Anak Pelakor Berulah

Terlihat seorang wanita berumur 30 tahunan mengenakan pakaian pelayan berjalan ke arah Vara dan ibunya Selvira dengan wajah angkuh.

“Lho! Santi, bukannya ini kamar Vara. Kenapa sekarang jadi milik Lunaira?” tanya Selvira mengeryit heran.

Terlihat pelayan itu, memandang remeh sang nyonya rumah. “Maaf Nya, tapi nona Lunaira yang menginginkannya!” ucap pelayan itu terlihat tidak sopan sama sekali.

Mata Vara menelisik pelayan kurang ajar di depannya ini, diam-diam dia mengambil sesuatu di saku bajunya.

Nih pelayan benar-benar kurang ajar! Sepertinya perlu di beri pelajaran! batin Vara menyeringai.

“Sekarang, keluarkan barang-barang Lunaira! Bukannya dia punya kamar sendiri?!” ujar Selvira.

“Nona Lunaira merasa bosan dengan kamarnya, jadi dia menginginkan kamar nona Vara!” jawab Santi sambil mengecek kukunya yang sudah di beri kuteks.

“Dan maaf Nya, saya tidak bisa! Saya tidak ingin nyonya Amara, marah!” sambungnya menolak keinginan Selvira.

“Santi, jaga sopan santun mu pada Nyonya Selvira!” tegur bi Asih melihat tingkah laku pelayan itu.

“Lho! Bukankah yang kukatakan benar Bi Asih! Apalagi nyonya Amara yang memiliki kekuasaan di rumah ini!” jawab Santi enteng.

“Aku yang Nyonya di rumah ini. Aku juga punya hak yang sama. Jadi, pindahkan barang-barangnya Lunaira!” ucap Selvira merasa geram mendengar ucapan pelayan itu.

“Lebih baik, Nyonya berbicara dengan Nyonya Amara!” sahut Santi kemudian berbalik meninggalkan Selvira dengan senyum mengejek.

Shut!

Bruk!

“Aaaaa ….”

Tiba-tiba sebuah kelereng kecil, mengarah pada kaki pelayan itu. Dan membuatnya terjatuh dari tangga, tentu para pelayan terkejut melihat Santi terjatuh terguling.

Selvira dan bi Asih terkejut melihat pelayan itu jatuh begitu saja, mereka segera melangkah ke arah tangga.

Sedangkan Vara menyeringai puas dalam hati Itu pelajaran dari aku, untuk seorang pelayan yang sangat tidak tahu diri! batin Vara merasa puas.

Yah, dengan keahliannya. Dia melempar kelereng itu hanya menggunakan jarinya tanpa dilihat siapapun. Bahkan tidak terlihat cctv.

Kini para pelayan berkerumun untuk melihat Santi yang sudah tidak sadarkan diri lagi.

“Cepat bawa Santi, ke rumah sakit!” titah Selvira.

Walau bagaimanapun, dia tetap harus menolong seseorang. Meski orang itu sudah kurang ajar padanya.

“Baik Nyonya!” ucap pelayan.

Mereka segera memanggil supir untuk menyiapkan mobil, lalu mengangkat tubuh Santi yang sudah tidak sadarkan diri.

Selvira hanya melihat para pelayan itu, tiba-tiba dia teringat sang putri yang sendirian di atas sana. Segera Selvira melangkah ke atas kembali.

“Maaf yah! Mama ninggalin Vara begitu saja!” ucap Selvira merasa menyesal.

“Gak apa-apa kok Mah!” jawab Vara polos.

“Ada apa dengan bibi pelayan itu Ma?” tanya Vara pura-pura polos.

“Bi Santi tidak sengaja terpeleset, tapi dia sudah dibawa ke rumah sakit!” ucap Selvira lembut.

“Ayo kita beristirahat di kamar lain sayang!” ajak Selvira.

Vara mengangguk polos. “Hu’um … ayo Ma!”

Kini, Vara beristirahat di kamar yang lain. Karena kamarnya di rebut oleh Lunaira, lagipula Vara si agen tidak menyukai kamar itu karena berwarna pink membuatnya sakit kepala.

Akhirnya, Selvira menyuruh pelayan membersihkan kamar lain yang sama luasnya dengan kamar milik Vara sebelumnya.

Keesokan harinya, Vara terlihat duduk dengan tenang di ruang keluarga sambil memperhatikan seluruh sudut ruangan. Tentu, jika ingin bertindak dia harus waspada agar tidak ada yang curiga.

Tiba-tiba Lunaira datang dengan membawa boneka mahalnya, dia ingin memprovokasi Vara. Semalam, dia tak bertemu di meja makan, karena Vara memilih makan di kamar bersama sang ibu.

Lunaira menunjuk dan berkata, “Kau kenapa masih hidup, hah?! Harusnya kau mati saja, dan kau pasti tidak terima ‘kan jika kamarmu aku ambil?! Mending kamu tidur di kamar pelayan saja,” ujar bocah berusia 6 tahun itu dengan wajah sinis.

Wah! Anak ini benar-benar titisan ibunya. Baru sekecil ini sudah bisa mengatakan hal-hal orang dewasa! batin Vara.

“Kak Lunaila, ambil aja kamalku itu. Aku juga cudah bocan. Cekalang aku punya kamal lebih bagus dali itu, yang kak Lunaila ambil juga cudah jadi bekas ku,” sahut Vara dengan wajah polosnya.

Wajah Lunaira berubah geram, niatnya ingin memprovokasi Vara. Eh, dia malah yang terprovokasi dengan ucapan gadis kecil didepan ini.

“Lihat! Aku punya boneka baru yang mahal, kau pasti tidak punya!” ucap Lunaira mencoba memanasi Vara.

Cih! Boneka gitu mah apaan, bosan aku main boneka! batin Vara merasa kesal.

Mata Vara berkedip-kedip polos. “Aku juga cudah bocan dengan boneka cepelti itu. Aku macih banyak boneka mahal lagi,” sahut Vara santai.

Wajah Lunaira bertambah geram, dengan cepat dia membanting boneka mahal miliknya, lalu mengacak-acak rambutnya sendiri dan berteriak keras.

“Aaaaaaa … papa! Papa … Vara memukulku!”

Teriakan Lunaira, membuat Arvin, Amara dan Selvira segera berlari ke ruang keluarga. Saat Vara merasakan langkah kaki mereka, tiba-tiba Vara membuat dirinya terjatuh dengan seolah-olah tangan Lunaira mendorongnya.

“Apa yang terjadi disini?” tanya Arvin dengan suara tegas.

Lunaira menunjuk Vara. “Papa, Vara merusak bonekaku dan menarik rambutku, dia marah karena aku pindah ke kamarnya,” ujar bocah 6 tahun itu memfitnah Vara.

Amara langsung mengusap kepala sang putri. “Sayang! Vara masih kecil, mungkin dia tidak sengaja … Mas Arvin, mungkin Vara belum terbiasa dengan perubahan yang ada, jangan terlalu keras padanya ya, dia masih kecil.”

Wah! Anak sama emaknya mulai drama. Lihat siapa yang lebih bagus dramanya?! batin Vara menyeringai.

Wajah Amara terlihat bersimpati pada Vara namun, dalam hatinya dia mendukung perbuatan sang putri.

Terlihat Vara menangis tersedu-sedu, Selvira segera membantu sang putri untuk berdiri.

“Kamu tidak apa-apa sayang?” tanya Elvira lembut.

“Vala tidak apa-apa Mama!” ucap bocah perempuan itu lalu menatap sang ayah.

“Papa, Vala tidak tahu apa yang teljadi … kak Lunaila tiba-tiba membanting bonekanya cendili dan mengacak-acak lambutnya cendili telus mendolongku ke lantai.” terlihat wajah Vara dipenuhi air mata yang mengalir deras.

Mata Amara dan Lunaira melotot, sedangkan wajah Arvin kini mulai mengeras, belum dia berbicara. Vara melanjutkan ucapannya.

“Kak Lunaila juga bilang! Kenapa aku macih hidup, halusnya mati aja, dia juga menyuluh Vala tidul di kamal pelayan!” sambung Vara dengan menangis tergugu.

Wajah Arvin tampak dingin, membuat Lunaira gugup. “Apa benar, yang dikatakan Vara?! Jawab Lunaira, Papa gak suka kebohongan!” ucap Arvin dengan suara tegasnya.

“Tidak! Itu tidak benar Papa! Vara berbohong,” ujar bocah 6 tahun itu panik.

“Vara tidak pernah berbohong, Mas! aku tahu itu!” ucap Selvira menyela.

Jiah! Aku dibelain sama mama! batin Vara senang.

“Kalau Papa tidak pelcaya, tanya aja cama bibi pelayan, telus Papa bica lihat cctv!” tunjuk Vara pada cctv yang ada.

Deg!

Terpopuler

Comments

Anna

Anna

tumben nih ada mc gak naif. biasanya mc takut menyakiti penjahat. nanti klo aq baca selanjutnya ada yg naif lagi. selesai gak aq lanjut baca

2025-02-24

0

Nia Risma

Nia Risma

anak kecil mau lawan si cadel,,,terima aja akibatnya,,
UPS eh si cadel Khan juga masih anak kecil ya😂😂

2025-02-12

1

Rias Gremory

Rias Gremory

🤣🤣🤣🤣 mampus tuh anak pelakor/Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2025-02-20

1

lihat semua
Episodes
1 Dua Tragedi
2 Bertransmigrasi ke tubuh bocah
3 Pertemuan Pertama Dengan Pelakor
4 Salam Perkenalan Untuk Pelakor
5 Perdebatan
6 Keluar Dari Rumah sakit
7 Anak Pelakor Berulah
8 Hukuman Untuk Lunaira
9 Kedatangan Tamu
10 Dominic
11 Keluarga Vale
12 Butik
13 Pertemuan Tak Terduga.
14 Semakin Renggang
15 Terkejut
16 Pesta Yang Kacau
17 Fitnah
18 Terungkap
19 Terungkap 2
20 Pulang Ke Mansion Prameswari
21 Tuan Dan Nyonya Prameswari Terkejut
22 Keadaan Arvin dan Amara
23 Prameswari Corp
24 Makan Siang
25 Keributan Di Cafe
26 Keberanian Vara
27 Sidang Perceraian
28 Terlalu Cerdas
29 Tikus Perusahaan
30 Makan Siang Bersama
31 Keluarga Tidak Tahu Malu
32 Penyelidikan Si Bocil Vara
33 Vara Di Culik
34 Aksi Vara
35 Memulai Latihan
36 Kondisi Arvin
37 Bertemu Keluarga Andrian
38 Kejujuran Vara
39 Keluarga Vincent
40 Makan Malam
41 Aksi Ibu dan Anak
42 Pembalasan Vara
43 Membersihkan Sisanya.
44 Kedatangan Arvin
45 Berkunjung Ke Mansion Mahardika
46 Lamaran
47 Fitting Baju Pengantin
48 Pelajaran Untuk Para Kunti
49 Resepsi Pernikahan
50 Resepsi Pernikahan 2
51 Kehidupan Baru
52 Kabar Baik
53 Mall
54 Pengorbanan Sang Ayah
55 Kesedihan Yang Mendalam
56 Pemakaman Arvin
57 Menangkap Prayoga
58 Beberapa Tahun Berlalu
59 Kedatangan Dom
60 Kelakuan Dominic
61 Ke Makam Arvin
62 Keposesifan Zayn, Zeno dan Leon.
63 Mereka Mulai Bergerak
64 Peredaran Uang Palsu
65 Langkah Pertama
66 Identitas Baru
67 Ajakan Dominic
68 Alessia
69 Alessia VS Agnes
70 Ternyata
71 Masa Lalu Agnes
72 Kejadian
73 Siapa Dia?
74 Agatha
75 Seperti Badut Bodoh
76 Dia adalah Lunaira
77 Menangkap Alessia
78 Dominic Kebelet Kawin
79 Lamaran Dadakan
80 Mandi Kembang
81 Mencari Agnes
82 Menyelamatkan Agnes
83 Menangkap Orlando
84 Fitting Baju
85 Tingkah Laku Ayah dan Adik
86 Rencana Licik
87 Persiapan Pernikahan
88 Pernikahan
89 Kekacauan
90 Kemenangan
91 Musuh Terkejut
92 Berakhir?
93 Malam Yang Menyedihkan
94 Tendangan Pagi
95 Pembalasan Untuk Pengkhianat
96 Bulan Madu
97 Pulang
98 Alessia Asli Sadar
99 Ulah Orang Tua Alessia
100 Meminta Maaf
101 Musuh Baru?
102 Oracle System
103 Empat Hadiah
104 Menyerang Livia dan Gerald
105 Musuh Yang Bodoh
106 Ngidam Vara
107 Mencari Sekutu
108 Memanggil Mereka
109 Sang Pewaris Memanggil
110 Pasukan Baru
111 Bersiaplah
112 Bergerak
113 Perang Dan Kelahiran
114 Hancurkan Semuanya!
115 Perang Berlanjut
116 Harimau Beraksi
117 Akhir Dan Kelahiran
118 Bahagia
119 Kelakuan Dominic Sachet dan Vara Sachet
120 Kejahilan Empat Penerus
121 Promosi Karya Baru
122 Karya Baru Fantasi
123 Promosi Karya Baru
Episodes

Updated 123 Episodes

1
Dua Tragedi
2
Bertransmigrasi ke tubuh bocah
3
Pertemuan Pertama Dengan Pelakor
4
Salam Perkenalan Untuk Pelakor
5
Perdebatan
6
Keluar Dari Rumah sakit
7
Anak Pelakor Berulah
8
Hukuman Untuk Lunaira
9
Kedatangan Tamu
10
Dominic
11
Keluarga Vale
12
Butik
13
Pertemuan Tak Terduga.
14
Semakin Renggang
15
Terkejut
16
Pesta Yang Kacau
17
Fitnah
18
Terungkap
19
Terungkap 2
20
Pulang Ke Mansion Prameswari
21
Tuan Dan Nyonya Prameswari Terkejut
22
Keadaan Arvin dan Amara
23
Prameswari Corp
24
Makan Siang
25
Keributan Di Cafe
26
Keberanian Vara
27
Sidang Perceraian
28
Terlalu Cerdas
29
Tikus Perusahaan
30
Makan Siang Bersama
31
Keluarga Tidak Tahu Malu
32
Penyelidikan Si Bocil Vara
33
Vara Di Culik
34
Aksi Vara
35
Memulai Latihan
36
Kondisi Arvin
37
Bertemu Keluarga Andrian
38
Kejujuran Vara
39
Keluarga Vincent
40
Makan Malam
41
Aksi Ibu dan Anak
42
Pembalasan Vara
43
Membersihkan Sisanya.
44
Kedatangan Arvin
45
Berkunjung Ke Mansion Mahardika
46
Lamaran
47
Fitting Baju Pengantin
48
Pelajaran Untuk Para Kunti
49
Resepsi Pernikahan
50
Resepsi Pernikahan 2
51
Kehidupan Baru
52
Kabar Baik
53
Mall
54
Pengorbanan Sang Ayah
55
Kesedihan Yang Mendalam
56
Pemakaman Arvin
57
Menangkap Prayoga
58
Beberapa Tahun Berlalu
59
Kedatangan Dom
60
Kelakuan Dominic
61
Ke Makam Arvin
62
Keposesifan Zayn, Zeno dan Leon.
63
Mereka Mulai Bergerak
64
Peredaran Uang Palsu
65
Langkah Pertama
66
Identitas Baru
67
Ajakan Dominic
68
Alessia
69
Alessia VS Agnes
70
Ternyata
71
Masa Lalu Agnes
72
Kejadian
73
Siapa Dia?
74
Agatha
75
Seperti Badut Bodoh
76
Dia adalah Lunaira
77
Menangkap Alessia
78
Dominic Kebelet Kawin
79
Lamaran Dadakan
80
Mandi Kembang
81
Mencari Agnes
82
Menyelamatkan Agnes
83
Menangkap Orlando
84
Fitting Baju
85
Tingkah Laku Ayah dan Adik
86
Rencana Licik
87
Persiapan Pernikahan
88
Pernikahan
89
Kekacauan
90
Kemenangan
91
Musuh Terkejut
92
Berakhir?
93
Malam Yang Menyedihkan
94
Tendangan Pagi
95
Pembalasan Untuk Pengkhianat
96
Bulan Madu
97
Pulang
98
Alessia Asli Sadar
99
Ulah Orang Tua Alessia
100
Meminta Maaf
101
Musuh Baru?
102
Oracle System
103
Empat Hadiah
104
Menyerang Livia dan Gerald
105
Musuh Yang Bodoh
106
Ngidam Vara
107
Mencari Sekutu
108
Memanggil Mereka
109
Sang Pewaris Memanggil
110
Pasukan Baru
111
Bersiaplah
112
Bergerak
113
Perang Dan Kelahiran
114
Hancurkan Semuanya!
115
Perang Berlanjut
116
Harimau Beraksi
117
Akhir Dan Kelahiran
118
Bahagia
119
Kelakuan Dominic Sachet dan Vara Sachet
120
Kejahilan Empat Penerus
121
Promosi Karya Baru
122
Karya Baru Fantasi
123
Promosi Karya Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!