Bab 15

Seorang perempuan, menatap kosong ke arah pemandangan di depan sana. Udara sejuk di balkon kamar itu membuat dirinya sedikit lebih tenang. Pikirannya berkecamuk, membuat dirinya hampir merasa gila.

Ini sudah 3 hari semenjak kejadian itu. Savierra—perempuan itu masih terbayang bayang akan kejadian itu.

Ia termenung, hati dan mentalnya masih belum baik baik saja. Andai saja, ia tak menyanggupi permintaan Samuel untuk menghampiri Ryden, dan andai ia tak mendekati dan membantu Ryden, malam itu tak akan mungkin tragedi kelam dalam hidupnya kembali terulang. Walaupun raganya bukan lagi Keyra, namun bayangan itu masih terekam jelas di otaknya. Ia terisak kecil dengan memeluk diri sendiri.

Tidak, seharusnya hubungan itu di lakukan oleh dua orang yang saling mencintai—itu mimpi Savierra, bukan malah seperti ini. Kenapa mimpi sederhana nya tak bisa terlaksana? Entah pada kehidupan Keyra dulu atau Savierra sekarang. Mimpi sederhananya hanya ingin dicintai tulus dan bisa bermesraan dan berhubungan dengan lelaki yang mencintai dan di cintainya hingga akhir hayat.

"Nyonya.."

Suara lirih nan lembut itu mengalihkan perhatian Savierra. Perempuan itu segera mengusap air matanya. Lalu, perempuan itu tersenyum lembut kearah Karin. Menyakinkan gadis itu, bahwa ia baik baik saja. "Kenapa Karin?" tanya nya lembut.

Karin terdiam, merasa ragu. "I-itu, tuan Hander dan yang mulia pangeran kedua ingin bertemu dengan anda nyonya," adu nya dengan ragu. Ia takut jika sang nyonya terguncang dan merasa tak aman.

Savierra termenung, matanya menatap datar. "Jika mereka memang sangat ingin bertemu denganku, aku akan menemui mereka." Putus nya dengan menghela nafas berat.

"Persilahkan yang mulia dulu saja. Aku hanya ingin menemui mereka satu persatu."

"Baik nyonya,"

Savierra tersenyum dingin, "Setelah seperti ini, untuk apa dia menemuiku? Merasa bersalah?" gumamnya dengan tangan mengepal erat.

"Savierra! Akhirnya kamu mau menemuiku."

Savierra menoleh ke arah pangeran Zyonel. Tatapannya tetap datar, tanpa ekspresi. Ia langsung berdiri dan membungkukkan sedikit badannya. "Salam yang mulia, Savierra menghadap yang mulia pangeran kedua," salam nya sopan, membuat Zyonel tersentak.

"Silahkan duduk pangeran, maafkan saya yang hanya bisa menjamu dengan sederhana," lanjut Savierra dengan tenang.

Ia mengulurkan secangkir teh pada pangeran Zyonel. "Sebenarnya, apa yang membuat pangeran menjenguk saya yang bukan siapa siapa ini?" tanya Savierra dengan nada tenang. Wajahnya terkesan tanpa ekspresi. Ia hanya memperlihatkan sedikit senyuman saja.

Zyonel berdehem canggung, ia merasa bahwa sifat Savierra berbanding terbalik dari pada saat bertemu waktu itu. Dalam hati ia berfikir, apa yang membuat Savierra berubah?

"Kamu tidak perlu begitu formal padaku Vierra. Bukankah dulu kamu sangat santai padaku? Aku harap kamu bisa seperti waktu pertama kali kita bertemu saja" kata sang pangeran. Zyonel merasa asing melihat Savierra yang kini di hadapannya.

Sebenarnya, apa yang terjadi dengannya?

"Maaf saya tidak bisa yang mulia. Maafkan saya juga yang waktu itu lancang memanggil anda dengan 'kak'. Waktu itu saya tidak tahu bahwa anda adalah seorang pangeran." Savierra menatap Zyonel dengan rasa bersalah. Ia menatap Zyonel ragu, takut sang pangeran tersinggung.

Pukk!

Zyonel menepuk surai emas yang indah itu. "Hey, apa yang kamu khawatirkan? Aku tidak marah padamu. Dan keformalanmu malah membuatku merasa tak nyaman. Aku senang di panggil secara non formal. Kamu tak perlu merasa bersalah."

Savierra membeku, merasa terkejut dengan perlakuan pangeran Zyonel. "T-tapi, itu adalah hal yang lancang.. Saya tid-"

"Aku suka di panggil 'kak'. Aku mohon kamu jangan mengubah panggilanmu kepadaku," potong Zyonel, dengan tangan yang ditumpukan pada dagunya. Ia tersenyum, "Kamu perempuan yang ceria Savierra. Kamu tidak perlu membangun benteng kokoh di hadapanku, karena aku akan merobohkannya setebal apapun benteng itu!" lanjutnya sembari meminum teh nya.

Savierra tertegun mendengar apa yang di ucapkan sang pangeran. Ya, dia tak munafik bahwa ia merasa nyaman saat berbicara secara non formal pada pangeran Zyonel. Namun, Savierra masih punya rasa sopan untuk tak sembarangan memanggil dan berbicara.

"Apakah pangeran juga melakukan ini pada orang di luaran sana? Menyuruh mereka untuk tidak terlalu formal pada anda?"

Uhukkk.. uhukkk...

"Aduhh, tolong pelan pelan pangeran.." seru Savierra lalu menepuk nepuk bahu Zyonel, namun segera kembali menarik tangannya saat menyadari tindakan bodohnya.

"Ah maaf.."

"Savierra.. dari sekian banyaknya kata yang aku ucapkan, kenapa kau hanya menangkap bagian itu?" tanya Zyonel tak percaya. Ia memijit pelipisnya pelan, bingung dengan kepolosan Savierra.

Memiringkan kepala, Savierra menatap Zyonel polos, "Jadi, benar?" tanya nya sekali lagi membuat Zyonel menghela nafas, mencoba menguasai diri.

Tapi.. Sial! Dia terlihat sangat imut saat terlihat polos seperti itu.

Berdehem canggung, pangeran Zyonel mengalihkan pandangan ke sembarang arah. "Eung, hanya ke kamu saja Vierra. Kamu aku khususkan untuk memanggilku secara non formal saja," kilah Zyonel merasa gugup.

"Kenapa? Apakah karena saya istri dari sahabat anda?" tanya Savierra yang kini sudah kembali bersikap tenang. Perempuan itu melirik ke arah Zyonel yang terdiam. "Benar? Jika hanya karena Ryden, saya tak mau menuruti keinginan pangeran, maaf."

"Bukan!" bantah Zyonel. Ah sekarang ia jadi tahu, yang membuat keadaan Savierra menjadi seperti ini pasti ulah sahabat laknatnya itu.

"Bukan?" bingung Savierra.

Pangeran mengangguk mantap. Ia menatap ke arah langit biru yang tampak cerah itu. "Ya. Bukan karena Ryden. Aku memintamu untuk tak formal kepadaku karena.."

"Karena aku nyaman saat dekat denganmu tanpa penghalang, entah apapun itu. Maksudku, kamu melihatku bukan seperti pangeran, tapi seperti teman yang biasa kamu ajak bermain." lanjut Zyonel.

Savierra menatap Zyonel dengan seksama. Ia melihat, mata ruby itu memancarkan ketulusan yang amat mendalam. Ia tak melihat adanya kebohongan dan kemunafikan.

Savierra mengangguk. Matanya berkaca kaca. Ia berdiri di hadapan pangeran, dan mengulurkan tangannya. Angin berhembus kencang, menerbangkan sebagian rambut emasnya yang terlihat indah.

"Kalau begitu, saya mengikuti perintah pangeran, mari kita berteman kak Zyo.." ajaknya dengan tersenyum lebar. Ia sangat lemah jika di hadapkan ketulusan yang amat besar. Dan semoga saja, pangeran tak ada niat jahat terhadapnya.

•••

"Permintaanku, izinkan aku keluar masuk dari sini! Aku ingin berjalan jalan dan pergi kemanapun aku mau! Aku janji untuk tak kabur."

Savierra kini berhadapan dengan Ryden, lelaki yang menjadi alasan trauma nya kembali. Lelaki yang menurutnya kejam dan tak berperasaan.

Kesempatan yang bagus saat Ryden menawarkan apa yang dia mau.

"Hanya itu?" tanya Ryden memastikan. Ia menatap ke arah perempuan yang terlihat menyedihkan itu. Wajahnya pucat, menandakan bahwa Savierra masih sakit.

"Hm."

Kenapa Savierra malah hanya menginginkan itu?

Lalu kalian berharap apa? Ingin Savierra pergi dari sisi Ryden? Oh tidak bisa semudah itu.

Savierra tersenyum dingin. Ya, dia tak mengajukan diri untuk pergi atau meminta cerai dari Ryden karena ada beberapa hal.

Yang pertama, Savierra pernah di janjikan satu hal oleh seseorang. Beliau pernah memohon kepada Savierra untuk menikah dengan Ryden yang memang saat itu tengah terpuruk karena kehilangan Caroline. Beliau berkata, jika dalam kurun waktu 1 tahun Ryden tak bisa mencintai Savierra, baru pihak Savierra bisa menuntut cerai.

Yang kedua, Savierra sudah tak memiliki siapapun lagi untuk dijadikan sandaran. Keluarga Arlott? Mereka adalah orang orang munafik. Selain menindas Keyra mati matian, ternyata keluarga Arlott juga sering menekan Savierra. Bahkan ia bisa sampai di sini saja karena paksaan keluarga Arlott yang terlalu haus kekayaan itu.

Savierra menyakinkan dirinya, untuk harus sebisa mungkin bisa bertahan dalam kurun waktu satu tahun di rumah Ryden. Awalnya ia memang ingin mencoba meluluhkan hati lelaki kejam itu. Namun sekarang ia berubah pikiran. Belum mulai berjuang saja sudah di paksa untuk mundur.

"Tidak ada hal lain bukan?" tanya Savierra yang membuat Ryden tersentak.

Ryden memijit pangkal hidungnya, merasa tak nyaman dengan sikap Savierra yang kini terlihat sangat dingin terhadapnya. Ia menatap Savierra lalu berkata, "aku minta maaf.. malam itu, aku di jebak oleh seseorang. Seharusnya juga Samuel tak memanggilmu-"

"Dan kau akan melakukan pelecehan terhadap wanita yang sedang sekarat? Apa itu memang keinginan mu tuan Hander?" sela Savierra dingin. Ia memang mengerti tentang alasan Ryden melakukan itu. Namun, rasanya memang sangat menyakitkan jika saat berhubungan, kita dianggap orang lain. Savierra masih mengingat jelas, Ryden selalu memanggil nama Caroline saat itu.

Ryden membisu, ia memang benci dengan nafsu bejatnya saat itu. Ia sudah melihat sendiri pada rekaman cctv malam itu. Alhasil, jika bukan karena Savierra, pasti ia akan melecehkan Caroline yang sedang lemah.

"Aku.. aku benar benar bajingan, Vier.. maaf. Aku minta maaf.." lirih Ryden merasa bersalah.

"Hm memang bajingan, tapi kamu juga tidak mengharapkan kejadian itu."

Ryden terpaku, merasa sedikit lega bahwa Savierra bisa mengerti keadaan nya. "Ini untukmu.." Ryden memberikan kartu black card yang kemarin sempat di kembalikan oleh Savierra. "Anggap saja ini adalah nafkah dariku. Kamu berhak menggunakan uang ini. Silahkan kamu gunakan untuk kebutuhan sehari hari. Dan untuk permintaanmu tadi, aku setujui asal kamu tidak kabur secara diam diam."

Savierra menatap black card dengan penuh minat, otak liciknya bekerja dengan keras untuk menyusun rencana licik. "Baiklah, aku akan mengambil nya," kata Savierra dengan sedikit sungkan. 'Awas saja kau Ryden! Aku akan membuatmu mati terkejut dan bangkrut! haha...' batin Savierra licik. Anggap saja Savierra ingin membalas dendam pada Ryden yang sudah keterlaluan terhadapnya.

Episodes
1 Bab 1. Transmigrasi
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9. Metempsikosis
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13. Malam Penuh Luka (18+)
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40. Pertemuan Dua Raga
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46. Keyra Calesya Zelgan
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53. Fakta Twins Zelgan
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57. Munculnya Kembaran Ryden
58 Bab 58. Merobek Semua Topeng
59 Bab 59. Ternyata Hanya Sandiwara
60 Bab 61
61 Bab 62
62 Bab 63
63 Bab 64. Positive or Negative?
64 Bab 65
65 Bab 66. Garisan Takdir
66 Bab 67
67 Bab 68
68 Bab 69
69 Bab 70
70 Bab 71. Baby Triplets
71 Bab 72. New Generation
72 Bab 73. Alvaresh Jordan Hander
73 Bab 74. Markas Besar Vexoglove
74 Bab 75. Crystalin Rissa Hander
75 Bab 76. Menjagamu Selalu
76 Bab 77
77 Bab 78. Alverosh Morgan Hander
78 Bab 79. Party | Part 1
79 Bab 80. Party | Part 2
80 Bab 81. —Ending—
81 Pesan Author_
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1. Transmigrasi
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9. Metempsikosis
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13. Malam Penuh Luka (18+)
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40. Pertemuan Dua Raga
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46. Keyra Calesya Zelgan
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53. Fakta Twins Zelgan
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57. Munculnya Kembaran Ryden
58
Bab 58. Merobek Semua Topeng
59
Bab 59. Ternyata Hanya Sandiwara
60
Bab 61
61
Bab 62
62
Bab 63
63
Bab 64. Positive or Negative?
64
Bab 65
65
Bab 66. Garisan Takdir
66
Bab 67
67
Bab 68
68
Bab 69
69
Bab 70
70
Bab 71. Baby Triplets
71
Bab 72. New Generation
72
Bab 73. Alvaresh Jordan Hander
73
Bab 74. Markas Besar Vexoglove
74
Bab 75. Crystalin Rissa Hander
75
Bab 76. Menjagamu Selalu
76
Bab 77
77
Bab 78. Alverosh Morgan Hander
78
Bab 79. Party | Part 1
79
Bab 80. Party | Part 2
80
Bab 81. —Ending—
81
Pesan Author_

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!