Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikiran Bian. Sampai-sampai dia hampir saja lupa bahwa malam ini temannya mengundang makan malam.
--- Gue jemput loe ke kost ya?--- ucap Kevin di seberang telepon.
--- Ngapain?---
--- Jangan ngadi-adi deh, gue udah di jalan. ---
Dia kembali melihat kalender di mejanya. Astaga! Dia lupa ada acara malam ini. Ia kemudian bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka dan berganti pakaian. Untung saja ia sudah mandi, jadi tidak membutuhkan waktu yang lama. Ia menunggu di depan kost. Tak lama Kevin datang dengan mobil mewahnya.
“Sorry, gue hampir lupa. Hehehe.”
“Semenjak jadi dosen kayaknya kepala loe penuh sama mahasiswi deh. Hahaha.”
“Hush mulut loe!”
Benar juga kata Kevin. Hari ini entah mengapa pikirannya dipenuhi oleh Zizi. Kejadian tadi siang ternyata mempengaruhi cara berpikirnya. Interaksi Zizi dengan cowok yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Teringat jelas saat seorang cowok menarik lengan Zizi, dan menaiki motor Zizi. Entah itu pacar atau hanya sekedar teman, nyatanya hatinya sedikit terluka melihatnya.
Undangan makan malam ini datang dari persatuan mahasiswa Berlin yang sedang melakukan magang di Malang. Tak banyak hanya sekitar 15 orang saja. Kevin adalah salah satu temannya di jurusan yang sama dengannya. Tiba-tiba saja ada cewek yang menghampiri Bian dan hendak memeluk. Namun Bian menghindar ke samping kiri Kevin.
“Gak usah macem-macem, Bian gak suka cewek agresif kaya loe.” Ucap Kevin mengabaikannya yang mematung di tempat.
“Apaan sih.” Ia menghampiri Bian lagi “Bian apa kabar? Gue kangen banget tau, boleh ya gue peluk?” rengek Catherine melingkarkan tangan di lengan Bian.
“Sorry. Sepertinya loe salah orang deh. Vin tukeran tempat dong.” Bian melepaskan tangan Catherine dan berpindah tempat duduk.
“Iiih kok gitu sih Bian, kita udah lama gak ketemu lho.” Katanya kesal. “Gapapa deh bentar lagi kan kita balik ke Berlin, jadi bisa ketemu tiap hari.” Lanjutnya riang.
“Yang ada eneg Bian ngeliat uler keket kaya loe.” Celetuk Kevin.
Catherine diam dengan wajahnya yang cemberut. Catherine yang tak lain adalah teman sekelas Bian memang menaruh hati sejak awal masuk kuliah. Namun Bian yang bersikap dingin kepadanya, membuatnya sedikit kewalahan menaklukkan hatinya. Alih-alih menaklukkan, mendapat atensinya saja tidak.
Saat berpindah tempat duduk, pandangannya tak sengaja bertemu dengan Zizi yang ternyata duduk di meja sebelahnya. Hanya tatap mata, tak ada bersuara satupun. Posisi Bian kini duduk membelakangi meja Zizi. Beradu punggung dengan cowok yang makan satu meja dengannya.
“Gak dihabisin? Tadi katanya laper?” tanya Kak Jeff yang sibuk mengunyah makanan.
“Tiba-tiba aja udah kenyang.” Jawabnya dengan semangat yang menurun drastis.
“Kenapa sih? Ada yang ganggu?”
“Engga.”
“Gue bayar dulu, abis itu pulang.”
“Aku tunggu di luar.”
Zizi berjalan keluar kafe, sedang kakaknya membayar makanan. Bian hanya bisa melihat dari ruangan yang bersekat kaca tersebut. Mencoba menoleh ke belakang. Makanannya masih utuh? Ia kemudian melihat lagi keluar. Dia dapati satu cup eskrim dan cake strawberry diberikan cowok itu kepada Zizi. Cowok itu juga memberikan usapan lembut pada puncak kepala Zizi. Ia menanti mereka bertatap lagi, tapi hanya mobil yang mulai meninggalkan pelataran kafe yang ia dapat. Ah apa yang terjadi padaku? Melihat begitu saja aku rapuh. Cowok macam apa aku ini.
Raganya di sini, tapi pikirannya entah kemana. Ia tampak berbaur dengan teman-temannya, layaknya kerja profesional. Namun, dari hati yang paling dalam ia ingin segera mengakhirinya. Namun apalah daya, ia tak hanya datang bersama Kevin. Mau tidak mau ia harus ikut sampai acara selesai.
Sementara itu, Zizi sibuk menyantap eskrim di tangannya. Sesekali teringat kejadian di kafe tadi.
Aku kangen tau..... Gapapa deh bentar lagi kan kita balik ke Berlin, jadi bisa ketemu setiap hari.
Kata-kata itu terus mengganggu pikirannya. Ia mengaduk es krim dengan penuh kekesalan. Ia juga mengambil es krim satu sendok penuh dan menyumpal mulutnya hingga penuh. Jeff yang melihat hanya tersenyum heran.
“Udah berapa lama adik kecil ini gak makan es krim hmmm?”
Zizi yang kesal sontak menyumpal mulut kakaknya dengan sendokan besar. Jeff yang kaget mencoba memakan es krim dengan susah payah.
“Yash! Gue lagi nyetir. Gimana kalo nabrak? Gimana kalo gue kkeselek Lagian kenapa sih?”
Zizi hanya diam dan terus memasukkan es krim ke mulutnya banyak-banyak. Tiba-tiba. Ciiiiittt! Jeff mengerem mobil mendadak karena mobil di depannya berhenti tiba-tiba.
“Kaaaakk!”
“Ada apaan nih rame banget di depan?” melajukan mobil pelan-pelan.
“Apa ada kecelakaan atau kebakaran?”
Jeff hanya mengendikkan bahu. Melaju dengan pelan dan mengamati sekitar. Zizi yang penasaran hendak membuka jendela, namun ditahan oleh Jeff.
“Jangan dibuka. Kita gak tau apa yang terjadi.”
Zizi pun mengurungkan niatnya, dan melihat dari dalam kaca. Benar dugaannya, terjadi kecelakaan di depan sana. Ada 1 unit ambulance yang melaju cepat. Mungkin saja membawa korban kecelakaan. Jeff melajukan mobilnya dengan normal.
“Kalian sepertinya menikmati hari ini?” tanya Ibu memembereskan sisa makan malam.
“Tadi ada kecelakaan di jalan bu, jalanan macet.” Sahut Zizi.
“Kalian udah makan? Masih ada sisa lauk di meja makan.”
“Udah bu” jawab Zizi dan Jeff kompak.
“Aku ke kamar dulu bu.” Ucap Zizi menaiki tangga.
Ia mencuci muka dan duduk di kursi kamarnya. Kemudian turun mengambil air dingin di bawah. Dia pikir semua orang sudah tidur, ternyata masih ada Jeff yang duduk di sofa. Ia mengerjakan tugas kuliahnya, mengingat seminggu lamanya mengambil cuti. Zizi mencoba mendekatinya. Melihat apa yang sedang ia kerjakan.
“Belum tidur?” Zizi hanya menggelengkan kepala. Lalu duduk di sebelah Jeff.
“Kak Jeff balik kapan?”
“Hari Jumat sore. Kenapa?” menoleh ke arah Zizi. “Masih kangen sama Kak Jeff yang keren ini hmm?”
“Dih! Coba liat.” Zizi melihat laptop Jeff.
“Nyicil buat tesis, siapa tau bisa lulus taun depan.”
“Wiiih keren nih.”
“Siapa dulu dong Jeff gitu. Dah tidur sana besok kuliah telat tau rasa loe.”
“Kan ada kak Jeff yang keren. Hahaha.” Ia kemudian lari ke kamarnya.
“Dasar bocah.”
***
“Aaaaaaaa” Zizi berteriak di kamarnya.
Melihat jam sudah menujukkan pukul setengah 7 pagi. Ia berlari menuju kamar mandi. Ia teringat rumah Ibunya berjarak agak jauh dari kampusnya. Membutuhkan waktu 1 jam untuk sampai.
“Minggir-minggir!”
“Yash! Jangan lari-lari dong!”
Jeff merasa kesal langkahnya terhenti saat Zizi berlari. Ia menuruni tangga untuk bergabung sarapan dengan kedua orang tuanya.
“Zizi kenapa Jeff?” tanya Ayah.
“Paling juga telat yah. Dianya aja yang kebo.”
“Kak Jeff! Gue telat, anterin gue.” Teriak Zizi dari atas.
“Dasar bocah.”
Zizi berlari terburu-buru menuruni tangga. Menghampiri Ayah, Ibu, dan kakaknya di meja makan.
“Sarapan dulu Zi.” Ucap Ibu.
“Gak bisa bu, Zizi udah telat.”
“Kebo sih.”
“Kak Jeff please, anterin. Ada kuliah jam 8, ini udah jam 7 lebih. Ayo cepetan.” Zizi menarik tangan Jeff agar menghentikan aktivitasnya.
“Ayah, Ibu Zizi pamit berangkat dulu. Hari ini ada praktik. Ayo kak, buruan.”
“Mau ngebut sekenceng apapun juga tetep telat.” Jawab Jeff santai.
“Ayo kak, buruan.” Ia memaksa Jeff dan menarik tangannya.
Benar saja dia memang sudah telat 15 menit. Untung saja jalanan sepi, jadi Jeff bisa memacu mobil dengan kecepatan sedikit tinggi. Setelah satu jam perjalanan, akhirnya dia sampai kampus. Ia berlari sekuat tenaga menuju kelasnya di lantai dua. Ia mengatur nafasnya yang terengah-engah dan masuk ke kelas.
Tok tok tok!
“Misi Pak.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments