Semakin Renggang

Malam harinya, kini keluarga Mahardika sedang makan malam. Terlihat wajah Lunaira dan Amara kelihatan sangat masam.

Tentu pertengkaran tadi siang, masih membuat ibu dan anak itu geram. Apalagi melihat wajah Vara yang nampak polos dan Selvira yang terlihat biasa saja.

"Bagaimana dengan keadaan Santi?" tanya Arvin mencoba berbicara pada Selvira istri pertamanya.

Selvira menatap datar suaminya. "Harusnya, Mas tanyakan itu pada Mbak Amara! Santi adalah pengasuh Lunaira! Bukan pengasuh Vara!" sahutnya datar.

Arvin mengangguk, dia sedikit tidak terbiasa dengan sikap istrinya. Dulu, apapun kelakuannya, Selvira tetap sabar.

Bahkan saat kedapatan selingkuh, Selvira mencoba tetap bersabar dan bersedia menerima Amara sebagai madunya.

Dia akui, cinta Selvira memang sangat besar kepadanya. Namun, pertanyaannya, apa cinta itu masih ada, pikir Arvin.

Terlihat bi Asih menuangkan air putih pada gelas Vara. "Telima kacih Bi!" ucap Vala.

"Sama-sama Non!" sahut Bi Asih lembut pada majikan kecilnya.

"Mas—"

"Bi Asih! Bagaimana keadaan Santi? Apa dia benar-benar sudah keluar dari rumah sakit?" tanya Arvin memotong perkataan Amara.

Terlihat wajah Amara memerah karena diabaikan oleh Arvin, baru pertama kalinya Arvin melakukan hal ini.

"Santi sudah keluar Tuan! Dia meminta berhenti karena kakinya yang lumpuh," jawab bi Asih.

Arvin mengangguk. "Berikan dia pesangon!" sahutnya.

"Baik Tuan!"

Vara menatap orang-orang dewasa itu, terlihat matanya sangat serius.

Sepertinya nih kunti bogel sama buaya kadal empang habis berantem! batin Vara.

Bodoh amatlah! Mau mereka berantem, mau jungkir balik kek ataupun mereka pengen terbang. Terserah, pokoknya misi ku sekarang adalah memisahkan mama Selvira dengan buaya Empang ini! kata Vara dalam hati.

Teringat mimpi Vara semalam, dia bertemu dengan Vara asli. Gadis kecil itu sudah tidak bisa kembali ke tubuhnya.

Vara asli sudah nyaman di tempatnya sekarang. Namun, sebelum Vara asli pergi, dia menitipkan pesan agar menjaga ibunya dari bahaya dan juga membahagiakan sang ibu.

"Vara sayang!"

Vara tersentak kecil saat Selvira memanggilnya, bocah perempuan itu menatap polos Selvira.

"Ada apa Mama?" tanya Vara.

"Kenapa Vara belum habiskan makanannya? Ayo sayang habiskan, nanti makanannya nangis loh, kalau gak dihabiskan sama Vara!" ucap Selvira lembut.

"Baik Mama!"

Vara mulai nyaman dengan Selvira, dia merasakan memiliki ibu. Apalagi sikap lembut Selvira membuat Vara semakin menyayangi sang ibu.

Aku berjanji! Aku akan menjaga mama sesuai keinginan Vara! batin Vara .

Arvin tersenyum menatap putrinya yang makannya lahap, memang semenjak bangun dari koma sikap Vara berubah. Dia tidak lagi manja dan pendiam. Vara sekarang sangat ceria pikir Arvin.

"Vara sayang —"

"Mama! Vala cudah celecai makan!" Vara memotong perkataan Arvin.

"Ya, sudah. Ayo kita ke kamar!" Selvira yang sudah selesai makan, langsung menggandeng tangan sang putri.

Keduanya meninggalkan meja makan, tanpa menyapa Arvin. Pria berusia 29 tahun itu menghela napasnya, istri dan putrinya kompak mengabaikan dirinya.

"Mas! Bagaimana dengan pesta ulang tahun Lunaira?" tanya Amara.

Arvin bangkit dari duduknya. "Lakukan sendiri!" ujarnya datar.

Tangan Amara mengepal kuat, belum pernah Arvin bersikap dingin seperti itu.

Awas kau Selvira! Akan ku buat kau terusir dari rumah ini! Akulah satu-satunya yang akan menjadi nyonya di mansion Mahardika! batin Amara bertekad dengan penuh kebencian.

Di dalam kamar bercorak putih, Selvira terlihat mengelus kepala sang putri membuat Vara terlihat sangat nyaman.

"Mama! Boleh Vala bicala celius?!" tanya Vara dengan mata bulatnya yang indah. Namun, serius.

Selvira mengerutkan dahinya, kemudian tersenyum lembut. "Memangnya Vara ingin mengatakan apa sayang?" tanya wanita itu terlihat santai.

"Ayo kita pelgi dali lumah ini!"

Deg!

Tubuh Selvira membeku sejenak, kemudian kembali rileks. Wanita itu menatap sang putri yang juga menatapnya.

"Apa maksud Vara? Hmm ... bukankah ini rumah kita?!" ujar Selvira tersenyum.

Vara menggeleng. "Ini bukan lumah kita! Dicini, Mama hanya menangis cetiap malam! Bukan cebuah lumah, jika kita tidak mendapatkan kebahagiaan di dalamnya. Jadi, lebih baik kita pelgi dan kembali ke lumah opa dan oma!"

Selvira tertegun, dia tak bisa berkata-kata saat putrinya mengatakan hal-hal yang hanya dimengerti oleh orang dewasa.

Apa yang dia lewatkan? Hingga, sang putri berubah dewasa sebelum waktunya dan ternyata putrinya mengetahui jika dia, setiap malam menangis dalam diam.

"Sayang! Siapa yang mengajari Vara mengatakan hal itu? Vara tidak perlu memikirkan masalah orang dewasa sayang, biar Mama yang menyelesaikannya!" sahut Selvira lembut.

Ck, aku sudah dewasa tahu! Meski mama lebih tua dari umurku dulu! gerutu Vara dalam hati.

Vara menggeleng tegas. "Tidak! Mama halus beljanji dulu cama Vala. Kita akan pelgi, dan Mama belcelai dengan Papa!" balas Vara.

Selvira menatap dalam sang putri. "Apa Vara tidak menyayangi papa?" tanyanya.

"Vala hanya menyayangi olang yang patut dicayangi. Olang sepelti papa, tidak patut dicayangi! Dia aja tega melukai pelacaan Mama cama Vala," jawab Vara serius.

Selvira tidak bisa lagi berkata apa-apa, anaknya sangat cerdas. Dia bisa mengamati dan tahu, permasalahan orang dewasa.

"Baiklah! Mama janji, kita akan ke rumah opa dan oma!" sahut Selvira. "Sekarang Vara tidur ya!" sambung Selvira.

Vara tersenyum manis. "Baik Mama!"

Selvira menarik selimut untuk sang putri, lalu mengusap kepala Vara sampai tertidur. Merasa Vara sudah tidur. Selvira beranjak dari ranjang milik sang putri.

Cup!

"Selamat tidur sayang!" ucap Selvira lembut.

Wanita berusia 27 tahun itu melangkah ke arah luar, saat membuka pintu terlihat Arvin yang menunggunya.

Selvira melewati Arvin begitu saja, tetapi Arvin langsung menarik lengan istrinya. Membuat keduanya saling bertatapan.

"Lepaskan Mas! Aku mau istirahat!" ucap Selvira datar.

"Selvira! Ada denganmu, kau sudah sangat berubah!" ucap Arvin tanpa merasa bersalah.

Selvira terkekeh. "Seharusnya kau tanyakan pada dirimu sendiri! Apa yang membuat aku berubah, Mas!" balasnya sinis membuat Arvin tertegun.

"Lepas!" Selvira memberontak, tapi cengkraman Arvin juga kuat.

"Apa kau sudah tidak mencintaiku?!" tanya Arvin.

Selvira menatap tajam suaminya. "Ya, aku sudah tidak mencintaimu Mas!" jawabnya.

Mata Arvin terlihat terkejut, dia menggeleng tidak terima. "Tidak! Kau harus terus mencintaiku Vira!" ucap Arvin.

Wajah Selvira tidak berubah sama sekali. "Tapi cintaku sudah mati, Mas! Aku sudah berada di titik lelah!" ucapnya.

Rahang Arvin mengeras, dia tidak terima ucapan sang istri. "Tidak! Kau harus terus mencintaiku! Ayo kita ke kamar! Akan ku buat kau terus di sisiku, dengan memberimu anak lagi! Vara pasti suka punya adik!"

Arvin menarik tangan sang istri sah, untuk ke kamar. Memang semenjak menikah dengan Amara. Keduanya tidak pernah lagi melakukan hubungan layaknya suami istri.

Alasannya karena Selvira belum siap, dan Arvin memaklumi. Terlebih, Arvin selalu diberikan kepuasan oleh Amara.

"Lepas Mas! Jika Mas ingin, lebih baik Mas ke kamar Mbak Amara! Dia pas senang memiliki anak dari Mas!" tolak Selvira.

"Tidak! Kau istriku juga. Jadi layani aku malam ini!" ucap Arvin seperti orang kehilangan akal.

"Aku gak mau Mas! Lepas!" Selvira terus memberontak. Namun apa daya, tenaganya kalah dengan Arvin.

"Mas! Aku mohon, lepaskan aku!" mohon Selvira yang sudah menangis.

Tapi sepertinya Alvin tidak mendengarkan ucapan sang istri, dia terus menyeret sang istri ke kamarnya.

Arvin sepertinya kalap, karena mendengar ucapan Selvira tadi. Membuat pria itu nekat melakukan hal ini.

Arvin mendorong Selvira ke ranjang sebelah yang kosong dengan kasar, membuat Selvira ketakutan. Baru kali ini dia melihat Arvin seperti ini.

"Mas! Aku mohon!" ucap Selvira menangis tergugu.

Namun, belum juga dia melakukan aksinya. Tiba-tiba sebuah pukulan melayang, ke pusaka miliknya.

Bugh!

"Aaarrgghh!"

Arvin mengerang kesakitan, tak lama dirinya pingsan karena tengkuknya kembali di pukul.

Selvira tercengang, lalu matanya menatap sang putri yang berubah jadi dingin. Di tangannya ada tongkat bisbol.

"Lacain kamu!" ucap Vara.

Terpopuler

Comments

Mamah Irfan Faiz

Mamah Irfan Faiz

wiih keren bocil ngelawan orang dewasa

2024-12-18

1

YuWie

YuWie

kehancuran mu vin arvin...enak2an bojo 2

2024-12-07

1

Erna Masliana

Erna Masliana

mantaaap.. ibumu memang harus dikasih pengertian biar dia ambil keputusan yang baik.. biar gak bodoh terus.. mempertahankan apa coba

2025-02-20

1

lihat semua
Episodes
1 Dua Tragedi
2 Bertransmigrasi ke tubuh bocah
3 Pertemuan Pertama Dengan Pelakor
4 Salam Perkenalan Untuk Pelakor
5 Perdebatan
6 Keluar Dari Rumah sakit
7 Anak Pelakor Berulah
8 Hukuman Untuk Lunaira
9 Kedatangan Tamu
10 Dominic
11 Keluarga Vale
12 Butik
13 Pertemuan Tak Terduga.
14 Semakin Renggang
15 Terkejut
16 Pesta Yang Kacau
17 Fitnah
18 Terungkap
19 Terungkap 2
20 Pulang Ke Mansion Prameswari
21 Tuan Dan Nyonya Prameswari Terkejut
22 Keadaan Arvin dan Amara
23 Prameswari Corp
24 Makan Siang
25 Keributan Di Cafe
26 Keberanian Vara
27 Sidang Perceraian
28 Terlalu Cerdas
29 Tikus Perusahaan
30 Makan Siang Bersama
31 Keluarga Tidak Tahu Malu
32 Penyelidikan Si Bocil Vara
33 Vara Di Culik
34 Aksi Vara
35 Memulai Latihan
36 Kondisi Arvin
37 Bertemu Keluarga Andrian
38 Kejujuran Vara
39 Keluarga Vincent
40 Makan Malam
41 Aksi Ibu dan Anak
42 Pembalasan Vara
43 Membersihkan Sisanya.
44 Kedatangan Arvin
45 Berkunjung Ke Mansion Mahardika
46 Lamaran
47 Fitting Baju Pengantin
48 Pelajaran Untuk Para Kunti
49 Resepsi Pernikahan
50 Resepsi Pernikahan 2
51 Kehidupan Baru
52 Kabar Baik
53 Mall
54 Pengorbanan Sang Ayah
55 Kesedihan Yang Mendalam
56 Pemakaman Arvin
57 Menangkap Prayoga
58 Beberapa Tahun Berlalu
59 Kedatangan Dom
60 Kelakuan Dominic
61 Ke Makam Arvin
62 Keposesifan Zayn, Zeno dan Leon.
63 Mereka Mulai Bergerak
64 Peredaran Uang Palsu
65 Langkah Pertama
66 Identitas Baru
67 Ajakan Dominic
68 Alessia
69 Alessia VS Agnes
70 Ternyata
71 Masa Lalu Agnes
72 Kejadian
73 Siapa Dia?
74 Agatha
75 Seperti Badut Bodoh
76 Dia adalah Lunaira
77 Menangkap Alessia
78 Dominic Kebelet Kawin
79 Lamaran Dadakan
80 Mandi Kembang
81 Mencari Agnes
82 Menyelamatkan Agnes
83 Menangkap Orlando
84 Fitting Baju
85 Tingkah Laku Ayah dan Adik
86 Rencana Licik
87 Persiapan Pernikahan
88 Pernikahan
89 Kekacauan
90 Kemenangan
91 Musuh Terkejut
92 Berakhir?
93 Malam Yang Menyedihkan
94 Tendangan Pagi
95 Pembalasan Untuk Pengkhianat
96 Bulan Madu
97 Pulang
98 Alessia Asli Sadar
99 Ulah Orang Tua Alessia
100 Meminta Maaf
101 Musuh Baru?
102 Oracle System
103 Empat Hadiah
104 Menyerang Livia dan Gerald
105 Musuh Yang Bodoh
106 Ngidam Vara
107 Mencari Sekutu
108 Memanggil Mereka
109 Sang Pewaris Memanggil
110 Pasukan Baru
111 Bersiaplah
112 Bergerak
113 Perang Dan Kelahiran
114 Hancurkan Semuanya!
115 Perang Berlanjut
116 Harimau Beraksi
117 Akhir Dan Kelahiran
118 Bahagia
119 Kelakuan Dominic Sachet dan Vara Sachet
120 Kejahilan Empat Penerus
121 Promosi Karya Baru
122 Karya Baru Fantasi
123 Promosi Karya Baru
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Dua Tragedi
2
Bertransmigrasi ke tubuh bocah
3
Pertemuan Pertama Dengan Pelakor
4
Salam Perkenalan Untuk Pelakor
5
Perdebatan
6
Keluar Dari Rumah sakit
7
Anak Pelakor Berulah
8
Hukuman Untuk Lunaira
9
Kedatangan Tamu
10
Dominic
11
Keluarga Vale
12
Butik
13
Pertemuan Tak Terduga.
14
Semakin Renggang
15
Terkejut
16
Pesta Yang Kacau
17
Fitnah
18
Terungkap
19
Terungkap 2
20
Pulang Ke Mansion Prameswari
21
Tuan Dan Nyonya Prameswari Terkejut
22
Keadaan Arvin dan Amara
23
Prameswari Corp
24
Makan Siang
25
Keributan Di Cafe
26
Keberanian Vara
27
Sidang Perceraian
28
Terlalu Cerdas
29
Tikus Perusahaan
30
Makan Siang Bersama
31
Keluarga Tidak Tahu Malu
32
Penyelidikan Si Bocil Vara
33
Vara Di Culik
34
Aksi Vara
35
Memulai Latihan
36
Kondisi Arvin
37
Bertemu Keluarga Andrian
38
Kejujuran Vara
39
Keluarga Vincent
40
Makan Malam
41
Aksi Ibu dan Anak
42
Pembalasan Vara
43
Membersihkan Sisanya.
44
Kedatangan Arvin
45
Berkunjung Ke Mansion Mahardika
46
Lamaran
47
Fitting Baju Pengantin
48
Pelajaran Untuk Para Kunti
49
Resepsi Pernikahan
50
Resepsi Pernikahan 2
51
Kehidupan Baru
52
Kabar Baik
53
Mall
54
Pengorbanan Sang Ayah
55
Kesedihan Yang Mendalam
56
Pemakaman Arvin
57
Menangkap Prayoga
58
Beberapa Tahun Berlalu
59
Kedatangan Dom
60
Kelakuan Dominic
61
Ke Makam Arvin
62
Keposesifan Zayn, Zeno dan Leon.
63
Mereka Mulai Bergerak
64
Peredaran Uang Palsu
65
Langkah Pertama
66
Identitas Baru
67
Ajakan Dominic
68
Alessia
69
Alessia VS Agnes
70
Ternyata
71
Masa Lalu Agnes
72
Kejadian
73
Siapa Dia?
74
Agatha
75
Seperti Badut Bodoh
76
Dia adalah Lunaira
77
Menangkap Alessia
78
Dominic Kebelet Kawin
79
Lamaran Dadakan
80
Mandi Kembang
81
Mencari Agnes
82
Menyelamatkan Agnes
83
Menangkap Orlando
84
Fitting Baju
85
Tingkah Laku Ayah dan Adik
86
Rencana Licik
87
Persiapan Pernikahan
88
Pernikahan
89
Kekacauan
90
Kemenangan
91
Musuh Terkejut
92
Berakhir?
93
Malam Yang Menyedihkan
94
Tendangan Pagi
95
Pembalasan Untuk Pengkhianat
96
Bulan Madu
97
Pulang
98
Alessia Asli Sadar
99
Ulah Orang Tua Alessia
100
Meminta Maaf
101
Musuh Baru?
102
Oracle System
103
Empat Hadiah
104
Menyerang Livia dan Gerald
105
Musuh Yang Bodoh
106
Ngidam Vara
107
Mencari Sekutu
108
Memanggil Mereka
109
Sang Pewaris Memanggil
110
Pasukan Baru
111
Bersiaplah
112
Bergerak
113
Perang Dan Kelahiran
114
Hancurkan Semuanya!
115
Perang Berlanjut
116
Harimau Beraksi
117
Akhir Dan Kelahiran
118
Bahagia
119
Kelakuan Dominic Sachet dan Vara Sachet
120
Kejahilan Empat Penerus
121
Promosi Karya Baru
122
Karya Baru Fantasi
123
Promosi Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!