Pria itu mencium rambut Litania. "Iya, ini aku, Reno ...." Sensual, ia berbisik sungguh pelan. Seringaian licik pun terukir di bibirnya yang tak begitu tebal. "Aku yakin kamu gak lupa sama aku, 'kan?"
Bagaimana bisa dia ada di sini? Apa dari Instagram? Litania membatin. Ketakutan langsung menyelimuti pikiran. Ia kembali menarik-narik tangannya yang masih terikat. "Ren, tolong lepasin."
Reno Rahardian Sanjaya, kakak kelas Litania waktu SMA. Pria bersurai klimis yang berada di dekatnya sekarang adalah ketua perusuh di tempatnya bersekolah dulu. Sosok lelaki tampan tapi tak punya akhlak. Mempunyai orang tua kaya membuatnya suka melakukan sekehandak hati. Dari merundung hingga memukul siswa lemah. Ia dan kawanannya tak takut berulah karena selalu saja lolos dari hukuman sekolah.
Dua tahun yang lalu. Litania dan Kinar tak sengaja melihat kebiadaban Reno. Pria itu dan teman-temannya tengah memukul seseorang di belakang gedung sekolah. Litania yang memergokinya tentu saja meradang. Ia juga pernah dirundung dan merasa terpanggil untuk membantu.
"Hey! Apa yang kalian lakukan?!" Litania berteriak lantang.
Berhenti menendang, empat pria itu langsung bersikap biasa saja. Membetulkan bajunya yang sedikit acak-acakan, seorang siswa bertubuh tinggi berucap, "Wah, ada pahlawan kesiangan kayaknya."
Berdengkus, Litania kenal betul orang berbicara di hadapannya itu adalah Reno. Siswa paling nakal dan brengsek di sekolah. "Apa kalian gak malu maen keroyokan begitu?"
"Kenapa? Gak boleh?" Reno tergelak jenaka.
Mulai tersulut emosi, gadis yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu mengepalkan tinju. Melihat wajah tak bersalah Reno membuat darahnya berdesir hingga ke ubun-ubun. Apalagi setelah melihat Ridwan—objek perundungan Reno and the gengs—telah babak belur dan mengeluarkan banyak darah di wajahnya. "Berhentilah membuat ulah, atau—"
"Apa?" Reno menyela, senyumnya miring seolah merendahkan Litania. "Apa yang bisa dilakukan gadis kurus kayak kamu, ha?! Mau lapor? Laporin aja sana." Tergelak, tawa hambar Reno terdengar jelas di kuping Litania. Menebalkan rasa kesal yang sudah terlanjur ada di diri gadis itu.
Dasar brengsek. Litania membatin.
Reno kelilingi tubuh gadis berani itu. Ada rasa kesal sekaligus senang. Baru kali ini ada yang terang-terangan menantangnya.
Melirik sekilas tanda pengenal Litania, Reno pun berucap, "Namamu Litania, ya? Hm, apa kamu tau, seorang gadis itu harusnya berperilaku manis. Gak boleh ikut campur urusan orang lain." Reno menjeda ucapan. Diperhatikannya bibir ranum Litania. "Tapi, kalau kamu mau ... kamu boleh kok jadi pacarku."
Lagi, nada bicara dan tawa yang terdengar melecehkan itu membuat Litania makin naik pitam, dicekalnya tangan kekar Reno tanpa ragu. Dalam sekejap Reno telah berlutut dengan posisi lengan terputar ke belakang. "Auh ... sakit! Apa yang kau lakukan?! Lepasin gak!'
Makin mengeratkan kuncian, kini Litania yang tersenyum miring. Di dekatkan wajahnya ke telinga Reno. "Aku itu gak suka cowok kurang ajar. Apalagi kayak kamu. Kamu itu bukan tipeku. Ngerti." Litania berbisik pelan. Namun jelas terdengar sedang menggeram. Dipereratnya lagi kuncian tangan hingga erangan keluar nyaring dari mulut Reno. "Pokoknya awas kalau kamu berulah lagi," sambungnya.
Setelah kejadian itu, sikap premanisme yang ada di diri Reno hilang, berganti dengan romantisme yang tak tahu malu. Ia selalu membuntuti ke mana Litania pergi. Memberikan perhatian yang cenderung memaksa. Namun beruntung, sikap abnormal Reno terhenti tatkala pria itu telah lulus dan ikut pindah dengan orang tuanya ke luar negeri. Kepindahan yang membuat Litania aman dan merasa bersyukur.
Setelah mengingat kejadian dua tahun lalu, Litania menatap nanar Reno. Matanya bergerak liar dengan bulir air yang kembali mengalir. "Sebenarnya apa yang kamu mau? Apa pun itu, bisakah kita bicara baik-baik?'
"Aku mau kamu, Litania."
Menahan napas, Litania memejamkan mata sungguh erat kala bibir Reno mendarat di dahinya. Ia ngeri dan geli atas perlakuan pria kurang ajar itu. "Kamu jangan gila. Aku udah nikah. Aku punya suami, Reno!"
Beranjak dari posisinya, Reno tatap nyalang Litania. Yang tadinya tatapan cinta berganti menjadi tatapan murka. Ia tendang dengan kuat sebuah kursi kayu yang ada tak jauh darinya berdiri .
Prakk! Kursi itu patah. "Bodoh! Dia itu bukan suami yang baik, Litan. Dia penjahat. Dia itu bukan laki-laki setia. Dia itu cuma manfaatin kamu. Lagian, yang harusnya jadi suami kamu itu aku! Aku yang udah susah payah ngikutin hobi dan ngasih yang kamu suka. Tapi kenapa kamu nikah sama dia? Kenapa?!"
Memejamkan mata, Litania sungguh takut luar biasa. Suara lantang Reno memekakkan indra pendengarannya. Asli, Litania tak bisa berpura-pura berani kali ini. Tatapan menghunjam Reno seakan bisa mengoyak tubuhnya tanpa bantuan alat.
"Kumohon, Reno. Kamu sadar. Aku gak pernah suka apalagi cinta sama kamu. Jadi tolong, kamu jangan gila. Lepasin aku." Litania mengiba. Berharap ucapannya itu menenangkan kemarahan Reno.
Namun percuma. Sebuah suara benturan keras kembali terdengar. Reno dengan kuat melayangkan tinju pada cermin yang ada di dekatnya. Darah segar pun mengalir dengan deras, tetapi aneh, Reno seakan tak merasakan sakit sedikitpun. Ia malah tersenyum dan mendekati Litania lagi. "Aku gak peduli, Litan. Sekarang kamu cuma untukku. Kita nikah sekarang."
Reno rogoh saku jas yang ia kenakan. Mengeluarkan sebuah kotak perhiasan dengan tangan yang jelas penuh darah.
Kembali mengukir senyuman, Reno berjongkok seraya meraih tangan Litania yang terikat. Menyematkan cincin di jari manis gadis itu. "Aku cinta sama kamu. Aku janji akan jadi suami yang baik."
Litania meronta menarik terus tangannya yang masih terikat. Ia takut pada kegilaan Reno. Terlebih lagi, pria itu sudah menatapnya dengan tatapan berhasrat. "Please, Reno. Jangan kayak gini. Kamu bikin aku takut."
Menyeringai, Reno buka setelannya dengan cepat. "Jangan takut, Litan. Kita sudah sah jadi suami istri. Jadi tahap selanjutnya adalah malam pertama. Kamu siap, 'kan?"
Oh God. Jantung Litania makin menggila. Reno dengan tak tau malunya membuka semua pakaian dan hanya menyisakan ****** *****.
"Kumohon ... jangan." Litania masih berusaha meronta. Tapi Reno telah berada di atasnya.
"Tolooong ... tolong!" Litania berteriak lantang. Ia putus asa, tak tau lagi cara keluar dari situasi mengerikan itu.
"Stt, jangan teriak, percuma. Gak akan ada yang datang. Ayo, kita nikmatin aja malam ini. Have fun, Baby."
Reno meraup bibir Litania dengan paksa. Litania mengunci rapat bibirnya. Namun, Reno tak patah arang. Digigitnya bibir bawah Litania, membuat gadis yang tengah panik itu mau tak mau harus mengerang dan membuka mulut. Kesempatan bagus untuk Reno melancarkan aksi binal. Darah pun menjadi penengah pemaksaan yang Reno lakukan. Saat tangan Reno hendak masuk ke dalam baju Litania, tiba-tiba suara hantaman pintu terdengar keras masuk ke indra pendengaran keduanya.
"Dasar brengsek!"
Chandra tiba dengan mata penuh kemarahan. Ditariknya rambut tebal Reno dengan kuat hingga pria itu terjatuh ke lantai yang kotor. "Dasar sialan!"
Bugh! Tinju mendarat di rahang Reno.
Reno menyeringai. Membuat Chandra makin naik pitam. Ia layangkan berkali-kali bogem merah di wajah lawannya itu tanpa ampun. Ia tak terima istrinya dilecehkan. Tak ada empati, bahkan tak peduli dengan wajah Reno yang penuh luka dan darah. "Brengsek, beraninya kamu sentuh Litania. Dia itu istriku, Bangsatt!"
Terkekeh, Reno terlihat meremehkan. Ia berdecih, meludahkan darah yang sudah menyatu dengan liur.
"Hah! Istrimu katamu? Kamu jangan gila. Dia itu milikku. Dia istriku. Dari dulu dia milikku. Kamu hanya orang asing yang datang lalu merebut kepunyaanku. Yang seharusnya dipanggil berengsek itu kamu."
Reno tak kenal takut. Ia balas tatapan menghunjam Chandra. "Lagian bukannya kamu gak cinta ya sama dia. Jadi untuk apa kamu kayak gini. Mending kasih Litania buat aku."
Makin berdesir, Chandra tak tahan dengan hinaan Reno pada istrinya itu. Suami mana yang rela memberikan istrinya?
"Kau gila. Dia itu istriku. Bukan istrimu. Aku mencintai dia dan sampai kapan pun gak akan mengikhlaskan dia pada orang lain. Apalagi kamu!"
Lagi, layangan tangan terakhir Chandra menjadi penutup perkelahian itu. Polisi datang dan melerai perkelahian mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 268 Episodes
Comments
Sarah Susanti 🐋
thor tolong jelasin. itu si Chandra ujug2 datang.
dia itu tau dari mana? 🙃
kalau polisi mungkin udah di calling kali yah sama Chandra nya
2021-06-21
1
Anie Jung
Untung Bang bocan tepat waktu datang nya
2021-06-14
1
Mardi Anah
Hm syukurlah polisi segera datang bgm Candra bisa tahu klu Litan disekap ditempatvitu yaa langsungvtiba2 hadir pada saat Litan mau dilecehkan
2021-06-14
1