikan (Part 1)
9 Bab 9 - Luna
10 Bab 10 - Coffee Maker
11 Bab 11 - Monica (Part 1)
12 Bab 12 - Monica (Part 2)
13 Bab 13 (Monica part 3)
14 Bab 14 (Penyelidikan Part 2)
15 Bab 15 - Ruangan di Bawah Manhole Cover
16 Bab 16 - Bertemu Dia
17 Bab 17 - Pulang ke Rumah
18 Bab 18 - Aksi Monica
19 Bab 19 - Puzzle
20 Bab 20 - To Be With You
21 Bab 21 - Dinner
22 Bab 22 - Telepon Menjengkelkan
23 Bab 23 - E L
24 Bab 24 - Panti Asuhan (Part 1)
25 Bab 25 - Panti Asuhan (Part 2)
26 Bab 26 - Panti Asuhan (Part 3)
27 Bab 27 - Beasiswa
28 Bab 28 - Curiga
29 Bab 29 - Jason dan Emily
30 Bab 30 - Kebetulan yang Tidak Terduga
31 Bab 31 - Penyelidikan (Part 3)
32 Bab 32 - Penyelidikan (Part 4)
33 Bab 33 - Asuransi
34 Bab 34 - Hasil Forensik
35 Bab 35 - HTHC
36 Bab 36 - Penyelidikan (Part 5)
37 Bab 37 - AB Negatif
38 Bab 38 - Maaf
39 Bab 39 - Tuan Hades
40 Bab 40 - Piano
41 Bab 41 - Saat Aku Masih SMA
42 Bab 42 - Asisten Edith
43 Bab 43 - Cinta Pandangan Pertama
44 Bab 44 - Action
45 Bab 45 - Akhir Dari Penjelasan
46 Bab 46 - Perang Dimulai
47 Bab 47 - Kegagalan Pertama
48 Bab 48 - Ruang Rahasia
49 Bab 49 - Ingin Mundur
50 Bab 50 - Ancaman
51 Bab 51 - Rencana B
52 Bab 52 - Hades dan Hera
53 Bab 53 - Hades dan Hera
54 Bab 54 - Hades dan Hera
55 Bab 55 - Hades dan Hera
56 Bab 56 - Hades dan Hera
57 Bab 57 - Hades dan Hera ( End)
58 Bab 58 - Rencana Balas Dendam
59 Bab 59 - Klinik
60 Bab 60 - Taman Kota
61 Bab 61 - Arsenik
62 Bab 62 - Menyamar
63 Bab 63 - Masuk Rumah Henry
64 Bab 64 - Masuk Ruang Kerja Henry
65 Bab 65 - Mencari Edith
66 Bab 66 - Who is he?
67 Bab 67 - He is ...
68 Bab 68 - Surat Untuknya
69 Bab 69 - Sidik Jari
70 Bab 70 - Action
71 Bab 71 - Win or Lose ?
72 Bab 72 - Tertembak
73 Bab 73 - Nona Edith
74 Bab 74 - Go Home
75 Bab 75 - Akal Busuk Henry Terkuak
76 Bab 76 - Berita Bahagia
77 Bab 77 - Reward For All
78 Bab 78 - Too Much
79 Bab 79 - Hera Is Coming
80 Bab 80 - Oh My Hera
81 Bab 81 - Masalah Baru Zeus
82 Bab 82 - Anak Siapa?
83 Bab 83 - Bertemu Kembali
84 Bab 84 - Will You Marry Me?
85 Bab 85 - Ares
86 Can't Wait To Read New Novel
87 Novel
88 RIMBA SI ANAK GENIUS
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 - Telepon Tengah Malam
2
Bab 2 - Wallpaper Ponsel
3
Bab 3 - Honey and Bee Tatto
4
Bab 4 - Orlene
5
Bab 5 - Ibu Mertua Orlene
6
Bab 6 - Mertua dan Menantu
7
Bab 7 - Apakah Kamu Mengenal Edith?
8
Bab 8 - Penyelidikan (Part 1)
9
Bab 9 - Luna
10
Bab 10 - Coffee Maker
11
Bab 11 - Monica (Part 1)
12
Bab 12 - Monica (Part 2)
13
Bab 13 (Monica part 3)
14
Bab 14 (Penyelidikan Part 2)
15
Bab 15 - Ruangan di Bawah Manhole Cover
16
Bab 16 - Bertemu Dia
17
Bab 17 - Pulang ke Rumah
18
Bab 18 - Aksi Monica
19
Bab 19 - Puzzle
20
Bab 20 - To Be With You
21
Bab 21 - Dinner
22
Bab 22 - Telepon Menjengkelkan
23
Bab 23 - E L
24
Bab 24 - Panti Asuhan (Part 1)
25
Bab 25 - Panti Asuhan (Part 2)
26
Bab 26 - Panti Asuhan (Part 3)
27
Bab 27 - Beasiswa
28
Bab 28 - Curiga
29
Bab 29 - Jason dan Emily
30
Bab 30 - Kebetulan yang Tidak Terduga
31
Bab 31 - Penyelidikan (Part 3)
32
Bab 32 - Penyelidikan (Part 4)
33
Bab 33 - Asuransi
34
Bab 34 - Hasil Forensik
35
Bab 35 - HTHC
36
Bab 36 - Penyelidikan (Part 5)
37
Bab 37 - AB Negatif
38
Bab 38 - Maaf
39
Bab 39 - Tuan Hades
40
Bab 40 - Piano
41
Bab 41 - Saat Aku Masih SMA
42
Bab 42 - Asisten Edith
43
Bab 43 - Cinta Pandangan Pertama
44
Bab 44 - Action
45
Bab 45 - Akhir Dari Penjelasan
46
Bab 46 - Perang Dimulai
47
Bab 47 - Kegagalan Pertama
48
Bab 48 - Ruang Rahasia
49
Bab 49 - Ingin Mundur
50
Bab 50 - Ancaman
51
Bab 51 - Rencana B
52
Bab 52 - Hades dan Hera
53
Bab 53 - Hades dan Hera
54
Bab 54 - Hades dan Hera
55
Bab 55 - Hades dan Hera
56
Bab 56 - Hades dan Hera
57
Bab 57 - Hades dan Hera ( End)
58
Bab 58 - Rencana Balas Dendam
59
Bab 59 - Klinik
60
Bab 60 - Taman Kota
61
Bab 61 - Arsenik
62
Bab 62 - Menyamar
63
Bab 63 - Masuk Rumah Henry
64
Bab 64 - Masuk Ruang Kerja Henry
65
Bab 65 - Mencari Edith
66
Bab 66 - Who is he?
67
Bab 67 - He is ...
68
Bab 68 - Surat Untuknya
69
Bab 69 - Sidik Jari
70
Bab 70 - Action
71
Bab 71 - Win or Lose ?
72
Bab 72 - Tertembak
73
Bab 73 - Nona Edith
74
Bab 74 - Go Home
75
Bab 75 - Akal Busuk Henry Terkuak
76
Bab 76 - Berita Bahagia
77
Bab 77 - Reward For All
78
Bab 78 - Too Much
79
Bab 79 - Hera Is Coming
80
Bab 80 - Oh My Hera
81
Bab 81 - Masalah Baru Zeus
82
Bab 82 - Anak Siapa?
83
Bab 83 - Bertemu Kembali
84
Bab 84 - Will You Marry Me?
85
Bab 85 - Ares
86
Can't Wait To Read New Novel
87
Novel
88
RIMBA SI ANAK GENIUS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!