LYTTE 02 — A Responsibility

"Ya? Halo, Om? Ada apa?" kata Ashana begitu teleponnya tersambung.

"Apa? Apakah benar-benar mengkhawatirkan? Baiklah kalau begitu, aku akan pulang sekarang juga." Ashana menutup teleponnya. Lalu berjalan ke ruangannya untuk mengecek jadwalnya hari ini.

Ia beruntung karena jadwalnya hari itu kosong.

"Sepertinya aku bisa pergi," gumamnya lalu mengambil tas dan berjalan keluar rumah sakit. Sebelum memasuki mobilnya, ia sempat menitipkan pesan pada resepsionis rumah sakit bahwa ia akan pulang untuk mengurus sesuatu yang penting.

Sesampainya di sana. Bartha Mahendra. Akuntan perusahaan ayahnya sudah duduk di ruang tamu dengan ditemani secangkir kopi hitam.

"Maaf, Om. Sudah lama menunggu?" tanya Ashana begitu masuk ke rumahnya. Melemparkan tasnya ke sofa, ia duduk berhadapan dengan Bartha.

Bartha Mahendra terduduk tegak, meletakkan cangkir kopinya di meja, lalu berkata, "Tidak, kok, tidak terlalu lama. Aku datang untuk menyampaikan hal penting terkait perusahaan ayahmu, Sha."

Mendengar itu, detak jantung Ashana berdetak dua kali lebih cepat. Rasa-rasanya ia tak cukup sanggup untuk mendengar pernyataan apapun yang keluar dari laki-laki yang usianya lebih tua dua dekade darinya itu.

"Maaf jika aku menyampaikan hal seperti ini di saat yang tidak tepat, tapi aku harus memberitahumu hal ini sebagai pewaris utama," lanjut Bartha serius.

"Tidak apa-apa, Om, aku mengerti. Jelaskan saja, Asha akan mencoba memahaminya," kata Asha mencoba berlapang dada.

Rasa sedihnya atas kepergian sang ayah memang belum hilang, tapi ia tahu bahwa sudah tanggung jawabnya untuk mengurus perusahaan ayahnya itu.

Bartha mengulas senyumnya, kemudian, ia pun mulai menjelaskan krisis yang terjadi pada perusahaan Danendra.

Sejak beberapa bulan terakhir, yang Ashana tahu, perusahaan ayahnya memang mengalami beberapa kerugian yang cukup besar. Hal itu pula yang membuat kondisi kesehatan ayahnya mendadak menurun drastis.

"Kita tidak akan bisa mempertahankan perusahaan jika tidak melunasi hutang-hutang perusahaan pada pihak kreditur, belum lagi kita harus membayar gaji karyawan yang sudah tertunggak selama dua bulan." Bartha terlihat menarik napas panjang beberapa kali. Jelas sekali bahwa ia tengah frustasi.

Ashana yang tak terlalu paham dengan urusan perusahaan itu masih mencoba memahami keadaan yang Bartha sebut sebagai krisis perusahaan dengan sebaik-baiknya.

"Apakah tidak ada cara lain untuk menyelamatkan perusahaan ayah, Om?"

Bartha tampak berpikir sejenak, "Mungkin ada, kita harus mencari investor, jika kau menyetujuinya, aku akan mencoba mencari beberapa investor yang tepat."

Kepala Ashana tertunduk, memerhatikan jari-jarinya yang lentik sambil berfikir. "Jika kita tidak menemukannya?" tanyanya penasaran, masih mencoba cara lain yang memungkinkan.

"Yah, kita terpaksa harus menjual perusahaan, setidaknya dengan begitu gaji karyawan masih bisa dibayarkan." Bartha kembali menyesap kopinya.

Ashana tampak berpikir, ia benar-benar tak mengerti persoalan apapun yang menyangkut perusahaan. Selama ini ia hanya belajar tentang cara merawat dan menyembuhkan orang yang sakit bukan tentang neraca dan angka yang menurutnya sangat rumit untuk dipahami.

"Seingatku, Ayah masih memiliki beberapa properti seperti villa kami di Bandung dan mansion di HongKong. Tidak bisa kah kita menjualnya untuk menutupi kerugian itu, Om?" Ashana masih mencoba mencari jalan keluar yang lebih mudah. Meski ia juga tak yakin dengan hal itu.

Bartha menggeleng lemah dan menghela napas panjang sebelum berbicara. "Ayahmu sudah menjual properti itu dua bulan yang lalu, Ashana. Sudah tak ada lagi, kecuali rumah yang sekarang kau tinggali ini," jelasnya.

Pundak Ashana semakin terasa berat, kepalanya bahkan mulai berdenyut memikirkan masalah rumit ini. Ia bahkan tak berani mempertanyakan saham-saham yang kemungkinan masih dimiliki ayahnya, ia takut jawaban yang sama akan diterimanya.

Selama beberapa saat, keduanya sama-sama diam. Memikirkan jalan keluar terbaik untuk mereka semua. Asha menatap sekeliling rumahnya, rumah tempatnya tumbuh, tempat di mana kenangan-kenangan bersama orang tuanya merekah.

Tanpa sadar, kedua mata Ashana mengembun, ia selalu merasa sentimentil dengan rumah ini. Rumah yang dibangun sang ayah dengan jerih payah. Ia tak akan bisa melepaskan rumah ini begitu saja.

"Baiklah, Om, jika hanya itu cara yang kita punya, aku mohon bantuan Om Bartha untuk mencari investor yang tepat. Dengan begitu, setidaknya kita masih memiliki sebagian kepemilikan perusahaan," kata Ashana da akhirnya. Setelah menimbang baik dan buruk, ia memilih mencoba pada kemungkinan pertama.

Tak ada salahnya mencoba, pikir Asha.

"Kau yakin?" tanya Bartha kembali memastikan. Asha mengangguk mantap, ia akan mencoba segala hal yang ia bisa untuk mempertahankan perusahaan dan rumah penuh kenangan miliknya.

"Baiklah kalau begitu, aku akan segera mencari investor yang cocok. Aku akan mengabarimu jika aku sudah mendapatkannya." Bartha mulai berdiri, ia harus segera mencari investor itu dengan cepat dan tepat.

"Baik, Om, terima kasih atas bantuannya. Aku sangat menghargai apapun usaha Om untuk membantuku."

"Sudah menjadi tugasku. Jaga dirimu, ya, aku pergi dulu." Bartha lalu berjalan keluar dan mengendarai mobilnya. Sedangkan Asha kembali duduk dan meletakkan kepalanya pada sandaran sofa.

"Kak, makan siang sudah siap." Bi Ani datang memberitahunya. Sudah pukul dua belas siang ternyata. Pantas saja perutnya terasa perih.

"Nanti saja, Bi, aku tak selera makan sekarang." Asha justru berjalan naik ke tangga, meninggalkan Bi Ani yang mengkhawatirkan dirinya. "Tolong buatkan aku kopi, Bi."

Bi Ani hanya menghela napas, turut kasihan pada anak majikannya itu. "Baik, Kak. Nanti Bibi bawakan ke atas kopinya."

•••

Langkah kaki Albert menghentak lantai perusahaan menuju sebuah ruangan, meninggalkan bunyi yang seirama dengan langkah kakinya yang lebar. Satu tangannya terulur mengetuk pintu, saat sahutan dari dalam didengarnya, ia langsung mendorong pintu.

Wajah tampan dan serius atasannya langsung tersaji di depan mata. Faza tengah sibuk memeriksa dokumen, tetapi begitu melihat Albert berdiri di depannya, ia langsung melepaskan kacamatanya.

"Ada perlu apa?" tanyanya. Ia harap Albert, asistennya, membawa kabar baik.

Albert mengambil langkah mendekat, sedikit membungkuk hormat. "Saya sudah mengatur pertemuan dengan akuntan perusahaan Lazuardi. Seperti yang Anda duga, Tuan, mereka menyetujui kesepakatan yang ditawarkan. Tetapi, mereka meminta bertemu secara langsung dengan Anda untuk membahas kesepakatan itu lebih lanjut."

Penjelasan yang diberikan Albert, membuat sudut bibir Faza terangkat. Ia tersenyum puas, bersorak dalam hati dan menantikan pertemuannya dengan sang mantan pujaan hati.

Faza mengangguk, "Baiklah, jam berapa pertemuannya?" tanyanya mulai antusias.

"Di Hotel Royal Continental, Tuan, pukul 19.00 malam," jawab Albert penuh hormat.

"Baik, tolong persiapkan segalanya. Kau boleh pergi," kata Faza sambil mengibaskan tangannya. Meminta sang asisten untuk keluar.

"Baik, Tuan. Saya permisi." Menunduk hormat, Albert mundur dan berjalan ke luar dari ruangan sang atasan.

Setelah kepergian sang asisten, Faza kembali fokus pada pekerjaannya sambil tak henti-hentinya tersenyum. "Aku sangat menantikan pertemuan ini, Ashana Lazuardi."

Terpopuler

Comments

✍️⃞⃟𝑹𝑨Yulianti Azis🤎

✍️⃞⃟𝑹𝑨Yulianti Azis🤎

aku kira, kalau orangnya tidak masuk pembicaraan sudah huruf kecil kata "Ayah" jadi "ayah" 🤔🤔🤔🤔

2024-12-30

1

⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᴳᴿ🐅Ꮶ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ

⍣⃝ꉣꉣᵘᵐᵐᵘᴳᴿ🐅Ꮶ͢ᮉ᳟🤎𝐀⃝🥀●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Ashana mantan Faza atau cinta belum tersampaikan ya

2025-01-07

1

✍️⃞⃟𝑹𝑨Yulianti Azis🤎

✍️⃞⃟𝑹𝑨Yulianti Azis🤎

Ternyata orang gamon toh /Grievance//Grievance/

2024-12-30

1

lihat semua
Episodes
1 LYTTE 01 — Fate
2 LYTTE 02 — A Responsibility
3 LYTTE 03 — Meet Him Again
4 LYTTE 04 — Make A Deal
5 LYTTE 05 - Person of the Past
6 LYTTE 06 — Mr. Arrogant
7 LYTTE 07 — Wedding Agreement
8 LYTTE 08 — Mr & Mrs
9 LYTTE 09 — Sister-In-Law
10 LYTTE 10 — Unexpected Thing
11 LYTTE 11 — Conflict of the Heart
12 LYTTE 12 — I have Three Rules
13 LYTTE 13 — Heartbeat
14 LYTTE 14 — Red Dress
15 LYTTE 15 — Jealous
16 LYTTE 16 — Love and Hate
17 LYTTE 17 — Regret
18 LYTTE 18 — Tiny Step
19 LYTTE 19 — Piece of Memory
20 LYTTE 20 — An Accident
21 LYTTE 21 — A Bit of Help
22 LYTTE 22 — Willingly
23 LYTTE 23 — Unfinished Conversation
24 LYTTE 24 — Heart at Stake
25 LYTTE 25 — Guest
26 LYTTE 26 — Apologize
27 LYTTE 27 — Egocentric
28 LYTTE 28 — Drunk
29 LYTTE 29 — Determine
30 LYTTE 30 — Let's Talk
31 LYTTE 31 — Messed Up
32 LYTTE 32 — Something a Miss
33 LYTTE 33 — Yearning for Her
34 LYTTE 34 — Fall
35 LYTTE 35 — Want You
36 LYTTE 36 — For the First Time
37 LYTTE 37 — Honeymoon?
38 LYTTE 38 — Watch a Movie
39 LYTTE 39 — Contentment
40 LYTTE 40 — Hesitating
41 LYTTE 41 — Deception
42 LYTTE 42 — Dinner
43 LYTTE 43 — Rafting
44 LYTTE 44 — Spark of Interest
45 LYTTE 45 — Unexpected
46 LYTTE 46 — Arguing
47 LYTTE 47 — Brunch
48 LYTTE 48 — a Nagging Feeling
49 LYTTE 49 — The Truth
50 LYTTE 50 — Break
51 LYTTE 51 — Escape
52 LYTTE 52 — Anger
53 LYTTE 53 — Shattered
54 LYTTE 54 — Living Hell
55 LYTTE 55 — Divorce?
56 LYTTE 56 — Can't Live
57 LYTTE 57 — Possibility
58 LYTTE 58 — Happiness
59 LYTTE 59 — Loving You Till The End
60 PROMOSI NOVEL BARU
Episodes

Updated 60 Episodes

1
LYTTE 01 — Fate
2
LYTTE 02 — A Responsibility
3
LYTTE 03 — Meet Him Again
4
LYTTE 04 — Make A Deal
5
LYTTE 05 - Person of the Past
6
LYTTE 06 — Mr. Arrogant
7
LYTTE 07 — Wedding Agreement
8
LYTTE 08 — Mr & Mrs
9
LYTTE 09 — Sister-In-Law
10
LYTTE 10 — Unexpected Thing
11
LYTTE 11 — Conflict of the Heart
12
LYTTE 12 — I have Three Rules
13
LYTTE 13 — Heartbeat
14
LYTTE 14 — Red Dress
15
LYTTE 15 — Jealous
16
LYTTE 16 — Love and Hate
17
LYTTE 17 — Regret
18
LYTTE 18 — Tiny Step
19
LYTTE 19 — Piece of Memory
20
LYTTE 20 — An Accident
21
LYTTE 21 — A Bit of Help
22
LYTTE 22 — Willingly
23
LYTTE 23 — Unfinished Conversation
24
LYTTE 24 — Heart at Stake
25
LYTTE 25 — Guest
26
LYTTE 26 — Apologize
27
LYTTE 27 — Egocentric
28
LYTTE 28 — Drunk
29
LYTTE 29 — Determine
30
LYTTE 30 — Let's Talk
31
LYTTE 31 — Messed Up
32
LYTTE 32 — Something a Miss
33
LYTTE 33 — Yearning for Her
34
LYTTE 34 — Fall
35
LYTTE 35 — Want You
36
LYTTE 36 — For the First Time
37
LYTTE 37 — Honeymoon?
38
LYTTE 38 — Watch a Movie
39
LYTTE 39 — Contentment
40
LYTTE 40 — Hesitating
41
LYTTE 41 — Deception
42
LYTTE 42 — Dinner
43
LYTTE 43 — Rafting
44
LYTTE 44 — Spark of Interest
45
LYTTE 45 — Unexpected
46
LYTTE 46 — Arguing
47
LYTTE 47 — Brunch
48
LYTTE 48 — a Nagging Feeling
49
LYTTE 49 — The Truth
50
LYTTE 50 — Break
51
LYTTE 51 — Escape
52
LYTTE 52 — Anger
53
LYTTE 53 — Shattered
54
LYTTE 54 — Living Hell
55
LYTTE 55 — Divorce?
56
LYTTE 56 — Can't Live
57
LYTTE 57 — Possibility
58
LYTTE 58 — Happiness
59
LYTTE 59 — Loving You Till The End
60
PROMOSI NOVEL BARU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!