Bagian 9

Selamat Membaca ✨️

.

.

.

Setelah acara lamaran selesai, gosip tentang hal itu tersebar hingga ke kampung sebelah. Gosip tentang Maizah yang di lamaran bule tampan dengan uang panai yang sangat besar.

Karena terkesan buru-buru, segala persiapan pernikahan langsung setelah acara lamaran tersebut.

Romlah yang pergi membeli bahan-bahan dapat di warung terdekat, merasa jengkel pada orang-orang yang begitu membanggakan Maizah yang memiliki suami bule, serta uang panai yang tinggi. Begitulah orang-orang desa.

"Ini saja Romlah?" Tanya yang punya warung.

"Iya bu,"

"Lima ribu,"

Romlah memberikan uang yang pas. Setelah mengambil belanjaan yang sudah dimasukkan ke dalam plastik Romlah pergi begitu saja dari sana.

Sampai di rumah, Romlah mencak-mencak sendiri di rumah. Suaminya yang duduk-duduk di teras sampai heran melihatnya. "Kenapa bu?" Tanyanya.

"Enggak papa," Jawab Romlah lalu masuk kerumah.

Amir mengangkat bahunya lalu kembali memainkan gawainya, menonton tiktok.

Tepat pada tanggal 12, hari ini adalah hari ulang tahun Maizah yang ke 21 tahun. Maizah mendapatkan banyak ucapan ulang tahun oleh teman-temannya.

Kalau untuk Arvid, dia tidak mengirim pesan tapi langsung menelpon Maizah saat pergantian hari waktu indonesia.

Tidak ada perayaan apapun karena memang mereka tidak pernah merayakan ulang tahun di keluarga. Paling-paling beli kue lalu di makan bersama tanpa tiap lilin.

Pada sore harinya Maizah dan keluarga duduk berkumpul di halaman depan rumah. Maizah di ayunan dan yang lain duduk di bola-bola.

Saat lagi sibuk bercerita sebuah mobil pengantar paket berhenti di depan rumah Maizah. Mereka berhenti bercerita dan menatap mobil itu.

"Permisi ada paket atas nama Maizah, apakah benar ini rumah Kalilla Maizah?" Tanya pria yang baru turun dari mobil.

"Iya benar, dengan saya sendiri." Jawab Maizah.

"Tapi saya tidak pernah memesan apapun," Lanjutnya.

"Paket-paket ini dari luar negeri dan alamat sudah sesuai,"

Mendengar dari luar negeri Maizah sudah tahu kalau itu dari calon suaminya.

"Ini juga ada surat dari pengirimnya," lanjut si tukang paket itu memberikan sebuah surat pada Maizah.

Maizah langsung membuka dan membacanya, dia tersenyum saat melihat nama Arvid di sana. Maizah tidak membaca semuanya dia langsung menandatangani tanda penerimaan.

Saat membuka mobil itu Maizah danyang lain kepo dan melihat isi dari mobil itu.

"Ini semua paket untuk kakak ya,"

"Semua?" Tanya Maizah syok.

"Iya kak semuanya,"

"Pa, ayo bantu angkat." Ujar Melati memanggil suaminya yang masih duduk di bola-bole'e.

Melihat masih banyak dus-dus besar di dalam mobil itu Melati berjalan menuju rumah Daia dan meminta tolong agar suami Daia bisa membantu Akhdan dan dua tukang paket itu mengangkat dus-dus itu.

"Banyak banget Melati," ujar Daia yang ikut melihat dus-dus itu.

"Persiapan pernikahan ya?" Tanyanya.

"Bukan, itu kado dari calon suaminya Maizah. Hari ini tuh hari ulang tahunnya jadi Arvid kirim hadiah dari sana." Jawab Melati.

"Banyak banget kadonya," Daia tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya.

"Ada apa ini?"

Keduanya berbalik, ternyata para tetangga pada keluar karena kehebohan itu.

"Itu loh, Maizah dapat kado satu mobil dari calon suaminya." Jawab Daia.

"Wow,"

Begitulah hidup di desa, semua tetangga pada kepo hingga di sore itu rumah Maizah menjadi ramai oleh tetangga yang ingin melihat seberapa banyak kado yang didapatkan Maizah dari calon suaminya.

"Terima kasih ya pak," ujar Maizah setelah semua paket itu diturunkan dari mobil.

"Iya sama-sama,"

"Wow banyak banget," Ucap Lily dengan mata berbinar melihat tumpukan dus itu.

Maizah tidak langsung membukanya dia menghubungi Arvid terlebih dahulu.

'Apakah kamu sibuk?'

Setelah mengirim pesan itu Arvid langsung melihat dan membalas pesannya.

'Tidak honey, ada apa?'

Maizah langsung menelpon Arvid setelah membaca pesan itu.

Telpon terhubung~

"Assalamualaikum honey," suara Arvid ari seberang sana.

"Waalaikumussalam," Jawab Maizah.

"Ada apa honey?" Tanya Arvid.

"Paket dari kamu sudah sampai,"

"Syukurlah, semoga kamu suka ya honey. Saya tidak tahu memberikan apa jadi saya membeli beberapa."

"Beberapa? Itu banyak banget sayang satu mobil loh,"

"Apakah kamu tidak suka? Kalau begitu katakan apa yang kamu sukai Honey aku akan kirimkan, maaf jika tidak bisa memberikannya secara langsung."

"Bukannya tidak suka aku enggak enak,"

"Jangan begitu honey, kamu adalah calon istriku aku hanya ingin memberikan beberapa hadiah untuk kamu. Apalagi ini ulang tahun pertama mu setelah kita bersama."

"Baiklah, terima kasih kadonya yang banyak ini sayang. Aku senang sekali," Maizah tersenyum malu-malu saat mengatakan itu.

"Apapun untukmu honey. Aku ikut senang jika kamu senang,"

"Baiklah aku tutup dulu ya teleponnya, aku gak sabar buat membuka semuanya! bye-bye sayang,"

"Bye-bye honey,"

Tut.

Arvid tersenyum begitu telpon mereka putus.

Tok tok tok.

"Excuse me,"

Cklek.

Pintu ruang kerja Arvid di buka oleh Elio.

Arvid mengangkat satu alisnya seakan bertanya pada Elio.

Note: anggap saja kalau mereka berbahasa Inggris ya.

"Ini ada berkas yang harus di tanda tangani pak," Jawab Elio.

"Hm,"

Arvid membaca dokumen itu terlebih dahulu sebelum menandatanganinya.

"Kalau begitu saya permisi pak,"

"Hm,"

Setelah Elio keluar dari ruangannya, Arvid membuka handphonenya. Pria itu tersenyum saat melihat foto sang kekasih di wallpaper.

"Sebentar lagi honey. Sebentar lagi kita akan bersama dan aku tidak akan pernah melepaskanmu,"

Kembali pada Maizah. Gadis itu hanya duduk di tengah-tengah banyaknya tetangga yang datang. Ketiga di tanya dia hanya tersenyum dan mengangguk saja.

Sedangkan Melati sibuk menjelaskan bagaimana Arvid yang mengirimkan semua kado itu untuk Maizah yang merupakan calon istrinya.

"Baru juga calon istri sudah diberikan sebanyak ini bagaimana kalau sudah meja istri sah nya beneran." Ujar salah satu tetangga yang datang.

Kini Maizah sudah siap membuka kadonya setelah para tetangga pulang ke rumah masing-masing.

Pertama-tama Maizah membuka yang paling kecil dulu. Semua anggota keluarganya ikut duduk untuk melihatnya membuka kado-kado itu.

Mereka tidak ingin membukanya karena itu milik Maizah, jadi mereka tidak ingin membukanya dan membiarkan Maizah membuka kado-kado itu.

"Wahh kalung!" Seru Lily bersemangat melihat isi dari kado itu.

"Cantiknya," ujar Maizah melihat kalung emas putih tersebut dengan ukiran huruf awalan namanya.

Kado kedua dan ketiga berisi sepatu yang dari brand ternama di dunia.

"Ini asli?" Tanya Melati bengong melihat kedua sepatu itu.

"Gila," gumam Maizah.

"Coba cek harganya," Ujar Dahlia.

Maizah mengambil hp nya, mengambil foto kedua sepatu itu untuk di google. Maizah menutup mulutnya saat melihat harga dari sepatu itu.

"Berapa mai?"

"27 mah,"

"27 juta?"

Maizah mengangguk. Yang lain ikut syok dengan harga sepatu itu.

"Ayo buka lagi,"

Maizah kembali membuka kado-kado tersebut. Di setiap kadonya membuat mereka tak hentinya terkejut dengan harga dari kado-kado itu.

"Ini beneran gak papa, kamu di kasih sebanyak ini? Enggak tahu habis berapa ini, satu kado aja udah puluhan juta." Kata Melati, dia jadi merasa tidak enak.

"Nanti aku hubungi Arvid lagi,"

Tbc.

^^^Mawar Jk ^^^

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***