Negeri Tanah Awan Panjang, Lanzeenu
Pada suatu waktu dua suku Moari dari wilayah Taranika yaitu Ngāti Matungu dan Ngāti Mata memutuskan untuk menjajah Pulau Chahtam.
Wharekuari adalah sebutan dalam bahasa Moari untuk Pulau Chahtam. Mereka menggunakan sepasang kapal, mengumpulkan 900 prajurit dan persediaan yang cukup untuk menetap serta bercocok tanaman, dan pergi ke Pulau Chahtam.
Pulau Chahtam telah dihuni oleh orang Miroiro yang berjumlah sekitar 2000 orang. Ketika mereka tiba, suku Moari menculik seorang gadis berusia 12 tahun. Mereka memotongnya dan menggantungkan berbagai bagian tubuh sang gadis di pohon sebagai pernyataan resmi perang terhadap Miroiro.
Namun suku Miroiro terisolir di pulau mereka. Mereka tidak memiliki tradisi perang dan memegang kode moral yang tidak menyukai kekerasan. Mereka memutuskan untuk tidak melawan pasukan penyerbu Moari, tetapi menggunakan perlawanan pasif dan non kekerasan.
Perlawanan itu tidak berjalan dengan baik bagi Miroiro dalam melawan serangan suku Moari.
Frustrasi dengan pertempuran terhormat, para pasukan tentara Moari berjalan begitu saja ke desa suku Miroiro dan mulai membantai orang-orang tanpa pandang bulu entah itu pria, wanita, dan anak-anak.
Mereka yang melarikan diri diburu, diseret keluar dari tempat persembunyiannya, dan dibunuh.
Lalu orang Moari melakukan ritual memasak dan memakan beberapa orang yang mereka bunuh. Selanjutnya, mereka mengambil 200 wanita dan anak-anak yang mereka tangkap hidup-hidup, membawa mereka ke pantai, mengawasinya di pasir sampai meninggal dunia.
Anak-anak dan wanita itu bertahan beberapa hari sebelum mereka meninggal dunia karena kehausan dan terpapar udara yang sangat dingin.
Setelah beberapa hari pembunuhan, kanibalisme, dan ritual penyiksaan, Moari memutuskan bahwa mereka menang.
Mereka mengambil semua wanita yang masih hidup dan cukup tua untuk diperkosa dan membagi wanita-wanita itu diantara mereka. Pria Miroiro yang selamat dari pembantaian diperbudak.
Suku Moari tidak mengizinkan budak laki-laki Miroiro mereka untuk menikah atau memiliki anak. Dalam 30 tahun, banyak orang Miroiro meninggal dunia.
Saat ini, tidak ada orang Miroiro yang tersisa selain orang-orang dari keturunan campuran Moari-Miroiro yang diturunkan dari para wanita Miroiro yang diambil sebagai budak seks.
...Moana Kaia...
Namun Moana Kaia salah satu gadis yang diseret di pantai dan dibiarkan terpanggang panas matahari, memberanikan diri untuk kabur dari pengawasan prajurit Moari.
Dengan diam-diam dia beringsut ke belakang para wanita yang senasib dengannya. Moana Kaia merasa ada yang aneh dengan orang-orang Moari yang dengan kejam membunuh lalu memakan orang-orangnya.
Tekadnya untuk kabur dari tempat itu, oleh karena dia tahu orang-orang Moari itu bukanlah orang Moari biasa.
Moana Kaia sempat melihat seorang prajurit Moari menjulurkan lidah seperti seekor ular.
Moana Kaia selalu mengingat cerita kakeknya tentang makhluk berupa kadal yang berdiri seperti manusia.
"Adikku, Kakak berjanji akan memusnahkan mereka semua, Kakak akan mencari bantuan Dewa Dewi seperti yang diceritakan Kakek dulu." Dengan bergetar dia bergumam lirih, merasakan pilu yang teramat sangat ketika adiknya diculik dan dijadikan tanda dimulainya peperangan dengan memotong-motong tubuhnya.
"Biadab! Aku bersumpah demi darah adikku yang menangis, akan kulenyapkan kalian semua!" geram Moana Kaia.
Moana Kaia sudah tak terlihat dari para prajurit Moari dia pun bergegas menyelam ke dalam air laut dan berenang sekuat tenaganya.
Dia hendak menuju pulau kecil tempat bermainnya selama ini. Di pulau kecil itu tertambat perahu kecil bercadik yang cukup kuat, dan di pulau kecilnya itu ada rumah pohon yang berisi sedikit makanan untuk dia bawa mengembara.
Semua lancar dia berhasil mencapai pulau kecilnya. Menyiapkan segala perbekalan, memeriksa perahu cadiknya.
Dan bergegas meninggalkan wilayah itu menuju utara pesisir Benua Kangguru.
...*****...
Negeri Si Kulit Merah, Siuox.
Di sabana yang luas seorang anak kepala suku Siuox, memperhatikan gerombolan kuda liar berlarian ke sana kemari seperti dikejar sesuatu yang tidak nampak.
...Hiawata Paco...
Hiawata Paco memicingkan matanya, mencoba memperhatikan dari punggung kudanya samar-samar dia melihat debu-debu yang beterbangan dibelakang gerombolan kuda liar itu seperti membentuk suatu sosok.
"Sosok apa itu? seperti kasat mata tapi tertera debu?" Hiawata Paco tanpa pikir panjang memacu kudanya untuk membuntuti sosok misterius yang mengejar kuda-kuda liar itu.
Tanpa ragu Hiawata Paco sembari menunggangi kuda yang masih berlari, menyiapkan busur dan anak panahnya membidik sosok yang terlihat kasat mata itu.
Wuuutttzzz...!
Cleep!
Anak panah itu mengenai targetnya nampak cairan berwarna hijau tercecer dari sosok yang mulai berhenti mengejar kuda-kuda liar.
Sosok tak kasat mata yang kini berlumuran darah berwarna hijau itu mulai menampakkan wujud aslinya.
"Hah, manusia kadal? Siapa kau! Chupacabra?!" Hiawata Paco mencoba berbicara pada makhluk yang ternyata Liz-ert itu.
"Groarrr...!!" Liz-ert itu meraung keras dan mencabut anak panah yang tertancap di punggungnya.
Liz-ert itu menghunus pedang yang sangat besar. Bersiap untuk membalas rasa sakitnya pada Hiawata Paco.
Dan mungkin malah akan menjadikannya sebagai makan siang.
"Groarrr.. groarrr..!!"
Hiawata Paco tak gentar menghadapi Liz-ert yang baru dilihatnya itu, dia mengira Liz-ert itu adalah Chupacabra. Makhluk yang sering menghisap darah kuda atau kambing.
Dengan gesit dia melompat turun dari punggung kudanya.
"Hup!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Guns
Ah jagoanku ini sajalah...
2024-12-03
3